Aksen

13.3K 695 13
                                    

Veronika tersipu, ia menunduk. "Terima kasih. Kau juga." Meski di dalam hati ia berpesta besar-besaran karena pujian itu.

Surya tersenyum tipis meresponnya, ia pikir wajar saja orang-orang selalu memuji putrinya sebab Veronika memang pantas dipuji. Surya kembali ditatap oleh Eric dengan tawa kecil yang menenangkan, entah mengapa pria itu mempunyai pembawaan yang nyaman.

"Aku bahkan berpikir bahwa ia blasteran Inggris," ucap Eric kembali menatap Veronika.

Veronika melirik ayahnya sebentar mencari tanda bahwa tidak ada larangan untuk menjawab kemudian kembali menatap Eric. "Sebenarnya aku blasteran Belanda dari kakekku tapi tidak ada hubungannya kurasa."

Melihat Veronika tertawa kecil membuat Eric ingin sekali membuat wanita itu mendesah namun segera ia tepis pikiran nakalnya. "Mungkin ada," respon Eric terhadap perbincangan absurd itu.

Eric kembali menatap Surya merasa heran mengapa gadis itu sangat berhati-hati dalam berbicara saat di depan ayahnya? Entahlah. "Aku rasa besok lusa aku harus kembali ke London karena terdapat sedikit masalah dan aku menawarimu untuk melaksanakan rapatnya di London. Jangan permasalahkan soal akomodasi karena aku yang akan menanggungnya, sebagai bentuk tanggung jawab."

Surya sebenarnya sudah biasa seperti ini tapi tidak dengan Veronika, anaknya itu baru satu tahun berkerja dengannya, bisa saja anaknya itu tidak setuju. "Tapi bukankah jika mengadakan rapat harus mengundang orang-orang penting seperti Kepala Staff dan yang lainnya?"

"Tidak apa-apa," Eric berucap menatap Veronika sekilas seperti memiliki maksud tersembunyi lalu mengalihkan pandangannya pada Logan. "Kau urus penerbangannya, gunakan pesawat pribadi saja."

Surya menatap anaknya dengan tatapan tanya Veronika membalasnya dengan anggukan kecil dan singkat.

Logan mengangguk mengerti atas perintah bosnya. "Bisa kami bicarakan berdua?"

Eric mengerutkan kening tidak suka sementara Surya terlihat biasa saja. "Silakan!"

Veronika tersenyum singkat lalu pindah meja bersama Logan. Eric yang menatapnya mengumpat dalam hati tapi ia tetap harus telihat santai dan berwibawa akhirnya ia kembali tersenyum dan membahas soal bisnis bersama Surya.

Logan tersenyum tipis sebelum mulai membicarakannya, "Jadi kapan penerbanganmu? Aku dan Mr. Middleton besok lusa, terserah padamu ingin berasamaan atau menyusul."

Veronika membuka tasnya untuk mencari buku agenda Surya yang menunjukan agenda besok lusa. "Maaf, aku rasa tidak bisa besok lusa. Bagaimana jika seminggu setelahnya? Kami harus mengadakan rapat dan lainnya."

Logan ikut catatan di ponselnya. "Baiklah, seminggu lagi. Akan segera kuurus jika kau selesai rapat dan memberikan data berapa orang yang akan ikut bertugas."

"Okay," setuju Veronika namun tatapannya sedikit-sedikit kembali ke arah Eric.

"Lady?" panggil Logan saat menyadari gadis itu tidak fokus, Logan mengikuti tatapannya lalu menghela napas.

Veronika menunduk karena malu ketahuan menatapi sosok yang wajahnya bagaikan malaikat yang mempunyai daya pikat seperti iblis penguasa nafsu. "M-maaf,"

Logan tertawa kecil. "Tidak apa, hal itu sudah biasa. Ia memang sejak kecil selalu menjadi pusat perhatian."

Veronika memasang ekspresi seperti ingin tahu tanpa ia sadari. "Benarkah? Bagaimana kau bisa tahu?"

Logan menyesap minumannya lalu kembali menatap Veronika. "Aku sepupu jauhnya, aunty-nya menikah dengan uncle-ku." ia mengambil jeda. "Ia selalu unggul dari orang-orang di sekitarnya meski ia memiliki kelemahan sekali pun orang-orang tetap meyayanginya."

"Kau juga?" entah mengapa Veronika malah menanyakannya.

"Tentu saja," jawaban itu terlontar begitu saja. "Ah ya, bagaimana kau bisa punya aksen yang bagus?" tanya Logan tersenyum ramah.

Veronika berpikir sejenak untuk mengingat-ingat. "Aku mempelajarinya dari film-film?" pernyataan Veronika lebih terdengar seperti pertanyaan membuat Logan tertawa mendengarnya.

Veronika ikut tertawa meresponnya, tatapannya kembali teralih pada sosok yang tengah berbicara serius dengan ayahnya. Begitu indahnya bola mata cokelat-kebiruan yang bersinar menghipnotis Veronika saat itu tatapan yang seperti berbisik, 'have we met?' Pahatan hidung yang mampu membuat Veronika ingin menyentuhnya, tubuh kokoh itu juga sukses membuat fantasi liar Veronika berkembang pesat.

"Veronika, ayo pulang!" suara Surya membuat Veronika sadar dengan posisinya saat itu segera ia berdiri untuk pulang.

"Good night!" sebelum mereka sempat pergi Veronika berhasil mengucapkan salam perpisahan.

Eric menatap punggung gadis yang menjauh bersama ayahnya itu. Tatapannya berubah dingin dan tajam. Logan yang menatapnya pun sampai terheran-heran dengan apa yang dipikirkan pria itu? Eric berbalik untuk pergi ke mobil BMW miliknya disusul Logan di belakangnya.

"Ada apa?" tanya Logan heran sambil membukakan pintu untuk tuannya itu.

"Sebenarnya mereka dari keluarga apa?" kesal Eric langsung masuk ke dalam tanpa menghentikan pergerakan kakinya.

Logan mengerutkan kening mendengar itu, ia bergegas masuk ke pengemudi dan bertanya lagi, "Ada apa dengan mereka?"

Eric menatap tajam Logan dari kaca spion. "Suryawan sama sekali tidak mengajukan perjodohan denganku yang biasa dilakukan pemilik perusahaan lain! Atau bahkan hanya sedikit bercanda tentang perjodohan!"

Logan semakin bingung dengan pemikiran Eric karena biasanya Eric tidak suka soal perjodohan-perjodohan tapi kali ini sosok itu menuntutnya. "Kau aneh."

"Ia gadis yang beberapa hari lalu yang aku bicarakan." Eric menyandarkan punggungnya menatap jendela dengan kesal sambil menopang dagu.

Logan sedikit tertawa kemudian menyalakan mesin mobil. "Gadis itu memang cantik dan dewasa, juga memiliki aksen yang bagus sesaat pun aku terpikat akan pesonanya, pantas saja kau tertantang untuk menaklukannya tapi aku rasa Chatrine lebih cantik darinya."

"Percuma cantik tapi sifatnya jalang," jawab Eric asal.

Logan terkekeh. "Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan Maisie?"

Eric langsung mengalihkan pandangannya pada Logan dengan tatapan mematikan seperti ada sengatan listrik yang mampu membuat Logan merasa bodoh telah memancing emosi sepupu jauhnya itu.

"Baiklah-baiklah maafkan aku, hanya bercanda, Bung!"

***

Veronika terus tersenyum di dalam kamarnya. Menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran melayang-layang seperti orang bodoh. Gadis itu tidak bisa menghilangkan sosok Eric dalam pikirannya. Ia bisa melihat jika Eric sedikit jauh lebih tua darinya tapi ia tidak peduli. Senyumannya terus mengembang mengingat begitu lembutnya pria berkebangsaan Britania Raya itu menarikkan kursi untuknya.

Veronika meraih ponselnya untuk mencari sosok itu di mesin pencarian. Ia merasa semakin ingin tahu dengan pria sexy itu. Senyum Veronika kembali merekah saat mendapati biodata, foto, dan informasi dari pria sexy itu. Veronika mengklik foto insan yang tengah tersenyum tipis dengan tampannya ke kamera.

Dia terlihat seperti bintang yang terang....

Rambut yang berwarna cokelat gelap, mata cokelat-kebiruan yang mampu membuat Veronika terhipnotis seketika, rahang tegas yang tercetak jelas itu menampilkan ketampanan tiada tara, belum lagi bibir tipis yang berwarna pink segar itu sangat menggoda.

Astaga, aku ingin menyerangnya!

My Sexiest Mr. Trillionaire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang