Sebelum baca berdoa dulu ya guys 😉
.
Di biasakan votement sayang❤
.
Silent readers?
Aku doain semoga cepet dapet hidayah buat votement😘Hyeri pov
Setelah sarapan di kantin rumah sakit, aku pun segera menuju kamar rawat ibuku.
Baru saja di pertengahan jalan langkah kakiku sudah terhenti, dengan mataku yang masih tertuju pada sebuah sudut taman.
Tepat di ujung sana, aku melihat seorang pria yang mungkin seumuran denganku sedang duduk sendirian di kursi taman.
Karena rasa penasaranku, aku pun mencoba mendekatinya.
Saat aku sudah berada tepat di samping pria itu, aku melihatnya sedang menangis, dan sesekali aku mendengar suara isakan tangisnya yang begitu menyayat hatiku.
Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang basah karena air matanya sendiri.
Aku tidak tau sudah berapa lama aku di sini tapi dia tidak juga berhenti menangis. Mungkin dia tidak menyadari kehadiranku.
Setelah ku rasa semuanya sudah lebih baik aku mencoba membuka suaraㅡmungkin bertanya tentang penyebab air mata itu keluar.
"Kenapa kau menangis?" Tanyaku masih sedikit ragu karena dia belum juga menyingkirkan kedua telapak tangannya itu dari wajahnya.
"......"
Setelah menunggu beberapa menit untuk mendapatkan jawaban dari pria itu, dia tidak juga membalas pertanyaanku.
"Apa aku mengganggumu?" Tanyaku sekali lagi. Iya aku tau itu pertanyaan konyol tapi aku tidak punya topik lagi selain itu. Pertanyaan yang memenuhi isi kepalaku saat pertama kali melihatnya tiba-tiba menghilang.
Karena dia tidak juga bersuara, aku pastikan kalau aku memang mengganggunya.
"Mmmm... joesonghabnida.. Kalau begitu aku akan pergi" Aku membalikkan tubuhku dan mulai melangkahkan kaki ku untuk menjauh dari taman ini. (Maaf)
TAPI...
"Dangsineun nareul gwichanhgehaji anhseubnida geurigo..." Dia berhenti sejenak menarik nafas lalu menatapku dengan matanya yang penuh air mata. (Kamu tidak menggangguku dan...)
"... dangsineun yeogiyo jeoreul dongban hal su isseubnikka?" (Bisakah kamu temani aku di sini?)
Aku terkejut mendengar pria itu bersuara apa lagi dengan tatapan menyedihkan itu.
Matanya yang sembab menatapku begitu dalam, entah apa arti dari tatapan itu aku pun tidak terlalu memahaminya.
"Mmmm.. Baiklah" aku mulai bersuara untuk menghilangkan rasa canggung ini.
"Yeogi anjado dwaeyo?" Tanyaku masih dengan nada ragu-ragu sambil menunjuk ruang kosong di sebelahnya. (Boleh aku duduk di sini?)"Tentu" jawabnya singkat. Lalu dia kembali menundukkan kepalanya.
Sebenarnya ini bukan pertama kali aku melihatnya duduk sendirian disini. Setiap pagi aku sering melihatnya tapi aku tidak pernah mencoba bertanya seperti hari ini.
"Apa yang sedang kau lakukan di rumah sakit ini aku sudah beberapa hari ini melihatmu selalu duduk sendirian di sini?" Setelah sedari tadi otakku berputar mencari topik pembicaraan yang tepat akhirnya aku menemukan pertanyaan ini.
Jujur aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan aku tak pernah memiliki teman di sekolahku karena aku lebih suka menyendiri di temani tumpukan buku di dalam perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS & PROMISE [Proses REVISI]
Ficção AdolescenteKehidupan yang penuh dengan rasa sakit, kehilangan dan air mata. Mimpi dan janji yang selalu berkaitan... 💌 #March 03, 2019 #....... @jeonriza #D&P 💜 💌굼과 약속