"Dan saat kau menghampiriku, dari sanalah lika-liku takdir ini terus menghantui."
Red Strings
Chapter 2 – Reminiscence (1)
A flashback chapter
.
.
.
Seoul 2017
Mentari belum lama keluar dari peraduannya, tetapi bulan sudah sepenuhnya menyingkir dari cakrawala tatkala gerbang salah satu sekolah di ibukota terbuka lebar dan dipenuhi oleh objek siswa-siswi yang berlalu lalang untuk menimba ilmu.
Semuanya dimulai dari sana.
Hari itu dilalui Park Jihoon seperti sedia kalanya.
Berangkat bersama sang kakak sepupu, Sooyoung, berbekal satu kotak makan biru laut, mengumbar senyum pada siapa saja orang menyapa, memasuki ruang kelas, dan langsung dihujani informasi random dari ketiga teman dekatnya.
Seonho menceritakan tentang penemuan restoran cepat saji baru di dekat sekolah mereka.
Hyungseob tak ingin kalah dengan mengulik masalah tugas kelompok dengan deadline minggu depan.
Daehwi sendiri membawa informasi mengenai seorang anak baru di sekolah mereka.
Jihoon tak memiliki berita untuk dipasarkan, ketiga teman setianya selama setengah tahun ini tak akan mengerti topik penghias kehidupan abu-abunya. Untaian merah di sepanjang mata indahnya memandang, runut cerita takdir tak lazim bagi orang-orang awam.
Suasana kelas tingkat satu dipenuhi keramaian sang penghuni turut menjadi tontonan menarik selain mendengarkan ocehan seru teman-temannya. Tingkat satu. Setelah semua dari mereka menginjak setidaknya usia 15 tahun. Usia normal di mana benang merah tiap insan akan bermunculan. Saat itu, you are already meeting your own destiny, at the very least. You just don't know it yet.
Setiap harinya, ada saja orang di sekitarnya, dalam lingkup kelas maupun sekolah berlalu lalang bersama tali merah tak kasat mata mereka. Dalam kelasnya sendiri saja, selama enam bulan ini nyaris satu kelas telah mendapatkan garis takdir masing-masing. Seingat Jihoon, hanya dirinya, Seonho, dan Hyungseob pemilik entitas kelingking tak berwarna darah di kelas 1-1. Mereka baru saja menginjak usia 16 tahun, bukan masalah berarti bagi Jihoon.
"Park Jihoon, kenapa kau hobi sekali melamum sambil memperhatikan orang lain?"
Sebuah pertanyaan jenaka menyentak Jihoon untuk kembali ke alam sadar. Membuang hela napas singkat, tatapan dipenuhi misteri dari balik manik indahnya terarah pada ketiga pasang mata di sekitarnya; tengah memandanginya dengan kompak menahan tawa.
"Ahn Hyungseob, kau juga kebiasaan sekali menggangguku kegiatanku!" Jihoon memberengutkan bibir ranumnya lucu, sontak tawa lepas ketiga temannya lepas melihat reaksi Jihoon.
Menggemaskan sekali.
Tangan alabaster milik teman sebangkunya—Hyungseob, jahil meraih kedua pipi tembam Jihoon untuk dijadikan objek pencubitan, "Jihoonie sayang, kalau aku tidak mengganggu aktivitas melamunmu itu, kau tak akan tahu kalau bel sudah berbunyi dan guru akan segera memasuki kelas."
"HAH?" Jihoon nyaris saja memekik kaget, mau tak mau mendapat perhatian teman-teman sekelasnya yang kini mengikuti jejak Seonho, Daehwi, dan Hyungseob untuk tertawa lepas mendapati reaksi Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Strings (Deepwink - Winkdeep)
Romance"Kau percaya kalau kami adalah takdir, Jihoonie?" Entah sudah keberapa kalinya, peluh memenuhi kulit wajahnya di hari indah penuh tawa dan senyuman dari semua kawannya. Galaksi mini berpendar kosong, enggan bersitatap dengan beberapa pasang netra pe...