Memori Itu Datang Lagi

6.2K 253 0
                                    

"Moza tunggu!!" Moza berhenti sejenak saat seseorang memanggilnya. Setelah tahu yang memanggil adalah Regas, ia kembali berjalan. Regas menarik tangan Moza.

"Kan sudah aku bilang jangan pernah memanggilku saat di kampus. Kamu ingin satu kampus tahu status kita apa hah?"

"Aku ingin kok. Biar mereka tahu aku punya saudara tiri yang cantik" Moza menginjak kaki Regas dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Regas yang meraung kesakitan.

Drrtt..drrtt..satu pesan masuk dati Regas.

Moza,ku tunggu kau di parkiran sekarang!!

Moza memasukkan kembali handphonenya dan mulai fokus dengan jus melon di depannya.

"Hay, boleh duduk disini?" sapa seorang laki-laki dari arah belakang.

"Ini milik umum. Silakan saja" Moza tak terlalu ambil pusing dengan laki-laki yang sekarang berada tepat di depannya. Sepertinya Moza belum pernah melihatnya.

"Aku Dirgahari Setiawan. Panggil aku Dirga. Kamu?" Laki-laki itu memamerkan deretan giginya yang putih bersih. Wajahnya putih bersih tanpa jerawat dengan alisnya yang tebal serta bola mata berwarna capuchino.

"Moza" jawab Moza singkat tanpa ekspresi.

Laki-laki itu tak menyerah, ia kembali bertanya pada Moza yang diam sambil mengaduk-aduk jus melonnya.

"Aku mahasiswa baru disini. Aku jurusan Desain Grafis. Kamu?"

"Aku permisi. Selamat siang"

Moza senang kalau meninggalkan orang begitu saja.

Di parkiran Regas menunggu Moza dengan sabar. Sesekali ia diajak berbincang sejenak oleh "fans" beratnya  yang kebanyakan gadis-gadis.

"Aku menunggumu dari tadi kenapa kamu baru datang?"

"Siapa yang menyuruhmu menungguku?" Moza kembali berjalan meninggalkan Regas. Lagi.

Buru-buru ia menstater motornya dan pergi.

******

Regas kembali ke rumah sederhana itu. Dilirik jam tangan mewah yang terpasang di tangan kanannya. Pukul 5 sore. Apa ia ada di rumah?

Regas mengetuk-ngetuk pagar dan tak lama kemudian keluar lah seorang pria setengah baya yang kira-kira berumur 40 tahunan itu. Pria itu masih terlihat tegap dan garis wajahnya menunjukkan pria itu berwatak keras.

"Anda siapa, anak muda?" tanya pria itu dari depan pintu rumahnya.

"Aku Regas. Bisa kita bicara sebentar?"

"Regas? Saya nggak kenal kamu . Silakan kamu pergi" Pria itu hampir menutup pintunya.

"INI MENYANGKUT MOZA , ANAK ANDA!! Pria itu sepertinya tertarik dengan ucapan Regas barusan.

Ya Regas menemui Toro-ayah kandung Moza.

"Baiklah sekarang apa urusanmu dengan anakku?" tanya Toro.

"Aku saudara tirinya Moza. Daddy ku menikah dengan mamanya Moza"

"Lantas?" Toro tidak sabar menunggu Regas bicara lebih lanjut.

"Aku sedih melihat Moza yang selalu merasa kesepian. Dia ingin bertemu denganmu"

"Aku belum siap. Kalau begitu anda boleh pulang sekarang. Aku mash banyak pekerjaan"

Regas keluar dari rumah Toro dan pergi menuju mobilnya.

**

Regas POV

Seminggu yang lalu aku bertanya pada Mak Odah tentang ayah kandungnya Moza. Mak Odah bersedia menceritakan semua. Terakhir kali Mak Odah tidak sengaja bertemu dengan Pak Toro di sebuah supermarket. Namun Pak Toro tidak menyadari keberadaan Mak Odah. Kemudian Mak Odah mengikuti kemana Pak Toro pergi dan ternyata ia menyewa sebuah rumah sederhana yang tadi aku datangi.

Mak Odah sangat ingin aku membantu Moza agar bertemu dengan ayah kandungnya. Tentunya tanpa memberitahu mommy.

Lain kali aku akan mengajak Moza bertemu ayahnya. Aku berjanji sebagai seorang laki-laki.

"Moza, boleh minta pendapatmu?" tanyku yang melihat Moza tidak sengaja lewat depan kamar. Kamar Moza dan aku berada di lantai dua dan saling berhadapan.

"Apa?" Moza mengiyakan pertanyaanku tadi.

"Aku ada tugas besok dan kira-kira aku pakai ide yang ini atau yang ini?" Di tanganku ada dua buah makalah bersampul biru dan hijau.

"Pilih yang biru. I love blue"

"Thank you, sista"

Moza menyalakan lagu rock sangat keras di kamarnya dan tentu saja membuatku tidak berkonsentrasi mengerjakan tugasnya.

"Moza, tolong pelankan volumenya. Kamu membuatku pusing. Mozaaaaa!" teriak Regas. Ternyata pintu kamar Moza tidak dikunci. Regas masuk ke kamar Moza. Dipandangnya seluruh isi kamar saudara tirinya itu. Tidak berantakan malah terkesan rapi. Pantas saja Moza tidak mengizinkan siapapun untuk masuk ke wilayah pribadinya.

Terdengar Moza sedang mandi sambil ikut bernyanyi.

Regas duduk di depan layar laptop milik Moza yang masih menyala.

"Kamu bisa mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu yang tidak jelas ini Moza?"batinku.

Arrggghhhhhh....teriakan  Moza membuatku cepat berbalik. Moza melempari ku dengan apa saja yang berada di dekatnya. Untung Moza memakai handuk kimono jadi tak perlu memperlihatkan punggungnya yang mulus.

"Maaf Moza aku nggak sengaja. Aku.."

"Keluar kau! Beraninya kamu masuk kamarku!"pekik Moza dan mendorong keras tubuhku samapi di depan pintu dan Brakkk Moza menutup pintunya dengan keras.

Aku tersenyum licik di luar kamar Moza.

**

tetep coment n vote .. maacih :*

Lophe,
221092♥

Thank you My Stepbrother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang