Sakit Hati

3.2K 412 43
                                    

Kulon Progo, 15 Maret 1922
Kepada:
Kangmas R. Tjandra Wiryadi
di Sedayu

Maaf yang mendalam saya haturkan kepada kangmas Tjandra atas kelancangan saya mengirimkan surat ini. Mungkin saat kangmas menerima surat ini ada kebencian yang sangat dalam untuk diri saya ini. Saya akan menerima dan  memakluminya.

Kangmas Tjandra, saya menulis surat ini dengan berlinang air mata. Saya benar-benar sudah berputus asa. Menolak lamaran kangmas bukanlah sesuatu hal yang saya inginkan, apalah daya saya hanyalah seorang perempuan yang tidak berhak memutuskan.

Rama pernah bercerita, saya dilamar Pangeran Mangkubumi untuk dijadikan selir saat saya berusia 13 tahun. Saat itu beliau akan belajar di Leiden. Setelah itu kabar berita tentang beliau tak lagi terdengar hingga kemarin kangmas melamar saya.

Benar rama memang meminta saya memutuskan pilihan saya, tapi ternyata saat saya tengah berfikir Pangeran Mangkubumi telah kembali ke tanah jawa. Sehingga tanpa menunggu jawaban dari saya, beliau membuat keputusan untuk melanjutkan perjodohan dengan Pangeran Mangkubumi.

Saat ini hati saya benar-benar hancur berkeping-keping. saya memahami hal seperti ini tidak layak untuk diceritakan kepada siapapun, tapi mengingat perjuangan kangmas untuk diri saya, saya merasa tidak adil jika kangmas tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Untuk itu, ijinkanlah saya mengungkapan perasaan yang selama ini saya rasakan melalui surat ini, agar kemudian saya bisa melapangkan dada dan mengikhlaskan apa yang terjadi. Saya harap kangmaspun demikian karena kangmas sangat layak untuk dicintai dan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari saya.

Salam hormat,

Sekar Arum

Kuakhiri surat panjang untuk Raden Tjandra yang kini separuh halamannya telah basah dengan air mata. Aku tidak tahu kapan aku bisa menyerahkan surat ini untuknya. Tapi menulis ini setidaknya bisa menghapus sedikit beban di dadaku.

Kulipat surat itu dan kusimpan bersama dengan surat dari Raden Tjandra ditumpukkan jarikku. Aku akan lebih kuat sekarang. Kuhapus air mataku dan merapikan ruanganku.

Sejak rama memanggilku tadi siang aku hanya mengurung diri dikamar. Bersyukur tidak ada menggangguku, mungkin ibu juga sudah mewanti-wanti Kirana dan Larasati sehingga tidak ada mendekati kamar. Aku memang membutuhkan waktu sendiri.

***

Aku tidak akan pernah menyadari kereta Raden Tjandra sudah terparkir dihalaman pringgitan jika saja adik-adikku dan Minul berisik membicarakan kereta kuda yang nampak mewah itu. Sudah dua hari ini aku masih mengurung diri dikamar dan sudah dua hari ini melewatkan makananku, entah kenapa tidak terasa sedikitpun rasa lapar diperutku.

Mendengar berisik adik-adikku, Segera saja aku bergegas berlari dari bilik kamarku ke jendela untuk menyaksikan apa yang sibuk dibicarakan adikku.

Aku melihatnya, aku melihat sosok Raden Tjandra dengan setelan baju jawa, surjan berwarna hitam bunga batu dan jarik motif sidomukti. Dia tampak sangat gagah disana.

Bersyukur aku sampai di jendela disaat yang tepat, Raden Tjandra baru saja keluar dari keretanya. Matanya tampak mencari-cari keberadaanku dari celah-celah pintu dan jendela berterali kayu hingga kemudian tatapan kami bertemu. Senyumnya merekah dengan indah, memberi anggukan kecil untukku mengisyaratkan dia datang untuk memenuhi permintaanku.

Aku sudah tidak tahan lagi, melihat senyumnya air mataku kembali jatuh tak terbendung. Semua ini benar-benar menyiksa nuraniku. Aku tidak mampu menatapnya lebih lama lagi. Untung saja Kang Kasan kusir rama datang dan mempersilahkan Raden Tjandra duduk di Joglo. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana perasaannya setelah rama menolaknya.

TBC

Garwa Kinasih (Istri Kesayangan). End-Where stories live. Discover now