PAPER PLAN 2: Peringatan atau awalan?

4 1 0
                                    

I really dont care about what anyone think of me every time and every where. I am who i am, i don’t live to please you and my life is not from you

***

Rana membuka kunci lokernya, yang bertuliskan namanya. Ia mengambil sesuatu dalam tasnya, benda berbentuk persegi yang berwarna – warni. Rana meletakannya benda itu didalam loker. Lalu kembali menutup lokernya dan mengunci lokernya seperti sedia kala. Rana hendak berbalik, tiba – tiba seseorang itu sudah berada dibelakang Rana.

"Cupu lo makin aneh yaa, lo tau aneh nggak?"

Rana memilih diam mendengar suara itu, ia lebih memilih menatap sepasang sepatu miliknya.

"Ditanya malah diem lagi, emang ya susah ngomong sama orang gagu nan cupuuu..Oopss gue keceplosan nihh. Hahaha" sahut perempuan yang Rana kenal.

Dari kejauhan tempat Rana dan perempuan itu berdiri, Alana mengenggam tangannya keras, ia tak rela sahabatnya berada disituasi seperti ini. Alana berjalan dengan cepat untuk menghardik perempuan itu, yang sering kali menganggu sahabatnya. Matanya menyorot tajam dan menatap sinis melihat perempuan itu berdiri didepan sahabatnya.

"Heh lo lebahh hitammm!" teriak Alana saat sudah berdiri disamping Rana dan perempuan itu.

"Lo manggil gue, hah?" tanya perempuan itu, menoleh kearah Alana, menyadari suara yang ia kenal.

"Itu lo sadarr, lebah gue ingetin lagi yaa. Jangan pernah lo ganggu Rana lagi. Kalau lo sampe ganggu lagi, liat aja gue nggak bakal segan – segan sama lo, INGETTT! Camkan itu lebahhh!" sahut Alana memperingatkan.

"Oopss...Gue takutt, gue takut. Sayangnya nggak akan, nggak akan pernah. Inget itu juga Al. Btw, nama gue ALEA. A...LE...A...Bukan lebahhh atau pun lebah hitam!" jawab perempun itu setengah meledek.

Alana dan Alea saling bertatapan.

"Baiklah, si lebah hitamm, sori aja gue nggak peduli nama lo. Untung dari dulu gue sama yang lain sadar kalau lo nggak pantes tau nggak!"

Alea geram mendengar ucapan Alana, Alana tersenyum menang melihat raut wajah Alea.

"GUE INGETIN SEKALI LAGI LEBAH HITAM! KALAU LO MASIH BERANI GANGGU RANA, LIAT LO BAKAL BERURUSAN SAMA GUE! PERCUMA LO CAKEP TAPI KELAKUAN LO MINUS! tukas Alana.

"ISHHH" geram Alea.

Alana menghiraukannya, dengan cepat menarik tangan Rana meninggalkan Alea sendirian, Alana berjalan cepat, Rana sedari tadi berdiam menyaksikan dua orang yang sangat Rana kenal. Kalau saja dulu tidak ada kejadian itu. Pasti semuanya, tidak akan seperti ini.

Alana mengingat kejadian tadi. "Untung aja sepi, kalau nggak mampus gue kena sama bu Tini" jawab Alana dalam hati

Alana membuka suara mencoba mengalihkan.

"Naa..Lo pulang sama siapa?" tanya Alana.

Rana melamun, isi matanya kosong. Tidak mendengar panggilan Alana menyadari itu, mengela napas berat.

"Naaa..Pulang sama siapa?" tanya Alana sekali lagi.

Rana kaget sekaligus tersadar.

"Ohh..Ke-ke kenapa Al?" tanya Rana gelagapan, tak mendengar ucapan Alana.

Alana memegang bahu Rana "Ishh, Ranaa..Gue ingetin yaa, jangan lo kayak gini lagi. Lo nggak salah Naa.." jawab Alana mengerti apa yang dipikirkan Rana.

Rana manggut – manggut.

"SIAP ALANA LAKSANAKAN!" teriak Rana sambil hormat menghadap Alana.

Alana tersenyum, sekaligus bahagia raut wajah Rana tidak seperti tadi yang dilihatnya.

"SIAP RANA! OKEE!" jawab Alana meniru gaya ucapan Rana.

Rana dan Alana tersenyum lega. Alana menarik tangan Rana menuju mobilnya.

"Al..?"

"Hmm..Kenapa?"

"Yang lain ke mana?Biasanya kumpul disini?"

"Ohh ituu, lo nggak baca grup? Mereka lagi ada rapat katanya, biasa lah"

Rana mengangguk mendengarnya. Memang ia sedari tadi tidak membuka benda persegi panjang miliknya.

"Al nanti turunin didepan komplek yaa" pinta Rana

Alana menoleh. "Kenapa Naa?" tanya Alana

"Mau ke minimarket, Al hehe" jawab Rana cengegesan

Alana mengangguk, mencoba fokus jalanan didepannya. Ia menggerakan stir ke kanan – ke kiri. Setelah 50 menit akhirnya sampai didepan komplek rumah Rana. Alana menoleh ke arah Rana, yang bersiap ingin turun.

"Sampaiiiii.." Alana teriak pelan.

Rana membuka pintu mobil, menurunkan kakinya bergantian. Lalu menoleh pada Alana.

"Ala, thanks ya..." ucapan Rana terhenti.

"Atas semuanya" sahut Rana tersenyum.

Alana ikut tersenyum.

"Sudah seharusnya, Naaa"

Rana mengangguk lalu melambai dari luar mobil.

"BYE ALAAA" sahut Rana.

Alana ikut melambai dari dalam mobil, bibirnya tersenyum sekilas. Lalu tanganya memegang stir, melajukan mobilnya. Di lain hal Rana mendorong sebuah pintu kaca besar, kehadirannya disambut hangat pegawai minimarket tersebut

"Selamat datang, selamat berbelanja" sahut pegawai perempuan yang tersenyum manis pada Rana.

Rana tersenyum hangat, ia berjalan pelan seiring melihat – lihat barang yang ia cari per-rak. Kemudian Rana berjalan menuju kasir lalu mengeluarkan alat pembayaran sesuai nominalnya. Pegawai tersebut menyodorkan belanjaan Rana.

"Terima kasih"

"Sama – sama"

Rana berjalan santai disekitar lingkungan komplek rumahnya, sambil menenteng sekantong barang belanjaannya. Rumah Rana hanya berjarak beberapa blok dari minimarket.

***

Sebuah mobil hitam besar terparkir disebuah komplek. Tepat disebuah rumah besar bercat putih gading.

"Ya Allah! Kenapa panas banget disini sih. Cobaan berat banget" nyebut seorang anak laki – laki, sembari meletakan tanganya diatas kepala mencoba meminimalisir cahaya matahari yang menyilaukan wajahnya.

"Abang, tolong ambilkan kardus disamping koper hitam itu yaa!"

Anak laki – laki itu menghela napas berat, badannya masih lemas, tidak bertenaga ditambah perut dari tadi keroncongan belum di isi. Mau tidak mau anak laki – laki itu mengikuti atau menuruti apa yang diminta, ia tidak mampu menolak permintaan orangtuanya .

"Iyaa Maaa...Siap komandan ambilkan" teriak anak laki – laki itu dari luar rumah.

Lalu ia bergegas membawa benda sesuai permintaan, tanganya menopang ukuran kardus yang besar, kardus itu mampu menutupi wajah anak laki – laki itu.

***

Rana hampir mendekati rumahnya, mata nya menangkap sebuah mobil hitam besar tepat berada disamping rumahnya. Ia sekilas melihat sosok anak laki – laki tinggi, berkulit putih bersih, tetapi wajah nya tertutupi kardus besar yang ia bawa, yang menurutnya seumuran dengannya memasuki rumah bercat putih gading tersebut.

"Sepertinya penghuni baru" jawab Rana dalam hati, menurutnya rumah itu sudah beberapa bulan belum ditempati dan tidak berkepemilikan. Rana mencoba menghiraukannya, kemudian Rana mengalihkan pandanganya kearah rumah bercat putih miliknya. Ia membuka pagar besar yang menjulang menutupi area rumahnya.








Copyright 2018© by heramysrh

See u Rana dan Pesawat kertasnya, next chapter yaa....

Tunggu terus kelanjutannyaa....

Don't forget to vote and comment...ciaooo! Salam dari Ranaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAPER PLANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang