Seksi

14.2K 705 21
                                    

Secercah cahaya mengintip di balik kelopak mata Veronika, memaksa akan gadis itu membuka matanya. Veronika menurut, membiarkan sinar mentari menyambut paginya dan merasakan elusan lembut dari sosok yang ada di sampingnya, malaikat tidak bersayap. Veronika terkejut bukan main, sontak ia mengambil jarak dan tidak percaya tubuh polosnya hanya ditutupi selimut.

"Morning," sapaan lembut dengan suara aksen british itu seketika membuat Veronika ingin mendengar suara pria itu mendesah karenanya.

"Apa yang kau lak-" Veronika tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena bibir sexy itu sudah menempel di bibirnya.

Ciuman itu semakin panas, Veronika tidak dapat menolak, sentuhan-sentuhan sensual itu membuat atmosfer semakin bergairah, ia menikmatinya. Membiarkan Eric menyentuh leher jenjang Veronika sesukanya. Dapat gadis itu rasakan ciuman pria itu semakin turun ke lehernya. Veronika tidak peduli, meski itu pertama kalinya untuknya tapi ia sangat menikmatinya dan ia tidak mau berhenti. Kharisma Eric membuatnya luluh begitu saja.

Kring!

Veronika membuka matanya yang terasa berat menoleh pada sumber suara, di mana ada jam bekernya sudah ribut di pagi buta. Veronika mencari sosok yang tengah menciumnya dan ia berdecak saat mendapati guling di lehernya, betapa mengerikannya ia.

Veronika menjauhkan guling itu dan mematikan jam beker. Berusaha mengumpulkan kesadarannya dengan merenggangkan anggota tubuhnya. Gadis itu mengambil air mineral yang ada di atas nakas lalu menenggaknya. Tubuhnya berkeringat karena mimpi mengerikannya padahal kamarnya memasang AC.

Di sisi lain, Eric terbangun di dalam pesawat pribadinya karena kendaraan udara itu mendarat di Bali. Tatapannya beralih pada Logan yang masih tertidur. Eric mengusap wajahnya lalu menendang pelan kaki Logan agar pria itu terbangun. Dan benar, Logan terbangun langsung menatap tajam Eric yang telah mengusik mimpi indahnya bersama bidadari.

"Kau sudah pesan hotel? Aku ingin cepat-cepat selesaikan urusan di sini. Bila perlu hari ini juga kita berangkat ke London," ucap Eric berlalu meninggalkan Logan yang bingung.

***

Veronika baru saja selesai dengan rapatnya dan mendapatkan data siapa saja yang berangkat bersamanya dan Surya. Gadis itu telah memesan makan siang untuk ayahnya lalu segera pergi ke restoran cepat saji karena ia dalam keadaan mood ingin memakan burger. Betapa terkejutnya Veronika saat mendapati Indra tepat di belakangnya untuk mengantri, mantan yang meninggalkannya dan gila akan uang.

"Hai Ver, lama tidak bertemu! Apa kabar?" Pria itu mencoba sopan pada Veronika.

Gadis itu tersenyum kilat sebagai respon tidak berminat dengan perbincangan itu. "Baik,"

"Boleh kita duduk bersama?" Indra meminta izin meski ia tahu bahwa gadis itu tidak suka dengan keberadaannya.

"Aku akan membawa makananku ke kantor," jawab Veronika sedikit ketus masih berusaha agar pria itu mengerti bahwa ia tidak menyukai kehadirannya.

"Sayang sekali," kecewa Indra dengan raut yang sedih. "kalau kamu ada waktu aku ingin jalan bersama seperti dulu."

Veronika tersenyum palsu. "Maaf, aku sangat sibuk."

Veronika segera memesan makanannya kemudian membawanya menjauh dari pria yang tidak ada habisnya terus memandanginya seperti ATM berjalan. Veronika memutar kedua bola matanya malas. Ia mengambil roti isi itu dan menggigitnya tanpa menghentikan langkah kakinya, jika Surya melihat perbuatan Veronika saat ini, dapat dipastikan ia akan dimarahi habis-habisan.

Jam kerja telah habis menandakan Veronika harus ke kediamannya untuk bersiap bahwa besok ia berangkat ke London. Tidak dapat ia pungkiri bahwa ia bahagia karena pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya meski Veronika sangat menginginkan mengunjungi Amerika yang bertepatan dengan patung Liberty tetap saja ia bahagia akan berangkat ke negeri yang terkenal akan ratunya itu.

Veronika mengambil berbagai pakaian kantor dan piyamanya untuk meletakan ke koper berwarna biru langit-warna favoritnya. Gadis itu terdiam, memikirkan sosok yang menurutnya pria paling sexy yang pernah ia temui, sangat memesona. Senyumnya kembali mengembang mengingat sosok itu menarikan kursi untuknya, benar-benar idaman. Sadar akan lamunannya, Veronika menjelajahi matanya, tatapannya bertemu dengan jadwal perjalanan bisnis yang ada di meja kerja, Veronika mengambilnya, menyimpan ke dalam tas bermerk Gucci yang diberikan oleh rekan kerja ayahnya.

Kret,

Veronika mengedarkan pandangannya pada satu-satunya bagian yang dapat membawanya keluar dari ruangan itu, di sana terdapat ibunya tersenyum dengan manisnya. Julia melihat koper Veronika, hair dryer, pakaian, sepatu, laptop, dan beberapa berkas. Julia meraih tas Gucci yang ada di atas kasur melihat barang bawaan Veronika, makeup, alat tulis kantor, notebook, power bank, headset, dan charger.

"Kamu sudah siap rupanya," ucap Julia kembali meletakan benda berharga untuk wanita itu ke tempatnya.

Veronika yang awalnya memasang ekspresi bingung langsung tertawa mendengar pernyataan ibunya. "Tentu saja, ini London, Ma!"

Julia mengangguk sambil terkekeh pelan, entah mengapa ia merasa akan merindukan anaknya itu padahal Veronika hanya pergi selama seminggu. "Jangan terlalu tegang, ia ayahmu."

Veronika mengerutkan keningnya dengan senyuman masamnya tanda ia menyadari sesuatu yang tidak bagus. "Entah kenapa aku mendengarnya seperti kata perpisahan."

Julia tertawa pelan kemudian menggeleng tanda tidak setuju. "Itu artinya Mama akan sangat merindukanmu."

"Kakak akan ke Inggris?!"

Percakapan anak dan ibu itu buyar karena suara Leo yang membuat mereka berdua menoleh di mana Leo datang dengan wajah terkejut seperti melihat hantu. Veronika memutar kedua bola matanya karena sikap adiknya itu.

"Kamu harus membawakanku oleh-oleh, Kak! Aku tidak mau tahu! Bila perlu bawa gadis-gadis Eropa kemari!" ucap Leo bersungguh-sungguh.

Sontak Julia dan Veronika tertawa terbahak-bahak akibat pernyataan serius Leo yang lebih terdengar seperti lawakan untuk mereka berdua. Veronika segera menetralkan tawanya kemudian menatap adiknya itu. "Bahkan mereka tidak akan mau bertemu denganmu!"

Leo memutar kedua bola matanya. "Kalau begitu kamu harus bawakan oleh-oleh!"

Saat itu juga otak cerdik Veronika berpikir cepat, ia mengacak pinggangnya menatap adiknya dengan tatapan menantang. "Bilang dengan Bapak, berani?"

Leo menatap kakaknya dengan tajam. "Aku mintanya denganmu!"

***

"Laporan keuangan dari Moana Beautique yang menaik secara drastis akan dikirim besok pagi," ucap Logan berjalan di belakang atasannya yang sibuk mengutak-atik tablet di tangannya.

Eric menghentikan langkahnya yang tadinya terus bergerak, mata tajamnya menatap Logan yang ikut menghentikan langkahnya. "Bilang pada Vanessa, sore ini juga laporan itu harus selesai!"

Eric segera menaiki mobil BMW yang bertengger di depannya membiarkan Logan mengangguk kemudian menyusul, duduk di samping tuannya. Eric mengabaikan sopir dan asistennya itu, ia sibuk melihat desain grafik mall yang akan ia bangun di kota kelahirannya. Pergerakan jarinya berhenti saat pikirannya jatuh pada gadis asal Indonesia itu, ia menatap tangan kanannya yang tengah mengirim pesan pada manajer dari butik warisan keluarganya.

"Kapan Surya dan anaknya ke sini?" tanya Eric meletakan tabletnya, seketika minatnya tertuju hanya pada gadis itu.

"Besok pagi mereka akan terbang dari Samarinda ke Jakarta, pesawat pribadi kita akan menjemput dari Jakarta. Besok lusa ia akan sampai di sini."

Eric tersenyum miring sebagai tanda ia akan mulai dengan perangkap pesona memabukannya. "Bawa mereka ke mansion B! Dan selama mereka di sana kita akan tinggal di sana juga."

Logan menghela napas gusar. "Dasar tukang pamer!"

My Sexiest Mr. Trillionaire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang