"Kala itu hujan, saat aku memutuskan mengakhiri senyumnya untukku"
Red Strings
Bae Jinyoung x Park Jihoon
A flashback chapter
Reminiscence 2
Park Jihoon menatap lekat jaket hitam kepunyaan Bae Jinyoung di tangannya. Bukannya memakaikan jaket hangat itu pada tubuhnya, ia justru memilih opsi lain—ya, mengamatinya bagaikan orang bodoh. Nyaris saja Jihoon melewatkan halte bus tempatnya berhenti, karena pendaran manik kembar miliknya terlalu terfokus pada objek kehangatan dalam genggamannya.
Kini, sembari melangkahkan tungkai kakinya menuju rumah tempat tinggalnya bersama sang kakak sepupu—pekerjaan tanpa esensi Jihoon bertambah satu. Otaknya tanpa dikomando menarik segala almari probabilitas—atas perilaku Bae Jinyoung hari ini. Skenario-skenario yang terus berputar, semakin menyeretnya dalam jurang kebingungan atas segala yang akan terjadi dalam kehidupannya.
Tadi itu Bae Jinyoung setuju dengan seruan ceplas-ceplosnya?
Bae Jinyoung tahu betul apa maksud ucapannya, 'kan?
Teman, apa Bae Jinyoung tahu betul teman mana yang tersurat dari bibirnya?
Tapi kenapa justru Bae Jinyoung memberinya jaket ini?
Ck.
Kepala bermahkota cokelat madu itu menggeleng beberapa kali, bersamaan tangan kosong yang semula turut erat meraih jaket kehitaman ikut andil menampar pipi tembam sang empunya. Otaknya memberi perintah untuk menyadarkannya—kembali ke realita dan cepat memutuskan harus bertindak apa ke depannya.
Mata bulatnya mengerjap sesaat kala menyadari pergerakan kakinya sudah mencapai tujuan utama. Buru-buru Jihoon membuka pintu rumah minimalis yang ditempatinya bersama kedua sepupunya. Pemandangan hijau toska dinding-dinding berhadapan memanjakan matanya, sebuah helaan napas pengusir penat ia keluarkan, "Noona! Aku pulang!" Pendengaran tajam Jihoon mendengar dentingan perkakas makan dari arah utara, tempat ruang makan.
"Cepat ke ruang makan, Jihoonie! Makan malam sudah siap!" Kali ini suara jernih Sooyoung memanggilnya.
Betapa terkejutnya si manis begitu mendapati ruang makan yang biasanya diisi olehnya dan Sooyoung seorang pada makan malam—kini diwarnai dengan kehadiran Park Woojin—sepupu gilanya. "Jam masih menunjukkan angka 7 dan Park Woojin makhluk gila satu ini sudah ada di rumah?" Ejek Jihoon pada sang sepupu—memang benar, jarang sekali mendapati eksistensi Park Woojin di rumah sesore ini.
"Ya, kenapa kau tidak suka sekali aku pulang secepat ini? Kalau aku pulang malam karena latihan kau juga memarahiku. Hidupku sepertinya serba salah di matamu." Aksi Woojin yang hendak memakan ayam goreng buatan Sooyoung terhenti seraya melemparkan balasan tak kalah sinis pada sang lawan bicara.
Jihoon ikut menghentikan kegiatan awalnya—duduk di kursi, "Kau pulang malam hanya karena latihan bola? Oh tolong, Park! Jangan sok suci, kita bertiga juga tahu apa yang kau lakukan di luar sana!"
"Kau juga Park, bodoh! Dan aku—"
"Oke sudah cukup, anak-anak! Aku tak ingin mendengarkan pertengkaran kalian berdua malam ini. Kakak sepupu kalian ini harus belajar untuk ulangan besok pagi—dan aku ingin kalian berdua diam dan bertingkah bagaikan sepupu yang saling menyayangi." Lerai Sooyoung dengan cepat—duo sepupu terpisah dan baru saja dipertemukan setengah tahun yang lalu ini memang tak bisa disatukan. Perdebatan kolot berujung tangan anarkis si pemilik wajah rupawan alias Jihoon menyakiti Woojin yang memang lambat dalam refleks akan menjadi hidangan utama kesehariannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Strings (Deepwink - Winkdeep)
Romance"Kau percaya kalau kami adalah takdir, Jihoonie?" Entah sudah keberapa kalinya, peluh memenuhi kulit wajahnya di hari indah penuh tawa dan senyuman dari semua kawannya. Galaksi mini berpendar kosong, enggan bersitatap dengan beberapa pasang netra pe...