Suara bel memecah suasana garing di setiap kelas, terutama kelas Novan, XII IPS 2.
“yesss..!!” ujar Novan dengan gaya coolnya.
Guru didepan, Buk Sri mendengar ucapan Novan meskipun itu kecil, kenapa? Karena Novan ditempatkan didepan saat guru perempuan itu mengajar. Pasalnya kalau dibelakang, Novan tidak pernah bisa menjawab, bahkan dia dengan santainya tertidur. Meskipun diletakan didepan, sikapnya tidak berubah.
Buk Sri hanya menghela napas,“anak-anak. Besok ujian, jangan lupa belajar!”
tak!!
Buk Sri menunjuk Novan dengan mistar panjang
“terutama kamu Novan!”Novan memasang wajah datarnya lalu selang beberapa detik mengangkat alis dan tersenyum.
“udah selesai kan buk?” tanyanya.
“bel udah bunyi tiga kali malah, saya keluar ya buk.” Ujar Novan melenggang keluar tanpa perlu persetujuan guru paruh baya itu.
Buk Sri hanya menggelengkan kepala dengan sikap Novan yang seperti itu.
Tak lama Buk Sri keluar, Tama segera menyusul sahabatnya itu.“ah elah, buru-buru banget bang.” Ujar Tama.
“biasa. Gue duluan ye. Ntar gue ke kantin, kalo Airy gak gemesin.” Ujar Novan sambil menepuk bahu kanan Tama.
Tama hanya menatap datar Novan
“semoga Airy getok kepala luh”
pekik Tama yang hanya dibalas lambain tangan dari Novan yang terus berjalan.Novan sampai di depan pintu kelas yang bertuliskan XII IPA 1, dia tersenyum lalu masuk.
Semua siswa sudah pergi dari kelas, senggang sekali. Dia melihat Airy-nya duduk menghadap berlawanan arah darinya, membuat dia ingin mengejutkan miliknya itu.Novan duduk, kentara sekali kursi yang dia duduki berbunyi srretttt...
tapi Airy tak menghiraukannya.
Gemas melihat tingkah Airy yang seperti itu, Novan berdiri dan memegangi pipi Airy membuat Airy, oh tidak....
itu ternyata bukan Airy!! Lagi-lagi gadis galak itu batin Novan“mati gue!! Salah orang lagi!!!”
novan memaki dirinya sendiri
“bego..bego!!!”.
Noven langsung menepis tangan Novan, dia kira yang duduk tadi Airy yang kembali dari toilet, ternyata malah Novan...
Mata Noven mengerjap-ngerjap saat Novan memainkan pipinya, setelah beberapa saat mereka saling melotot!! Novan yang terkejut, lalu Noven menepis tangan Novan.“loh gila ya!!!” pekik Noven, tidak, dia sudah tidak kuat menahan emosi.
“mau gue hajar loh!!” pekiknya lagi, membuat Novan menganga dan melotot
“eh busett! Loh pikir gue mau megang pipi loh! NAJIS GILA!!” Novan memekik pula, dia tidak mau ada yang merendahkan dirinya.
“jelas jelas eloh yang gila. NGEGAS lagi loh.!! Sini loh gue tampol juga loh lama-lama!!!”
Noven sudah melayangkan tangannya keudara hendak meninju wajah Novan, tapi...“stoppp!!!” Airy yang berdiri di ambang pintu memekik.
Nyaris saja wajah tampan Novan berubah jadi biru dan bengkak, Novan meringis sambil mundur dan berlindung dibelakang Airy.
“maaf Ven” ujar Airy.
“kamu ngapain sih Yang!!!” Kini Airy memekik ditelinga Novan, membuat sang tersangka melompat kaget.
“loh kok aku?” dia menunjuk dirinya dan memasang wajah memelas.
“kamu nyalahin aku yang?” kini bibir Novan memberenggut.
Dengan cepat Airy mengetuk kepala Novan,
“emang kamu yang salah!! Aku tadi liat kamu ngejailin Noven kan!” wajah Airy dibuat-buat merajuk, padahal aslinya dia ingin tertawa.
Wajah Novan bingung, satu alisnya terangkat
“Noven? siapa Noven? nama aku Novan yang. N O V A N kalo kamu lupa... kamu typo ya?”
ujar Novan menaik turunkan alisnya sambil memasang wajah aneh, membuat Airy ingin muntah.
“Noven, itu Noven. namanya Novencie eddelweis.” Airy menunjuk Noven dengan dagu.
“hah??? Nama dia Noven?”
Novan menganga tak percaya. Lalu menatap tajam Noven, yang ditatap juga tidak kalah, malah lebih tajam, setajam silet.
“nama loh Noven? gak kreativ amat loh! Niru nama orang! Sono kelaut aja loh!!”
seru Novan dengan napas turun naik.“eh badak! Siapa juga niru nama loh! Pd banget loh! Loh kira duluan loh lahir! Mungkin duluan gue!” balas Noven tidak kalah.
“11 maret 2000, tinggi badan 180 cm dan berat ideal!!” Novan membalas dengan tatapan yang masih sengit.
“apaan??? tinggi gue 165cm, loh gila ngomongin gue 180 cm!” balas Noven.
“siapa juga yang ngomongin loh, itu tanggal lahir sama tinggi gue!” kata Novan.
Kini Noven yang menganga,
“loh serius???” matanya hampir keluar.“apa!!” balas Novan ketus.
“itu juga tanggal lahir gue badak!!” ketus Noven...
Airy yang mendengar ocehan keduanya hanya bisa meringis, lalu..
“udah, udah dari pada entar kalian jadi cakar-cakaran. Mending kita ke kantin.” Ajak Airy.
“males!!!” kedua makhluk itu menjawab serentak.
Membuat Airy mengerucutkan bibir, menyadari Airy yang memberenggut, akhirnya Novan mulai mereda.
“eh, maaf yang. Aku bukan bentak kamu kok, aku juga gak males ke kantin sama kamu. Aku males ke kantin kalau ada cewek gila itu” Novan menekan kata terakhirnya sambil melirik
Noven yang berdiri dengan menyilangkan tangan didada.
“eh badak! Siapa juga mau kekantin sama loh. !!” ujar Noven.
“apa!!??”
“apa!??”
Menyadari kondisi yang akan memanas lagi, Airy segera menarik lengan Novan untuk menuju kantin. Sebelum itu dia bertanya pada Noven
“Ven, ayo ikutan yuk.”
“nggak Ry, gue males. Luh aja.” Balas Noven datar.
“hmm... ayolah!” Airy membujuk Noven,
“nggak Ry, loh aja”.
“emm,, apa aku gak usah ke kantin ya?” Airy mengetuk-ngetuk dahinya seolah berpikir.
“yang!!!” Novan memelas,
“tinggalin aja napa sih!” rutuknya yang dapat didengar Noven, Noven yang mendengar hanya berdecih sambil mengangkat bibir miring.“ya udah, kamu mau nitip?” tanya Airy.
“aku nitip roti gandum aja ya ry.” Emosinya sudah agak turun.
“cih!! Masih ngerepotin!! .. awww!!!” Novan kesakitan saat tangan mungil Airy mencubit pinggangnya.
Novan baru saja hendak mengoceh panjang lebar, Airy langsung menutup mulutnya sambil menyeret lelaki itu, dan yang terdengar Cuma
“nghghghghg!!!”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Romancepernah memiliki seseorang? pernah. pernah mereka yang kamu butuhkan selalu ada? pernah. pernah bahagia? pernah. semua jawabannya adalah pernah. pernah yang pernah itu adalah pernah-pernah yang menyakitkan bagi seorang Novencie eddelweis. memiliki k...