三十九 | Through The Night

10.3K 1.3K 204
                                    

Liu memandang langit-langit kamar hotel yang menjadi tempat singgahnya sejenak di Shanghai, semenjak 2 hari yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liu memandang langit-langit kamar hotel yang menjadi tempat singgahnya sejenak di Shanghai, semenjak 2 hari yang lalu. Wanita itu terserang panik dan stres di saat yang bersamaan.

Anaknya He Jiu atau Kim Raesya (nama pemberian Donghyun) — itu mendadak kena pneumonia dan dirawat di rumah sakit di Seoul.

Terus

Ia stres karena setelah mendekam selama 6 hari di Shanghai, ia baru menemukan beberapa hal yang mungkin bisa menjadi clue. Jumlahnya tak terlalu banyak. Karena yah, Liu sendiri malas harus masuk ke dalam kamar orang tuanya dan untuk masuk ke sana, ia harus mematikan seluruh cctv yang dijaga oleh suruhan babanya. Maklum holkay. Biasa.

Liu ingin pulang ke Korea. Menemui anaknya dan membiarkan apa yang sedang ia lakukan saat ini. Toh, untuk apa jika benar kamu memang salah satu keluarganya? Lagian kamu sudah punya keluarga. Apa pentingnya?

Liu membalikkan dirinya menghadap ke kiri. Netranya tertuju ke arah lampu tidur yang terletak di atas meja yang terbuat dari kayu. Ia menatap kotak perak di sana. Kotak yang tak sempat ia buka karena ia baru tadi sore tiba di hotel, karena ia malas berada di istana milik babanya itu.

Liu meraihnya kemudian mengubah posisinya menjadi telentang. Ia mengeluarkan isi dari kotak yang ia temukan di bawah kasur babanya 3 hari yang lalu.

Ada kalung perak berbandul sebuah nama yang ditulis dalam alphabet. Mirip dengan kepunyaannya.

Ailian

Sebuah nama yang indah menurutnya. Tentunya, nama seorang anak perempuan.

Siapa? Nama Liu saja He Liu

Ini.... Ailian. Berarti bukan dia.

Huft, lalu siapa?

Tok tok tok

Liu menaruh kalung itu di meja kemudian bergegas membuka pintu kamar hotel.

Di depannya kini ada Guanzi yang sedang menurunkan maskernya. Gege nya itu baru tiba di Shanghai. Dua hari yang lalu ia di Beijing untuk mengurus masalah tes DNA itu.

Liu membukakan pintu lebih lebar agar Guanzi bisa masuk ke dalam kamarnya. Liu menutup pintunya kemudian menghampiri Guanzi.

"Udah buka semua berkas?" tanya Guanzi seraya menaruh ranselnya di lantai. Liu menggeleng. Ia malas membuka berkas-berkas yang didapatkannya itu karena tak ada sang gege yang menemani.

Guanzi mengernyit, "kenapa?"

"Malas." jawab Liu singkat.

Ah, Guanzi seharusnya tak bertanya. Ia sudah tau adiknya itu kadang menjadi seorang pemalas.

"Aku sudah sapat hasil tesnya," kata Guanzi. Ia berjalan ke arah kasur dan merebahkan dirinya si sana.

Liue bersedekap sembari memandang gegenya, "apa?"

Behind The Lenses ✖ Kim Seungmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang