My Destiny × 1

86 10 0
                                    

"Akhhh sakit!" Ringis gadis itu.

"Masih mau melawan ayah hah?!"

"Eng enggak yah, maafin Layra."

"Pokoknya kamu harus bekerja sampai kamu mendapat uang untuk utang ayah!
Paham kamu?!!" Bentak Rian.

"I i iya yah."

Lalu Rian keluar dari gudang itu dengan wajah merah dan memegang cambuk. Cambuk itu meneteskan darah Layra di seluruh talinya, ia baru saja mencambuk Layra karena tidak bekerja. Padahal dia sedang terkena penyakit demam yang sangat tinggi. Mau tidak mau dia harus menuruti ayahnya itu.

Ibunya sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Sejak itu, ayah Layra berubah drastis karena depresi berat. Dia selalu minum sampai mabuk dan sering kali membawa wanita bayaran untuk minum bersamanya di ruang keluarga dan sering menyakiti Layra.

Layra adalah anak tunggal. Umurnya masih 16 tahun sedangkan dia harus menjadi tulang punggung keluarga kecilnya itu, dan sekolahnya? Dia di beasiswakan karena IQnya yang tinggi.

Layra bangun dengan hati hati. Kaki dan lengannya berdarah karena di cambuk oleh ayahnya. Darah itu berlahan berhenti dengan sendirinya. Ia berjalan menuju kamarnya dan mengambil kotak P3K yang ada di sebelah tempat tidurnya. Sering kali Layra mendapat cambukan tersebut karena hasil kerjanya tidak memenuhi target ayahnya yaitu 10.000.000 perbulan.

"Ya ampun, bagaimana caranya mendapat uang sebanyak itu dalam satu bulan?" Keluh Layla frustasi.

Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu kamar Layra, dia adalah pembantu di rumah Layra yang bekerja karena hutangnnya kepada Rian ayah dari Layra.

"Non.. ayo makan! Bibi Siti sudah buat-,"
Kalimat yang mau diucapkan bi Siti terpotong begitu melihat luka di lengan dan dikaki Layra yang belum sempat terobati.

"Ya ampun non Layra?! Kok bisa begini lengan sama kakinya? Pasti gara gara.."

"Layra gak papa kok bi, tenang saja, nanti pasti sembuh kok." Jelas Layra.

"Semoga aja gitu ya non.., ohiya bibi sudah buatkan non ayam balado sama sambel tomat kesukaan non Layra."

"Wahh, Layra mau makan sekarang dong bi, perut Layra sudah bunyi dari tadi hehe." Kata Layra dengan cengiran khasnya.

"Ooh siap non.. Nanti setelah makan saya bantu obati luka non Layra ya?..." tawar bu Siti.

"Oke bi!"

Setelah itu Bi Siti dan Layra langsung menuju meja makan untuk makan siang. Setelah mencambuk Layra, Rian sudah pergi dengan wajah frustasi karena hutangnya menunggak. Dia selalu di teror oleh orang rentenir. Bahkan sampai ancaman rumahnya di ambil oleh rentenir tersebut.

"Ahh kenyang... Makasih banyak ya bi."

"Sama sama non, sekarang ayo kita obati luka non Layra biar gak kena infeksi."

"Makasih banyak ya bi. Kalo gak ada bibi, Layra sama siapa lagi."

"Iya non, maafin ayah kamu ya, gak boleh dendam, nanti non sendiri yang dosa."

"Iya bi semoga aja."

"Nah sudah selesai."

"Sekali lagi makasih ya bi."

"Iya sama sama non. Sekarang non mandi lalu belajar dan istirahat biar besok bisa sekolah."

"Iya bi."

Layra langsung menuju kamar mandi dan mandi, lukanya sudah diperban dengan perban tahan air. Setelah mandi, Layra pergi ke meja belajarnya. Ia termasuk murid paling pintar di sekolahnya. Sering kali dia mendapat penghargaan sampai lemarinya penuh dengan piala. Walaupun dia sering disakiti oleh ayahnya, dia tidak mengeluh untuk sekolah seperti anak remaja pada umumnya.

My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang