"Aku menyukaimu. Soal ini tak perlu dimengerti semua orang. Karna aku takut, jika ada orang lain yang menyukaimu juga"
Setelah laskar mengangkat telponnya, ia kembali ke meja kita " Sepertinya gue harus pulang dulu guys" kata laskar. "Kenapa kak? Buru-buru amat" kata Indi. "Tiba-tiba Oscar, Abi, Vero di rumah gue, di rumah cuma ada pembantu, gaada bokap sama nyokap, ntar bisa ancur tuh rumah" ucap Laskar. Mereka bertiga hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O.Laskar pun bersiap pergi dan matanya menatapku memberikan isyarat ikut pulang atau tetep disini. Dengan cepat aku berdiri dari kursi yang ku duduki "Gue juga ikut pulang deh, pengen mbangkong di rumah hehe, minggu pasti disuruh mama siap-siapin barang buat PKBM" kataku. "yee gaasik lo" kata Dea. "Mbangkong aja lo kayak kebo" Goda Ana diikuti cekikikan 2 curut. "Stt diam ya lo badan kurus kayak tengkorak berjalan" kataku dengan menjulurkan lidah sambil berlari mengejar laskar yang sudah berjalan duluan.
Di tengah perjalanan, motor laskar berhenti di minimarket. "Mau ngapain? " tanyaku. "Mau beli jajan buat 3 curut di rumah" jawabnya. Yap kita biasa memanggil teman kita curut kalo ga gitu monyet. Biar sangar gitoh. "Princess nya laskar ndak dibeliin juga gitu? " tanyaku sambil memanyunkan bibir. "Emangnya princess mau gitu? " jawabnya. "Mauu dong" balasku dengan mata berbinar. "Ya beli dong" godanya yang membuatku kesal. "Jahat" kataku sambil mengalihkan pandangan. Sedangkan laskar sudah melangkahkan kakinya ke dalam mini supermarket. Dasar cowok gapeka!.
Sekitar 10 menit lamanya aku menunggu, akhirnya balik juga tuh monyet. Saat laskar berjalan ke arahku dengan cepat aku mengalihkan pandanganku dan melipat kedua tanganku, karena aku masih kesal dengannya. "Cie masih marah nih? " katanya. Aku masih dengan posisi yang sama dan enggan menjawab. "Hmmm gituu.. Kalo dikasih ini mmash marah gak ya? " godanya sambil menyodorkan coklat di depanku. Aku hanya melirik sekilas. Sebenernya mau sih, jual mahal dikit bole lah. Wkwk. "Kalo gamau yau.. " belum selesai mengtakan seluruh kalimatnya, dengan cepat aku mengambil coklat itu "siapa bilang gamau? " sela ku. Laskar hanya tertawa dan mengacak rambutku. Dan kita langsung bergegas pulang.
Di seberang jalan ada seorang pria yang mengepalkan tangannya pertanda tak senang, karena tidak sengaja ia melihat kkedekatan Rara dengan Laskar. Mungkinkah dirinya cemburu?.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-. -Rara pov-
Tok! tok! tok!
Suara ketukan pintu kamar sangat keras. Membuat tidurku yang nyenyak kini terganggu. Apalagi ditambah...
"AUDY SAYANG BANGUN... ,YUK IKUT MAMA KE SUPERMARKET BELI CAMILAN BUAT KAMU BESOK SAMA BUAT ECY NYEMIL DI RUMAH". Teriakan mamanya di depan pintu kamar.
"uda bangun maa.. " kataku sedikit teriak agar di dengar oleh sang mama. "CEPAT SIAP- SIAP MAMA TUNGGU DI BAWAH GAPAKE LAMAA.. " Sekali lagi mama berteriak cetar membahana. "Iyaa maa" teriakku.Hanya butuh 20 menit aku sudah rapi kemudian aku menuju ke bawah disana sudah ada mama yang menunggu. Aku berjalan ke arah mama dan kita pun berangkat.
Sesampainya di supermarket aku mengambil semua cemilan yang aku sukai, kemudian menaruh di keranjang yang dipegang mama. Setelah semua kurasa cukup aku pergi ke depan untuk menunggu mamanya.
Tapi saat berjalan menuju tempat duduk, ia tidak sengaja menabrak seseorang. Karna ia berjalan sambil melirik ponselnya "Jalan yang bener" ketus seseorang. Dan aku mengenalnya itu suara..-Richi pov-
Kejadian yang ku lihat tadi siang membuatku gelisah. Ingin sekali ku cari tau siapa pria yang siang itu bersama Rara. Apakah dia pacarnya? Kalau bukan, mengapa dia begitu akrab dan dekat sekali dengannya seolah sang pria itu adalah kekasihnya. " kenapa gue jadi mikirin dia? Arrggg... Ada apa ini sebenarnya? " teriakku frustasi.
Minggu 10:00
"Pagi bun.. Bunda mau kemana? " tanyaku. "Sudah siang ini ki, bunda mau ke supermarket beli bahan masak buat besok" jawab bunda. "Iya deh bun, kiki antar ya sekalian kiki mau beli camilan buat besok PKBM" ucapku. "Dengan senang hati sayang" kata bunda dengan senang.
Disinilah aku, duduk santai di area luar supermarket sambil menunggu bunda berbelanja.
Aku melihat gadis yang semalam ada dipikiranku, " Dia juga berada disini" gumamku. Dia berjalan dengan memainkan ponsel tanpa melihat kanan dan kiri nya, dengan cepat aku melangkahkan kakiku ke arahnya.
Dia menabrakku, aku menatap ke arahnya, dan dia pun melihatku "Jalan yang bener" ketusku. "maaf" satu kata yg terlontar dari mulutnya sambil menunduk. "Hmm" jawabku. Aku bingung ingin menjawab apa. Hening seketika. "Lo gak marah kan? " tanyanya. "Kenapa? " tanyaku balik. "Gapapa" jawabnya kemudian ia ingin melangkahkan kakinya tetapi dengan cepat ku raih tangan nya. "Siapa dia? " Entah angin apa yang membuatku tiba-tiba ingin menanyakan tentang pria yang bersamanya kemarin. Pertanyaan bodoh Richi. Kenapa ku harus menanyakan hal itu kepada nya? Batinku. Mungkin dia bingung dengan pertanyaan aneh ku ini dan terkesan gak jelas. "Dia? Maksudmu? " tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Ku dekati wajahnya yang menggemaskan itu lalu kubisikkan sesuatu ke telinga dia
" Perlu kamu tau, saat ini aku sedang menyukaimu. Soal ini tak perlu dimengerti semua orang. Karna aku takut, jika ada orang lain yang menyukaimu juga" lirihku yang masih bisa didengar olehnya. Kemudian aku tersenyum lalu meninggalkannya. Ini pertama kalinya aku mengucapkan sebuah pernyataan kepada cewek. Biasanya ceweklah yang mendekatiku dan mengucapkan pernyataan sejenis seperti itu, tapi saat ini akulah yang mengucapkannya. Sungguh aneh bukan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung
Silahkan dibaca dan dinikmatiJika kalian suka pada ceritanya silahkan vote, makasi:)
22 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Cinta
Teen FictionIni kisahku, dengan seragam putih abu-abu, bersama dengan sahabat-sahabatku untuk berbagi kisah yang sangat rumit ini, kisah tentang persoalan hati, tentang adanya rasa sayang, rasa cinta, rasa sedih, dan rasa kecewa yang bercampur menjadi satu. Ap...