Part 3

2.7K 207 5
                                    

#SERATUS_KOIN_EMAS
#PART_3
#MARIMAR

“Yess 5!” Lelaki bermata sipit itu tersenyum lebar setelah membuka gawai di tangan kirinya sedang tangan kanan sibuk memegang kendali kemudi. “Bagus Ja! Next kita ke mana lagi?” Hening. “Ja!” Hatinya mendadak berdegup melihat ke arah wanita di sampingnya.

Wanita bermata bulat itu sedang khusuk mengerjakan salat di tengah kemacetan. Sebelumnya sudah berulang kali ia meminta untuk mencari masjid atau mushola namun kenyataannya macet tak membuat mobilnya bergerak cukup jauh. Riu diam, memperhatikan wanita itu lewat kaca kecil di hadapannya, bibir tebalnya berucap sebuah doa, mata lentiknya menunduk ke arah paha, ia takbir, Riu terpaku memotret sebuah pemandangan yang menurutnya lebih indah dari sekedar melihat tangkuban perahu tempat yang baru saja ia datangi.

Menunggu, hingga wanita itu mengucap salam. Ia mengusap wajahnya lalu mulai meracau seperti biasa.

“Maaf Pak … tadi Bapak ngomong apa?” tanyanya.

Riu tersenyum, melihat wajah Oja yang masih terus semangat meski guratan di matanya terlihat sangat letih.

“Setelah ini kita ke mana?”

“Arah garut Pak.”

Hari sudah  malam, berulang kali Oja menguap memberikan isyarat pada lelaki di sampingnya bahwa ia sudah kelelahan. Tengkuknya ia regangkan ke arah kanan dan kiri hingga menimbulkan suara gemelutuk. Lelaki di sampingnya terus sibuk menyetir, tak lama menepi di sebuah motel di kota Bandung menuju arah Garut.

“Kita istirahat Ja.”

“Alhamdulillah!” Bernapas lega, akhirnya. Bangunan berlantai dua, dengan warna kuning yang mencolok di setiap dindingnya. Keduanya turun seraya meregangkan otot. Rasanya sudah tidak sabar untuk merebahkan tubuh sesaat, mandi dan berganti pakaian. Oja menunggu lelaki itu menyelesaikan administrasinya.

“Ja Ayo!”

Tak banyak bicara karena sudah lelah, wanita dengan pipi yang sedikit gembil itu hanya mengekor di belakangnya seraya mengucek sepasang mata yang hampir menyipit.

“Masuk,” ucap Riu seraya membukakan pintu.

“Terima kasih Pak .…” Oja buru-buru masuk, kasur empuk terlihat bagai tumpukan awan baginya. Ia letakkan koper lalu mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap. Perlahan terdengar suara dengkuran khas perempuan, tak mengganggu, hanya sedikit ada suara desahan seperti sangat lelah.

Perlahan wanita itu mengerjap, menarik lengannya terlupa ia belum sholat isya. Sudah pukul 10 malam, wanita itu bangkit meregangkan otot, dan ….

“Haaaaaaa!” teriak wanita itu mengempaskan keheningan di dalam kamar. Lelaki bermata sipit tak tau aturan itu terlelap di ranjang terpisah dengannya. Satu kamar dengan dua ranjang dan satu kamar mandi di dalam, satu buah LED memang cocok untuk dua orang. Tapi bukan untuk lelaki dan perempuan yang bukan mahrom. Tak lama ia menggeliat seperti tak punya dosa.

“Kenapa sih Ja!”

“Bapak tuh kelewatan ya! Memang nggak ada kamar lain apa?”

“Nih!” jawabnya seraya melemparkan kartu kredit lalu melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.

Wanita berhijab itu mengendus kesal, beruntung dia tak membuka sehelai apapun yang menempel di tubuhnya. Ia ambil kartu kredit yang lelaki itu berikan, kemudian beranjak keluar dengan kopernya. Menuju ruang receptionist, hanya ada satu orang lelaki berpakaian kaos hitam dan mengenakan blangkon di kepalanya.

“Malam Pak … Saya mau sewa satu kamar lagi.”

“Maaf Mba … full.”

“Full!”

 SERATUS KOIN EMAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang