Udara pengap dan penuh asap rokok sedikit membuat ku menyesal karna menyia-nyiakan waktu istirahatku dengan datang ke tempat ini.
"oi Hinata, kenapa kau disini.?" Sakura datang dengan pakaian minimnya. Ia sedikit berteriak karna musik yang berdentum.
"aku sedang lelah." ucapku asal.
"kalau lelah, harusnya kau istirahat atau pergi ke tempat pijat." aku mengikuti langkah Sakura hingga sampai ke meja bar.
Sakura mengacungkan dua jarinya ke arah bartender. "non alkohol satu." bartender itu mengangguk dan mulai meracik minuman pesanan Sakura.
"hei, samakan minumanku dengannya." ucapku pada bartender keras.
"kau gila Hinata, kau kan tidak pernah minum. Bagaimana kalau kau mabuk.? "
"kan ada kau." jawabku acuh. Lagi pula pacarnya sudah membuatku menderita. Sekarang waktunya aku yang membuatnya menderita.
Dua minuman berwarna keemasan dengan bongkahan es yang mengambang langsung ku tenggak habis.
Rasa panas membakar melewati tenggorokanku, dan tubuhku tetiba menjadi panas.
"hei Hinata, kau baik-baik saja.?" Sakura bertanya dengan nada khawatir ke arah ku.
"aku tak pernah sebaik ini Sakura." jawabku.
.
.
.
Sakura memijit pelipisnya, Hinata sudah meracau tak jelas dari tadi. Blazer yang ia kenakan sudah lepas. Kancing kemejanya terlepas dua.
Memperlihatkan bercak-bercak kemerahan di sana, ada yang sudah memudar, ada yang masih baru.
"lihat.? Ini adalah ulah kekasih brengsekmu itu. Hik. Apa kau tau apa saja yang ia lakukan padaku hah.? " Hinata berbicara dengan suara keras. Beruntunglah Sakura di tempat ini mereka tidak mempedulikan satu sama lain.
"jangan begitu, cepat tutup kembali." Sakura mengancingkan kemeja Hinata agar mata-mata lapar disana tak memandanginya lagi. Sadar bahwa milik temannya ini lebih di atas rata-rata.
"kau tau, ia hik selalu memanggilku saat jam makan siang, memakaiku hingga aku tak sadar. Aaah, kau tau rasanya aku jadi lebih murahan di banding pelacur. Hik, setidaknya para pelacur itu di bayar." kata-kata Hinata semakin lemah di ujung kalimat, matanya menyendu. "dan yang membutku kesal adalah, karna ia itu kekasihmu. Kalian membuat ku terlihat jahat."
"oh ayolah Hinata, kita ini kan sudah dewasa. Lagi pula aku dan Sasuke, kami tidak berkencan secara eksklusif. Kau tau, ia hanya memintaku sebagai kekasih saat sedang ada acara atau semacamnya. Bahkan tadinya, ku kira Sasuke itu seorang gay." sakura nampaknya mulai kesal dengan racauan Hinata.
Sakura sudah minum dua gelas besar, dan ia belum mabuk. Sedangkan Hinata baru minum satu gelas sudah hampir hilang kesadaran.
"stop.. Stop... " Hinata mengentikan perkataan Sakura. "aku mau menari." kata Hinata beranjak dari tempat duduknya dan menuju lantai dansa yang sudah penuh dengan manusia yang menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik.
"ck, dasar gila."
.
Sasuke merasa ada uap yang mengepul di atas kepalanya.
Ia menatap Sakura yang berdiri di sampingnya. "jangan salahkan aku, dia sendiri yang datang kemari. Dan dia tak bisa ku hentikan." Sakura mendekap tangannya di depan dada dan berlalu meninggalkan Sasuke yang masih bengong menatap Hinata.
Wanita itu bergerak mengikuti irama musih dengan gerakan yang profokatif. Kemejanya yang terbuka dua kancing di bagian dada, juga rok yang naik karna gerakannya. Dan yang paling membuat Sasuke mengeraskan rahangnya.