twins?

13 2 0
                                    

Novan tambah dibuat menganga. Bukankah gadis itu yang sudah membuat perutnya sakit?

“loh !!?” rutuk Novan sambil menunjuk Noven.

Noven pun tak kalah terkejut, bagaimana bisa sekolah seluas ini masih membuatnya lagi-lagi bertemu makhluk semenyebalkan lelaki itu.

“loh!!! Loh lagi loh lagi!!!” rutuk Noven, keningnya berkerut, Noven bangkit.

“eh sini aku bantu” kata Airy yang baru sadar setelah melihat keterkejutan Novan.

“nggak usah. Gue gak papa kok” Noven tersenyum ke arah Airy yang hendak membantunya.

“eh cewek gila! Loh tu yah! Udah bikin gue celaka dua kali pagi ini!!” Novan menekan kata cewek gila.

Noven mengambil napas dalam-dalam, tangannya terkepal, dia berbalik lalu berjongkok untuk merapikan bukunya yang tercecer akibat ulah Novan.
Airy membantu memunguti buku Noven yang tercecer. Sebelum itu dia menatap tajam Novan. Seolah berkata

“dasar cowok gila!”,

menyadari tatapan membunuh Airy, lelaki itu segera ingin membantu.

“eh eh.. ngapain loh!!” rutuk Noven.

Novan tak menggubris, lalu tangannya ditepis kuat oleh Noven.
“nggak usah bantuin gue! Gue bisa sendiri.” Dia menatap tajam Novan.
Novan berdiri, emosinya hampir meledak. Tangannya terkepal dan dia segera meninggalkan dua gadis yang masih saling diam sambil memunguti buku itu.

“dasar gak tau terima kasih!! Udah di tolongin eh  malah gak tau diri! Gue sumpahin loh jadi jelek!!!” Novan mengomel sambil berjalan.

Sementara dua gadis itu..
Hening, Airy menatap Noven sambil memunguti buku Noven yang tercecer gara-gara kekasihnya itu.
Setelah selesai, mereka berdua berdiri, Noven menepuk-nepuk roknya yang kotor dan merapikan bajunya yang tampak kusut “gue sumpahin tuh cowok diputusin ceweknya!!” batinnya.

“makasih ya” ujar Noven tersenyum

“sama-sama” airy juga tersenyum hangat. Menjulurkan tangannya ke arah Noven

“nama aku Airy, Airy Putri Senja.” Uluran tangan itu langsung disambut Noven.

“Noven, Novencie eddelweis. Panggil gue Noven aja” Noven masih tersenyum.

“oh iya, kamu murid baru kan Nov...en?” Airy sedikit geli saat mengingat nama Noven mirip dengan Nama pacarnya.

Mereka sedang berjalan searah.

“iya, gue murid pindahan dari Bandung. Gue masuk ke kelas XII IPA 1 kata buk Sri tadi. Ngomong-ngomong loh kelas berapa?” tanyanya.

“wah kita sekelas dong. Ayokk!!” ujar Airy penuh semangat menggandeng lengan Noven.
Sampai didepan kelas,

“eh Ry, loh duluan aja masuk. Gue tadi disuruh nunggu buk Sri masuknya.” Ujar Noven pada Airy.

“oh ok kalau gitu. Aku masuk ya.” Ujarnya.

Tak lama buk sri datang.

“ayo Noven, kita masuk” tegas buk sri pada Noven.

Seketika suasana kelas langsung hening.
Dapat Noven simpulkan, guru yang menemaninya adalah salah satu guru killer, terlihat dari tatapan takut siswa dikelas ini.

“perhatian anak-anak. Kalian akan mendapatkan teman baru. Ayo Noven perkenalkan diri kamu.”

+++
“perkenalkan, nama saya Novencie eddelweis, saya pindahan dari SMA 1 Bandung, saya pindah ke jakarta karena pekerjaan orang tua. kalian bisa memanggil saya Noven.” Ujar Noven lugas dan singkat.

“baiklah anak-anak, jadi namanya Noven. Ada yang ingin ditanyakan lagi?” ujar buk sri pada siswa dikelas.

Hening.....

“ibu rasa sud... ya Oris silahkan.”

Seorang lelaki memperhatikan Noven dari ujung kaki samping ke ujung rambut.

“cantik” batinnya.Lelaki itu mengangkat tangan.

“buk nama panggilannya siapa?”

sahut Oris yang langsung membuat semua siswa menoleh.
Banyak yang berdecih dan merespon geram.

“mulai lagi itu si geblek”  meringis

“bisa kena damprat kita” menggelengkan kepala.

“aduh” menepuk kening.

“kamu tidak dengar tadi Oris?” buk sri menatap tajam Oris.

“denger buk. Maksud saya ada panggilan lain nggak. Misalnya sayang, cinta atau apa gitu?” Oris mengedipkan matanya pada Noven yang dibalas dengan tatapan jengah.

“kamu ini!! sudah, jangan main-main!!” buk Sri geram.

“ya sudah, Noven kamu silahkan duduk di.....” buk sri melihat semua bangku.

Oris langsung menyuruh Raya, teman sebangkunya pindah
“pindah luh sono!!” membuat Raya mendelik tajam.

“hehe maaf maaf...” ujarnya pada Raya.

“ah iya, kamu duduk didekat Airy saja ya.?” Buk Sri menoleh ke arah Noven.

Noven tersenyum,
“iya buk, terima kasih” lalu melenggang menuju kursi kosong disamping Airy.

“yeaaayy...” mereka berdua kesenangan.

Semua siswa yang melihat tingkah keduanya mengangkat kedua alis mereka, bingung, kenapa mereka bisa sedekat itu.

“kembaran luh Ai?” tanya Oris.

Airy hanya tersenyum lalu menggeleng.

“jangan senyum. Ntar gue cium! Mau?”

ujarnya pada Airy dengan memajukan bibirnya, Airy langsung menutup mulutnya kaget. Lalu mendelik ke arah Oris yang duduk dipojok belakang.

Yang ditatap malah cengengesan, dan mengedipkan sebelah mata.

Beralih menatap Noven yang duduk, Oris terkesima.

“mirip” lirih Oris.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang