2

1K 128 1
                                    







Kyungsoo menjatuhkan kepalanya dipangkuan ibunya. Menutup matanya, menikmati sentuhan lembut pada rambutnya. "Bu... " lirihnya.

Hanya deheman sang ibu menjawab penggilannya

"Bisa temani aku ke dokter?"

Ia takut. Ia takut le dokter sendirian. Ia takut akan dugaan dokter Im adalah benar, sedangkan oa sendirian. Tidak ada yang bisa memeluknya.

"Kau sakit?"

Kyungsoo mengangguk. "Bahkan hidungku berdarah saat disekolah kemarin."

Sunyi... Entah apa yang dipikirkan sang ibu, hingga tak menjawabnya lagi. Kyungsoo membuka matanya. Menatap sang ibu yang menatapnya lembut. Lalu, sang ibu mengangguk.

"Sekarang kita pergi. Bagaimana?"

Kyungsoo mengangguk. "Ayo..."

***

"Ada beberapa memar dan infeksi luka di tubuhnya. Bercak merah pun sudah mulai terlihat. Berapa lama hidungmu berdarah?" Dokter Choi menatap Kyungsoo dengan lembut.

"Sekali. Mungkin. Aku tidak tau, dok. Jika melihat darah, pikiran ku selalu tidak sadar. Jadi, aku benar-benar tidak tau kapan saja itu terjadi." Kyungsoo menjelaskannya.

"Sejak ia berumur 15 tahun. Itu terjadi ketika ia kelelahan. Sudah 3 tahun lamanya." sambung ibunya.

Kyungsoo diam. Apakah penuturan sang ibu itu benar-benar adanya? Lalu, kenapa ia tidak mengingat nya?

"Dari hasil semua pemeriksaan. Nona Do positif mengidap leukimia. Atau kanker darah."

Kyungsoo menunduk. Ia sudah tau dari dugaan dokter sekolahnya. Terdengar suara isakan pelan dari sang ibu. Dia merasa khawatir, khawatir akan semuanya. Keadaan ibunya adalah utamanya.

"Kita bisa menjalani kemoterhapy untuk membantunya. Selain itu mendapatkan pendonor sum sum tulang belakang pun menjadi jalan utama."

"Lakukan apapun, dok. Selamatkan putriku." ibu memeluk Kyungsoo menangis pelan, mengecup puncak kepala Kyungsoo berulang kali.

"Baiklah. Saat ini kamu bisa beraktifitas seperti biasa. Jangan lupa meminum obatnya. Mungkin seminggu kita bisa memulai semua terhapy nya."

Kyungsoo mengangkat kepalanya. "Dok, bisa kita menundanya?"

"Kenapa? " ibunya khawatir dan takut.

"Musim panas ini, aku akan berlibur bersama teman-temanku, bu. Jika aku memulainya. aku takut kondisi ku tidak stabil."

"Asalkan kau rutin meminum obatnya. Obat itu membantu mu memperlambat peningkatan tumbuhnya sel darah putih semakin tinggi."

Kyungsoo mengangguk. "Terima kasih, dok."

***

Kyungsoo memeluk Yixing. Bersembunyi didalam pelukannya. Setelah ibunya menjelaskan keadaan nya pada ayah dan kakaknya, suasana mencengkamkan menyelimuti ruangan.

"Kita berobat keluar negri ya, Kyung.?" Kyungsoo menggeleng pelan menjawab tawaran ayahnya.

Dia melepaskan pelukannya dari Yixing. "Aku yakin berobat disini juga bisa menyembuhkanku, Ayah."

"Baiklah, jika itu pilihanmu."

"Kapan kau akan memulainya?" Yixing membelai lembut rambut Kyungsoo.

"Setelah liburan musim panas."

***

Kyungsoo duduk tenang dibangkunya. Manik coklat miliknya menjelajahi setiap kata yang ada dihadapannya. Memasuki dunia yang hanya miliknya.

For You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang