--5--

225 27 0
                                    

"Lia!" panggil gue akhirnya.

Saat gue manggil Lia yang berbalik malah bukan Lia, melainkan teman - teman Lia. Gue yang lihat pun sedikit bingung, tapi akhirnya Lia ikut berbalik juga. Dia menatap gue dengan tatapan terkejut seperti biasanya.

Kadang gue merasa, bahwa gue setan kesiangannya Lia.

Gue enggak terlalu peduli sama beberapa cewek yang ada di dekat Lia. Tapi gue segera mendekati Lia dan memberinya minuman yang tadi gue beli.

"Buat lo," senyum gue.

Dengan gaya keren, gue menatap Lia dengan penuh senyuman. Gue enggak berpikiran kalau itu membuat gue malu. Ngejar - ngejar Lia kayak gini apalagi di depan teman - temannya. Gue malah merasa sangat percaya diri saat sudah mengenal Lia.

Sebenarnya, gue juga bingung lagi mikirin apa?

Lia pun tidak bisa berkata - kata. Dia terlihat bingung tapi tetap menerima pemberian gue dalam diam. Gue pikir Lia pasti ngira gue cowok aneh yang baru kenal tapi sudah sok dekat gini ke dia. Iya, gue memang sudah gila. Kayak bukan diri gue sendiri.

"Ji, ngapain lo diam disana? Katanya mau ke kelas."

Gue langsung menatap Yeji yang terdiam. Hampir lupa gue kalau tadi ke kantin bareng dia. Setelah gue sadarin dia, akhirnya Yeji mengikuti gue pergi ke kelas.

Saat tiba di depan kelas, tiba - tiba Yeji menghadang gue di depan pintu kelas. Jelas gue bingung dan menatapnya dengan heran. Ini anak kenapa?

"Lo benar Haruto yang gue kenal, kan?"

"Aneh lo!" Gue hanya tertawa kecil lalu melewatinya.

"Gue kira lo phobia dekat - dekat sama cewek To."

"Gila lo ya! Gue masih normal." Gue ketawa dan tak percaya dengan pernyataan Yeji.

"Siapa dia? Saudara? Ehh enggak mungkin. Tatapan lo itu mencurigakan."

"Mencurigakan gimana?" Gue duduk di tempat duduk gue, sementara Yeji masih berdiri dan mengintrogasi gue.

"Dia gebetan lo atau pacar lo? Tapi kalau pacar kayaknya enggak."

"Dia teman baru gue. Kepo lo, ah!"

Akhirnya percakapan kami sampai disana. Gue pergi dari kelas dan meninggalkan Yeji.

Bukannya gue malu mengakui Lia sebagai gebetan gue. Tapi gue memang enggak suka kalau masalah pribadi gue sampai orang tahu. Karena gue tipe orang yang enggak suka curhat dan mendengarkan orang curhat. Gue lebih suka menyimpannya sendiri dan enggak mau tahu urusan orang lain.

Kalau kalian tahu ini, kalian pasti bakalan mengira bahwa gue dan Lia terlihat mirip. Tapi enggak, kita beda banget. Gue rasa begitu.

Suatu ketika, gue pikir kembali. Kenapa gue bisa seperti sekarang?

Deketin Lia?

Gue tipe orang yang enggak mau peduli dengan orang.

Intinya, orang nyapa gue, gue sapa balik. Orang senyumin gue, gue senyumin balik.

Tapi sama Lia,

Sayangnya angin rooftop ini tidak bisa menjawab gue. Pemandangan sawah hanya bisa menghibur gue karena keindahannya. Tidak bisa memberi setitik saran atau pendapatnya. Tapi, jika adapun, gue mungkin enggak akan peduli.

--**--

"To! Ada surat dari Lia, nih" ucap Yedam

--**--

--Sampai saat ini, gue enggak tahu, perasaan macam apa yang gue simpan buat Lia--
--Haruto

L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang