Malam ini, aku merindukanmu.

10 0 0
                                    

Tadi malam hujan turun cukup deras, diatas sajadah aku bercerita pada TUHAN.

Setelah mendoakan ayahmu, lalu aku mendoakanmu baik - baik saja di sana. Diantara sunyi, aku memeluk kenangan kita. Kita pernah melengkapi langkah satu sama lain, kita pernah berjalan searah, walau pada akhirnya pada pertigaan kamu belok kanan. Mimpi kita pernah sama, Doa kita pernah satu rupa, kita pernah sepakat pada sebuah rencana. Tangan kita pernah menggenggam erat dan tak mau melepas. Kita pernah merasa lebih luar biasa dari orang lain.

Apa yang pernah kita hadapi tak dapat diungkapkan dengan semua kata. Apa yang pernah kita miliki lebih dari sekedar membuat kita bahagia. Wajar saja kalau suatu waktu aku mengingatmu, wajar saja jika suatu waktu aku merindukanmu. Kau adalah seseorang yang pernah ku kejar mati-matian, kau adalah seseorang yang pernah aku perjuangkan sekuat tenaga. sebelum akhirnya kau membuatku patah sepatah-patahnya. Kepergianmu membuatku hancur sehancurnya. Aku sempat kehilangan arah, aku sempat tak semangat untuk kembali melangkah.

Tak sadar airmataku terjatuh dari rumahnya, membasahi sajadah yang menjadi saksi apa yang aku rasa. Kemudian aku beranjak keluar rumah, aku duduk di teras depan, dan memandang langit.
Aku ingat dulu kau pernah bilang,
"Di langit yang kamu tatap, ada rindu yang aku titip"

Apa kabar?
Baik baik sajakan?
Sedang apa?
Masih sering menangis jika merasa sepi?

Begitu banyak tanya dikepala, begitu banyak hal yang ingin aku tanyakan, namun bibir ini kelu. Aku hanya mampu menitipkan sepucuk surat di sudut malam. Berharap kamu akan membaca. Atau jika tidak pun, kau tahu bahwa malam ini aku memikirkanmu, kau tahu bahwa malam ini aku sangat merindukanmu.

Akhirnya, "waktu" menimbun aku dengan debunya; perlahan membuat mu tak lagi mengingat aku. Aku tidak tahu lagi kau ada di mana. Sudah lama kita tidak lagi berusaha untuk saling menghubungi. Ini yang kamu mau bukan? Adalah gengsi yang membuatku tidak mau menyapamu. Mungkin kau pun sama, bertahan di tepian keangkuhan, tak mau jadi orang pertama yang mengucap salam.

Walau, kurasa ini yang terbaik.
Untuk apa kita saling menyiksa diri?
Kembali untuk memperbaiki kesalahan dengan kembali untuk mengulangi kesalahan memang beda tipis. Dan aku tahu kita tidak mau terjebak dalam ego sesaat. Aku tahu kita tak mau saling menyakiti lagi.

Aku masih memandang langit. Aku tau disana dapat kutemui dirimu.

Aku Bisa Bahagia Tanpa Harus MelupakanmuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin