.
.
.
Yuju tersenyum saat namja berhidung bangir itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Tepat saat ia sedang memikirkan namja itu. Gadis jangkung itu lalu menyesap americano-nya hingga menyisakan setengah dari isi cangkir putih itu. Pandangan namja tampan itu beralih kepada cangkir dalam genggaman gadis di depannya.
"Itu kesukaanku." ujarnya
Gadis itu mengangguk."Apa sekarang menjadi kesukaanmu?"
Gadis itu kembali mengangguk. Namja itu tersenyum tipis."Rasanya pahit. Kau sudah terbiasa?"
"...tidak sepahit kenyataan."
"..."
"..."
"..."
"Apa kabar, Seokmin?"
"Baik."
"Kau sudah lama tidak mengunjungiku. Aku rindu."Seokmin terkekeh pelan.
"Aku memang selalu dirindukan."
"Cih!"Senyuman di bibir tipis namja tampan itu semakin lebar, meski lawan bicaranya sudah mengalihkan pandangan ke arah jendela kaca di sampingnya.
"Kau tidak berubah."
"..."
"Masih begitu indah."
"Aku anggap itu sebagai pujian." jawab gadis berponi rata itu tanpa mengalihkan pandangan."Itu memang pujian. Pujian untuk gadis paling menawan yang pernah ada di hidupku."
"Kau juga tidak berubah, Seok. Masih suka menggombal."
"Aku sedang tidak menggombal, Choi Yuju. Itu kenyataan."
"Yayayaya."Seokmin kembali tersenyum saat gadis itu kembali menyesap kopinya. Gadis itu adalah gadis yang sangat ia cintai. Hingga detik ini. Pandangan namja tinggi itu terfokus pada setiap gerakan gadis di depannya. Choi Yuju terlalu indah untuk dilewatkan oleh Lee Seokmin.
"...aku akan menikah."
Senyuman di wajah Seokmin memudar."...dengan Soonyoung oppa."
Hening
Seokmin masih setia menatap gadis di depannya, meski tanpa senyuman di bibir tipisnya. Sedangkan yang ditatap hanya memainkan jari telunjuknya di bibir cangkir kopinya.
"Chukkhae."
"Hn. Gomawo."
"Kau... mencintainya?"
"..."
"Jangan lakukan jika kau tidak mencintainya."
"Aku...tidak bisa."Seokmin menghela nafas. Menatap ekspresi gadis di depannya yang terlihat sangat tenang.
"...dia mencintaiku."
"Tapi kau tidak."
"Seok-"
"-jangan katakan!"Gadis cantik itu menarik tangannya dari cangkir kopinya dan beralih menggenggam tangan dingin di depannya.
"Aku pasti bahagia."
"..."
"Mungkin tidak sebahagia saat aku bersamamu. Tapi, aku pasti akan bahagia."
"..."
"Dia mencintaiku. Sangat. Aku pasti akan mencintainya nanti. Aku tidak mau kehilangannya juga."
"..."
"Haahhhhh... Tapi, sepertinya aku tidak akan pernah bisa berhenti mendatangi tempat ini."
"...terlalu banyak kenangan." jawab Seokmin akhirnya.
"Ya. Terlalu banyak."Keduanya kembali terdiam. Saling menatap tanpa mengatakan apapun. Berharap hati mereka masih terhubung seperti dahulu.
"Kau janji akan bahagia?"
"Hm?"
"Tapi, aku masih tetap bisa melihatmu, bukan?"
"Tentu saja."
"Soonyoung hyung tidak akan marah?"
"Tidak."
"Okay."
"..."
"..."
"Kebiasaan kita tidak akan bisa berubah. Soonyoung oppa tau itu. Dia mengerti. Dia namja yang sangat baik. Kau tau itu kan?"Kali ini, Seokmin yang mengangguk.
"Datanglah ke pernikahan kami. Aku akan sangat senang."
"Hm. Tentu."
"Gomawo."Seokmin mengalihkan tatapan ke arah jendela, tepat saat sebuah mobil hitam berhenti di depan cafe.
"Soonyoung hyung sudah menjemputmu."
"Jaga dirimu."
"Hm"
Tepat saat gumanan pelan itu, Seokmin menghilang. Tidak. Bukan pergi melangkah keluar dari cafe itu. Namun, benar-benar menghilang. Bersatu dengan udara.Yuju kembali tersenyum saat sosok namja tampan keluar dari mobil yang dimaksud oleh Seokmin tadi. Ia memandangi kursi di depannya yang kembali kosong. Kemudian, melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari cafe itu dan menghampiri namja yang menyambutnya dengan pelukan hangat.
Choi Yuju pernah membenci dirinya. Karena ia berbeda. Namun, sekarang ia justru bersyukur untuk hal berbeda itu. Kemampuannya untuk melihat dan berkomunikasi dengan 'mereka' yang tidak terlihat setidaknya tetap membuat dirinya dan Seokmin bisa terus bertemu.=o0o=
Gimana?
Ngerti karakter Seokmin disini?Hehe
Ya udah. Emang segitu aja.See you😘
KAMU SEDANG MEMBACA
FanFiction [Slow Update]
FanficKisah gaje yang datang tanpa diundang dan pergi tanpa perlu diantar, kayak kamu. Iya. Kamu :)