Bersyukur

3.3K 486 39
                                    

"Dik Sekar kesini sama siapa?"

Suara Raden Tjandra membuyarkan pikiranku.

"Oh, tadi saya kesini sama Bude Waginem."

Kuliat tempat Bude Waginem melakukan tawar menawar, tapi kini sudah berganti dengan orang lain. Bude Waginem sudah tidak ada disana, mungkin sudah masuk ke pasar yang sudah sesak lautan manusia. Matahari sudah semakin meninggi ditambah hari ini adalah tanggal pasaran. banyak orang dari berbagai daerah kesini untuk kulakan dan berjualan.

Jelas sekali tidak mungkin aku menyusul Bude Waginem masuk kedalam pasar yang kini sebagian bangunannya tengah dibangun. bisa jadi kami malah sibuk saling mencari dan tidak jadi belanja.

"Ditunggu di luar saja dik, nanti bude waginem pasti kembali lagi. tadi dik sekar kesini naik apa?" Raden Tjandra mencoba memberi saran.

"Naik kereta kuda, kangmas. dianter Kang Bedor rewang-nya pakde."

"Oo... Kalau begitu tunggu diparkiran kuda saja. Ayo dik, saya temeni." tawar Raden Tjandra lagi.

Duh, lagi-lagi jantungku terasa ingin pecah. berasa dipukuli pakai palu bertubi-tubi. tapi senang juga sih. untung saja tidak ada adik-adikku yang ikut ke Yoja, kalau liat pemandangan seperti ini, aku bisa habis disoraki sama mereka.

"Kangmas ke pasar belanja?"

"Ndak, tadi liat dek sekar. jadi mampir. Dik Sekar itu masih saudara sama Pak Tugiran ya?"

"Njih, Bude Waginem itu kakak perempuan rama."

"Jadi ini nginep dirumah Pak Tugiran ya? Berapa hari dek?"

"Iya, mungkin seminggu."

"Oo..."

seketika suasana menjadi hening, mungkin karena sama-sama canggung. akhirnya kami hanya melanjutkan jalan sambil diam. kini parkiran kuda sudah tidak jauh lagi. Kang Bedor juga terlihat sedang tidur-tiduran diatas kendali kuda.

"Dik Sekar bisa baca tulis?" suara Raden Tjandra kembali terdengar.

"Bisa, Kangmas."

"Latin bisa?"

"bisa."

"Berarti kalau saya nulis surat untuk Dik Sekar, Dik sekar bisa membalaskan?"

aku hanya mampu mengangguk saat menjawab pertanyaannya. lha sudah terlanjur ngaku bisa nulis, masa bilang tidak bisa membalas. Raden Tjandra ini lucu juga.

"Oh iya. Kalau kangmas Tjandra ngasto (kerja) dimana?"

"Kalau tidak sedang sibuk, saya ngajar dek, disekitar Umbulharjo, di Taman Siswa."

"Kalau sedang sibuk?"

"Ya saya ndak ngajar." Seulas senyuman terbit diwajahnya. "Oh iya, berhubung Dik Sekar bisa baca tulis, besok kapan-kapan kalau tak ajak ngajar mau kan?"

"Njih."

"Dek Sekar ternyata pendiam ya."

***

Aku tahu sejak pulang dari pasar tadi, minul terus saja memandangku dengan tatapan aneh. beberapa kali dia tampak mengenyitkan dahi. katanya aku senyum-senyum terus seperti orang orang kesambet. tapi masa bodolah. hatiku sedang senang sekarang.

Siapa sangka aku bisa ketemu Raden Tjandra disini. ternyata orangnya cukup supel dan menyenangkan. kalau seperti ini tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Jaka Tuo sepertinya hanya gosip belaka, nyatanya dia tidak juga tampak tua.

pokoknya hari ini adalah hari yang menyenangkan. harusnya aku tidak boleh percaya begitu saja omongan orang, bisa jadi mereka hanya mengira-ira dan mengarang karena tidak senang denganku.

Aku benar-benar bersyukur dengan anugrah Gusti Allah, meskipun aku cukup terlambat untuk menikah, semua ini membuatku semakin percaya bahwa rizky seseorang sudah ditentukan oleh-Nya dan tidak akan pernah tertukar.

TBC

Garwa Kinasih (Istri Kesayangan). End-Where stories live. Discover now