Regas POV
Aku melihat Dirga ada di resepsionis dan saat itu aku sedang berada di ruang administrasi. Aku mengikuti Dirga dan benar saja dugaanku kalau Dirga mencari tahu kamar Moza.
Aku menahan tangannya yang hendak membuka pintu kamar.
"Hei Regas sedang apa kamu disini? Kamu mau menjenguk Moza juga?"
Aku menarik kerah kemeja yang dipakai Dirga mendorongnya ke dinding. Dirga terkejut.
"Hey kamu kenapa Bro? Aku punya salah apa?" Dalam suasana seperti ini pun dia masih berlagak cool. Cih.. aku sengaja meludah di depannya.
"Aku sudah berjanji kepada Moza akan memberikanmu perhitungan kalau sampai kamu mempermainkannya. Dan sekarang aku akan buktikan janjiku pada Moza" Aku menatap tajam ke arah Dirga. Nafasku berat menahan amarah.
"Sabar. Kita bisa jelaskan semua. Aku nggak ngerti maksudmu Regas"
"Sok suci kamu. Aku melihatmu masuk ke dalam bar dengan wanita seksi dan ternyata bukan hanya aku yang melihat bahkan Moza pun sempat mendatangi rumahmu dan yang menerima dia adalah wanita jalangmu"
"Jadi itu masalahnya? Kamu marah karena itu? Sudah kuduga kamu memang mencintainya kan?"
"Sekarang kamu yang sok suci. Kamu bilang nggak mencintai Moza tapi apa? Diam-diam kamu berlagak seperti guardian angel untuk Moza. Kamu menikamku Regas!"
Aku mulai mengendurkan pegangan di kerah kemeja milik Dirga. Aku terduduk di bangku biru. Mengacak-acak rambut. Frustasi.
"Kalau saja aku bisa memilih, aku memilih untuk menjadi kekasihnya Moza daripada mesti menjadi saudara tiri untuknya"
Dirga shock. Dia tak percaya kalau ternyata aku dan Moza adalah saudara tiri.
"Lebih baik kanu pulang. Aku nggak biarin kamu bertemu Moza. Atau kamu mau pulang dalam keadaan wajahmu yang babak belur"
Diam - diam Moza mendengarkan pertengkaran Regas dan Dirga di depan kamarnya.
Moza tidak menyangka kalau selama ini Regas begitu peduli dan bahkan mencintai dirinya.
Moza menangis.
❤❤❤❤❤
Hari ini Moza pulang dari rumah sakit. Lolita dan Jerry belum sempat menjenguknya karena kesibukan mereka. Tapi masih ada Mak Odah yang setia mengurusi Moza.
"Non Moza istirahat deh. Nggak usah menonton tv terus" kata Mak Odah. Saat Mak Odah menghampiri Moza di kamarnya, Moza malah asyik menonton acara talkhsow kesukaannya.
"Aku boleh bertanya Mak?"
"Tentu. Non Moza mau nanya apa?"
"Aku sebenarnya anak kandung mama atau bukan sih? Aku ngerasa mama nggak menyayangiku" Moza menangis. Bibirnya bergetar.
Mak Odah mengelus pelan pipi Moza dan menghapus air matanya.
"Kan sering Mak jawab kalau non Moza anak kandung mamanya"
"Tapi aku.."
"Sudah Non lebih baik tidur biar besok badannya sudah segar kembali"
Di balik pintu, Regas mendengarkan pembicaraan Moza dan Mak Odah.
Malam ini Jakarta diguyur hujan deras dan sudah sejam lebih tidak berhenti. Petir pun saling bersahut-sahutan. Dalam suasana seperti ini Moza tidak akan pernah bisa tidur sendiri. Biasanya ada Mak Odah yang menemani. Moza takut akan petir. Moza keluar dari kamar hendak menuju kamar Mak Odah di lantai bawah. Perlahan Moza menuruni anak tangganya. Suasana gelap karena satu rumah sudah tidur.
Moza melihat kamar Mak Odah masih terang dan pintunya pun terbuka. Mak Odah terdengar sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Moza berjalan mengendap-endap.
"Nyonya kasihan Non Moza. Apalagi Tuan Toro sudah nggak ada" Suara Mak Odah pelan namun jelas didengar Moza.
"Mak saya harus menemani suami saya disana. Saya titip Moza sama Mak Odah. Kemungkinan Regas akan ikut bersama kami karena mungkin ia akan mewarisi bisnis ini di kemudian hari"
Apa ini? Mama mau meninggalkan ku? Kenapa?
"Lalu Non Moza bagaimana? Dia butuh anda disini Nyonya"
"Saya sudah cape Mak mengurusi anak itu. Anak itu susah diatur nggak seperti Regas yang menurut"
"Maaf Nyonya, bukan kah Nyonya sudah berjanji dengan almarhumah Nyonya Lola untuk menjaga putrinya?"
Nyonya Lola? Putrinya? Apakah aku yang dibicarakan?
Moza membuka pintu kamar Mak Odah. Lolita pun kaget begitupun dengan Mak Odah.
"Non Moza? Kok belum tidur? Oh pasti karena ada petir ya. Mari Mak temani tidur" kata Mak Odah sambil menarik tangan Moza. Moza menolak.
"Sebenarnya apa yang sedang mama dan Mak Odah bicarakan? Aku cukup dewasa untuk mengetahui semuanya" Moza menatap Lolita tajam.
"Mari non Moza kita tidur saja" Moza menghentak tangan Mak Odah. Moza tak bergeming dari hadapan Lolita.
"Jawab Ma. Apa sih sebenarnya yang terjadi?"
"Baik kalau begitu. Kalau kamu mau tahu sebenarnya. Begini Moza, aku bukan mama kandungmu. Mama kandungmu meninggal saat melahirkan kamu. Dia adalah Lola, saudara kembarku. Papamu hampir frustasi kehilangan orang yang dicintainya"
Moza diam. Namun air matanya menetes deras di pipinya.
"Lalu papamu menikahiku dengan alasan agar aku bisa merawat dan membesarkanmu seperti layaknya seorang ibu"
"Aku..aku bukan anak kandung mama?"
"Ya Moza. Jadi tolong berbuatlah jangan sesukamu. Aku mulai cape dengan tingkahmu yang urakan dan seenaknya. Aku malu kepada Jerry, Regas dan.."
Moza pergi tanpa mendengar kelanjutannya. Ia tidak pedulu dengan suara petir. Yang terpenting sekarang ia pergi dari kamar Mak Odah dan tidak mendengar apa-apa lagi.
Ia membanting pintu dan mengunci kamarnya rapat-rapat.
***
Vommennt plese..Lophe,
221092❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you My Stepbrother
Fiksi RemajaMoza benci sama keluarganya. Benci banget. Setelah perceraian kedua orang tuanya, papanya masuk penjara dan mamanya menikah lagi dengan pria keturunan Inggris dan mempunyai seorang saudara tiri. Regas-cowok keren yang mesti jadi saudara tirinya. Gim...