Terhitung lima hari sudah Wendy belajar sepeda dengan Ersya di lapangan komplek perumahan mereka. Terkadang kalau bosan, Ersya mengajak Wendy bersepeda lebih jauh lagi melewati rumah-rumah sampai menemui lahan persawahan.Seperti hari ini. Wendy sudah anteng duduk di bangku boncengan dan membiarkan Ersya membawanya ke manapun ia pergi.
"Ndy, kalau kamu sedih liat yang hijau-hijau gini segeran deh. Berasa meditasi gitu." Ersya langsung nyerocos begitu selesai memarkirkan sepedanya asal dan menduduki sebuah gubuk.
"Ersya lagi sedih?"
Alih-alih menjawab kalimat panjang Ersya, gadis itu mengajukan pertanyaan.
Ada yang berbeda dari kawannya, pendar mata Ersya sore itu dalam sekelebat mata tak nampak. Kerling nakal yang suka muncul untuk menggoda Wendy pun seakan bersembunyi.
Wendy tahu betul. Tatapan Ersya semenjak pagi adalah tatapan sedih seperti miliknya dari dua tahun yang lalu semenjak papa meninggal. Maka tanpa menunggu jawaban dari Ersya, gadis kecil itu merengkuh tubuh temannya. Lantas menepuk pelan punggung anak laki-laki seraya bergumam.
"Ersya kalau sedih boleh cerita sama Wendy."
---
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar servis area.
Menjadi balasan dari lima kali percobaan Wendy menelpon Ersya malam itu.
Ersya takut gelap, tidak mungkin malam-malam ia menuju sawah tempat mereka menghabiskan waktu untuk sedih kala kecil dahulu. Ersya tidak kuat minum, dan tidak terlalu suka bising, kecil kemungkinan ia masuk ke kelab malam demi mengalihkan isu pikirannya.
Wendy menelusuri jalan dengan supi, motor bebek merahnya selagi memikirkan kemungkinan-kemungkinan tempat Ersya akan mampir jika bersedih. Sampai kemudian anak laki-laki itu tanpa merasa berdosa mengirim chat pada Wendy beserta lokasi.
Ersya
Ndy, nonton yuk.
Share loc.Bajingan dicariin orang-orang malah ngajak nonton.
Ersya
Hehehe--
Iya Syi, ini Ersya lagi sama aku.
Iya tadi anaknya nyasar makanya ngga jadi ketemu sama anak hidup dan mati.
Iya kamu tidur sana udah malem.
Iya kunciin aja gapapa biar ngga bisa pulang sekalian.
Enggalah ngapain biar gembel aja depan rumah wkwkwk.
Iyaaaa dadah Arsyi!
Ersya berdiri di belakang Wendy yang tengah memberi kabar adiknya dengan popcorn dan soda di tangan. Sebenarnya tidak bohong kalau Ersya ternyata nyasar. Laki-laki yang baru saja menginjak usia 24 tahun itu memang sedikit buta arah.
Akan tetapi Wendy tahu, pendar mata Ersya tidak hanya mengatakan ia nyasar semata. Maka, setelah beres menonton entah apa Wendy tidur selama film disiarkan, Ersya mengajak gadis itu untuk mengisi perut dahulu.
Sudah jelas niatnya hanya ingin bercerita.
"Aku tadi ketemu ayah."
-----------
btw dua part lagi terus tamat hore \^^/
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Pilar ; Etion + Wendy √
Fiksi Penggemar"what reacted wasn't my head but my heart." -onflokal!au- we must love series #1