--10-

274 36 6
                                    

"Hari ini tidak pernah menjadi plan gue. Tapi hari ini pernah jadi mimpi gue. Di rumah kecil yang hangat ini, gue suka." Haruto

Lia mengajak gue duduk di sebuah sofa berwarna cream itu. Sementara ibu Lia pergi ke dapur dengan sayur - sayuran yang dibawanya tadi.

"Sepi banget rumah lo,"

"Hm, adikku sedang ada les hari ini."

"Ayah lo?"

"Ayah tugas diluar kota."

Beberapa menit kemudian, ibu Lia datang membawa minuman dan cemilan. Ibunya sangat ramah. Dia terus mewawancarai gue. Tapi enaknya tidak membuat gue tegang atau terpojokkan.

"Kenapa kamu tidak tinggal di Jepang dengan saudara kamu, Haru?"

"Maunya begitu tante. Tapi sudah terlanjur nyaman disini. Bareng keluarga besar juga. Jadi saya beberapa bulan sekali saja ke Jepangnya."

"Besok - besok kalau ke Jepang, ajak - ajak Lia, ya! Biar Lia pernah ke luar negeri, gitu."

"Memangnya boleh tante?"

"Boleh dong."

"Ibu." Lia memandang dengan tatapan penolakan.

"Yasudah, tante tinggal dulu, ya."

Ibu Lia pun beranjak dari duduknya. Sementara itu, masih ada gue dan Lia di ruang tamu. Berdua saja tanpa siapapun.

Tadinya hal ini yang gue pengin. Apalagi saat dimana Yedam selalu membatalkan keinginan gue itu. Tapi sekarang gue malah canggung. Enggak tahu harus melakukan apa.

Cewek itu suka cowok yang tampan. Tapi jauh dari kata tampan, gue pikir cewek lebih suka cowok yang humoris. Kadang itulah yang membuat gue sedikit minder. Humoris bukanlah karakter gue.

"Tugas lo tadi udah selesai?" Saking mentoknya bahan pembicaraan di otak gue, malah tugas yang ujung - ujungnya muncul.

"Hm," dia mengangguk.

"Gampang, ya?"

"Enggak juga,"

"Gampang lah, kan ada Yedam di kelompok lo. Dia itu jago matematika."

Kenapa gue jadi kasih pujian ke Yedam di depan Lia? Bego!

"Iya," Lia menatap gue dengan tawa kecilnya.

"Kok lo ketawa, sih? Memangnya Yedam lucu?"

"Ah? Enggak." Lia menggerakkan tangannya di depan dada seperti menolak akan tuduhan gue.

"Terus?"

"Enggak ada."

"Bohong."

Tiba - tiba sebuah jam beker berbunyi di atas meja yang ada depan Lia. Gue sempat terkejut karena sempat hening beberapa saat.

Gue heran, kenapa alarm rumah Lia jam lima sore? Apa karena dia salah menyetel alarm? Dimana seharusnya jam lima pagi tapi bunyinya malah jam lima sore.

"Lia! Ajak Haruto ke kebun, gih!"

Terdengar suara teriakan ibunya Lia dari dapur diiringi bunyi - bunyi lainnya yang bersumber dari masakan ibunya.

"Kemana?"

"Taman belakang. Kami punya kebun."

"Kebun?"

Akhirnya gue pergi mengikuti Lia menuju kebun yang dikatakannya tadi. Kebun itu sangat indah. Dari depan tadi, gue enggak nyangka kalau Lia memiliki kebun kecil yang indah seperti ini. Tidak hanya itu, ada sebuah tempat kecil yang terbuat dari kayu untuk duduk. Sangat unik. Ditambah beberapa burung yang terus mengeluarkan bunyi.

"Keren,"

"Ini kebun peninggalan nenekku."

"Selama ini lo yang rawat?"

"Hmm, aku suka itu dari kecil."

"Pantas lo suka pergi ke cafe itu."

"Cafe mana?"

"Yang di dekat halte tadi."

"Kamu tahu?"

Karena terlalu senang menikmati pemandangan ini, gue sampai lupa diri. Cafe yang sering didatangi Lia itu, tempat pertama kali gue lihat dia. Gue bukan stalker, tapi selalu saja kebetulan itu gue jadikan takdir pertemuan gue dengan Lia. Tapi gue sadar, Lia tidak tahu itu.

"Oh, iya. Gue enggak sengaja pernah lihat lo dulu disana."

"Kamu sering pergi ke cafe itu?"

"Enggak juga. Kalau ada waktu libur saja. Tempatnya juga jauh dari rumah gue."

Lia menatap gue bengong. Itu membuat gue salah tingkah. Akankah dia percaya dengan pengakuan gue ini. Sebenarnya memang agak aneh. Dari sekian banyak orang disana, kenapa gue tahu Lia. Apakah dia berpikir demikian?

"Buruan disiram! Gue bantu."

Akhirnya gue mengalihkan pembicaraan sembari mengambil air di tempatnya.

—Gue pengin ngirim kode ke dia—
—Tapi gue takut ini terlalu cepat—
—Dan akhirnya dia akan menjauh dari gue—
Haruto

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang