❄ T W O ❄

3.7K 391 42
                                    

Hari ini entah kenapa udara semakin dingin. Kepulan asap keluar dari hidung dan juga mulut jika sedang berbicara. Meskipun Clarista sudah menggunakan jaket tebal, sarung tangan, syal, kaos kaki, dan juga sepatu boot yang berbulu. Masih saja hawa dingin masuk yang entah dari mana.

Sambil berjalan menuju kantor tempatnya bekerja. Clarista terus merapatkan jaketnya, setelah itu menggosokkan kedua tangannya agar menghasilkan hawa hangat.

Clarista menghembuskan napas lelah saat dirinya sudah berhasil masuk ke dalam gedung yang cukup tinggi itu. Gedung yang berlapis kaca tersebut merupakan gedung yang di dalamnya terdapat berbagai kantor menjadi satu dalam sebuah gedung. Dan pastinya gedung itu hanya memiliki satu pemilik perusahan.

Gedung yang di rancang oleh arsitek terkenal di manca negara bagian barat itu memang tidak bisa di anggap remeh.

Di lihat gedung itu dari sisi mana saja. Sangat luar biasa, iya. Gedung yang terkesan simple, namun mewah itu juga memiliki fasilitas yang lengkap.

Di dalam gedung tersebut terdapat berbagai macam kantor seperti pemandu wisara, percetakan, radio, penerbit, dan lain - lain.

Dan bagian untuk pemandu wisata ada di lantai 8 - 12. Di dalam gedung itu juga terdapat 1 tangga darurat, 3 lift umum dan 1 lift khusus petinggi.

Clarista tiba di lantai 10 tempat di mana ia di tempatkan. Tidak butuh waktu bagi lama bagi Clarista mencapai lantai 10, karna pagi ini lift masih renggang jadi tidak perlu mengantri.

"Goedemorgen, Clarista. " sapa sahabat kerjanya yang memiliki wajah imut serta kacamata yang sangat pas jika dia gunakan.

"Ook goedemorgen, Violet. "

Clarista duduk di kubik yang berhadapan dengan Violet. Kubik mereka hanya terhalang oleh kaca transparan hingga mereka bisa melihat orang yang berada di hadapannya kecuali jika mereka menghalanginya dengan layar komputer.

"Hari ini sangat dingin. " keluh Clarista pada Violet.

"Kau benar, aku saja sampai harus mengendarai mobil ke sini. "

"Bukannya kau selalu bawa mobil ke kantor? " tanya Clarista sedikit heran.

Violet hanya bisa menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehehe ternyata kau ingat sekali soal kebiasaan ku. "

Clarista memutar bola matanya malas lalu beralih menghidupkan laptop.

"Ngomong - ngomong, kau tidak ada jadwal memandu turis hari ini? "

Clarista menoleh sebentar pada Violet lalu kembali fokus pada layar monitor di depannya.

"Tidak ada, hari ini aku free bertugas di luar dan akan bertugas kembali 2 minggu lagi. "

"Ohh benar juga, jadwalmu untuk minggu ini sudah berakhir. "

Kali ini Clarista menoleh dan benar - benar menatap sahabatnya itu. "Bukannya kita mempunyai jadwal yang sama? "

Sekali lagi, Violet menyengir dan memasang wajah tanpa dosa membuat Clarista geram dan ingin melemparnya dari gedung ini.

"Aku lupa jika kita memiliki jadwal yang sama, hahaha. " ucapnya dengan tawa garing di akhir.

Clarista tidak merespon dia hanya kembali fokus pada layar monitor di depannya dan mengetik beberapa hal.

"Oh iya, aku dengar minggu depan sahabat boss besar akan datang. "

Clarista berhenti mengetik, setelah itu dia memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Violet dan dengan menampilkan wajah datar.

"Kau ingat jika mengenai gosib terbaru di kantor, tapi tidak dengan hal lain? "

"Hehehe, kau tahukan. Jika aku ini seperti apa?"

"Terserah apa katamu. "

"Eh tapi aku dengar, sahabat boss besar itu adalah arsitek yang bangun gedung ini loh dan juga dia itu tampan dan mapan. " sahut Violet dengan menggebu - gebu dan sangat antusias.

"Lalu apa peduliku? "

Sekejap wajah Violet berubah menjadi kesal. "Ck, kau ini. Pantas saja jika selama ini kau jomblo. "

"Hai, jangan pernah membahas statusku disini. Lagian jomblo aku itu prinsip bukan nasib!!" balas Clarista dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Sekarang gantian jika Violet yang memutar matanya malas. "Huhh, sama saja. Sama - sama kurang belaian."

Clarista menatap tajam Violet dan di balas tidak kalah tajam pula dari Violet. Mereka berdua saling menatap seakan lewat tatapan mata bisa menghancurkan musuh mereka.

Sampai akhirnya Clarista mengalah dan melepaskan kontak mata tersebut dengan memfokuskan pada layar monitor.

"Sudahlah, tidak ada gunanya aku berdebat denganmu. "

"Sudah kalah, tidak mengaku pula. " sindir Violet secara halus.

"Aku tidak kalah, aku hanya mengalah. "

"Tetap saja kau kalah padaku. " sinis Violet.

Oh tuhan, apa dosa yang telah dia perbuat hingga harus memiliki sahabat yang memiliki otak setengah seperti Violet. Clarista ingin membuka mulutnya kembali, namun kembali menutup saat managernya muncul.

Dengan sigap semua karyawan yang berada di lantai itu berdiri dan memberi hormat.

"Goedemorgen allemaal." sapa managernya yang bernama Henrick dengan ramahnya.

"Morgen ook voor u meneer." serentak semua karyawan menjawab.

"Jadi hari ini saya mendapatkan sebuah pesan dari boss besar. Jika minggu depan sahabat lamanya yang merupakan perancang gedung ini akan datang. Maka dari itu, salah satu dari kita di minta untuk menandunya selama seharian penuh. " jelas Henrick dengan nada yang tegas.

Semua orang mengangguk mengerti akan penjelasan Henrick. Lalu tatapan Henrick beralih pada Clarista yang masih asik mengangguk.

"Clarista, kamu yang akan memandunya minggu depan. "

"WHAT!! " teriak Clarista dengan raut wajah terkejut. "Kenapa saya pak? "

"Kamu adalah pemandu yang menjadi favorit oleh wisatawan. Maka dari itu saya menunjuk kamu. Saya tidak terima protes apapun dan semoga berhasil. " ucap Henrick lalu melangkah pergi begitu saja.

"Kenapa harus aku sih, minggu depan itu kan tidak ada jadwal aku kerja lapangan!! " gerutu Clarisra menatap sebal pada layar monitornya.

"Jangan kesel gitu kali, Ta. Justru ini adalah kesempatan emas bagimu bisa berdekatan dengan sahabat lama boss besar. "

"Tapi, Vi. Rencananya minggu depan itu aku bakal ambil cuti untuk bisa kembali ke Indonesia. "

"Ngapain emangnya? " tanya Violet yang sedikit heran.

"Ada yang harus aku urus dan itu sangat penting. Tapi sekalian jumpa sahabat lama juga sih. "

Violet mengangguk mengerti. "Kayaknya harus kau tunda deh, soalnya pak Henrick juga tidak menerima penolakan juga kan? "

Clarista hanya bisa mengangguk lesu. "Kau benar, ahh sudahlah. "

"Sabar yah, Ta. "

Clarista hanya mengangguk setelah itu tidak ada lagi pembahasan di antara mereka yang kini sibuk dengan pekerjaannya masing - masing.

-T. B. C-

Hai aku kembali, ada yang kangen enggak? Dan pasti ada yang bertanya kenapa saya update?

Gini nih, menurut jadwal yang aku buat. Harusnya aku update yang cerita Naughty Rabbit. Tapi karna tidak ada ide jadi aku update yang ini aja deh.

Oh iya satu lagi, ada yang pintar dalam pelajaran fisika kimia tidak? Bisa komen dan bantu aku enggak? 😥 soalnya minggu depab ujian 😭 dan saja tidak paham sama materinya 😭

See You In Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang