Seorang lelaki dengan usia yang cukup matang terduduk merenung di kursi panjang tempat banyak orang beribadah. Ia duduk di kursi paling depan, dengan sumber pencahayaan hanya berasal dari jendela yang membiarkan sinar matahari senja melewatinya. Lelaki itu manatap altar yang sudah dipersiapkan sejak satu minggu lalu.
Krieeeeetttttt.......
Seseorang membuka pintu secara perlahan. Orang itu menghampiri dan duduk di samping lelaki tadi.
"WOEEEE! NGAPAIN LU SORE SORE SENDIRIAN DI GEREJA! MAU UJI NYALI?! SONO DI KUBURAN!"seru orang yang baru saja datang sambil menggeplak belakang kepala laki-laki tersebut.
"ANJ..! Dung, ini ceritanya cerita angst lu napa malah ngegeplak gw! Ulang-ulang!!"
"Lah, lupa gw Beom. Bentar gw ulang,"
"Kenapa kau di sini?"tanya Donghyun.
"Mmmm.... Hanya berpikir,"Jibeom menjawab dengan suara yang sangat pelan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ng? Apalagi yang kau pikirkan? Kau masih belum yakin untuk menikah dengan Jaehyun?"tanya Donghyun yang notabene adalah sepupu Kim Jibeom.
Terjadi keheningan sesaat. Jibeom tidak langsung menjawab, "Bukan begitu...... tapi.... Entahlah, akupun tidak tahu,"pandangan Jibeom kini beralih ke jajaran keramik di kakinya.
"Kau masih memikirkan dia bukan?"Donghyun menghela napas. Ia tahu seberapa pentingnya orang itu di kehidupan Jibeom.
Jibeom hanya menatap Donghyung dengan pandangan sedih. Matanya sedikit berair.
"Dia bukan takdirmu. Itulah yang terjadi. Jika memang dia jodohmu, kalian akan kembali bersama, bagaimanapun prosesnya. Kau tidak pernah tahu. Saat ini, takdirmu adalah Jaehyun. Tapi kau tidak pernah tahu bagaimana ke depannya,"jelas Donghyun.
Sosok itu.... Sosok yang selalu dinantikan Jibeom. Sosok yang membawanya ke dalam dunia putih, kemudian meninggalkannya.
*****
Pagi itu, Jibeom berjalan ke sekolahnya. Tangannya bergetar, keringat mengalir dari pelipisnya, dan jantungnya berdetak dengan kencang. Tidak, dia bukan sedang jatuh cinta. Jibeom merupakan salah seorang pengidap social phobia (gw kurang tau tentang ini jadi ngarang aja yak heheheh). Untuk pertama kalinya, Jibeom bersekolah di sekolah umum. Biasanya ia home schooling. Walaupun sudah satu bulan bersekolah dan membiasakan diri untuk berbaur, ia sedikit panik jika melihat segerombolan orang mendekatinya. Karena itu, Jibeom selalu datang lebih pagi dibandingkan murid lainnya, tidak pernah keluar kelas saat istirahat, dan selalu pulang senja hari, di saat murid-murid di sekolahnya sepi.
Berbeda dengan hari ini, ia datang terlambat, ia yang biasanya datang satu jam setengah sebelum masuk, sekarang setengah jam sebelum masuk ia baru datang. Ia sengaja memutar untuk lewat gerbang belakang sekolahnya, namun tak di sangka, ia malah menyaksikan peristiwa yang sangat ditakutinya.
Gerombolan anak tengah mengerumuni seorang murid sebayanya. Ia dapat melihat nametag anak itu.
Hong Joochan.
Jibeom yang melihatnya hanya bisa terpaku. Langkah kakinya tak bisa di gerakan. Walaupun ia tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, dan anak bernama Joochan yang tengah dikerumuni hanya menampakkan wajah santainya, tetap saja ia takut.
KRIIIINNNGGGGGG
Bel tanda masuk berbunyi. Menyadarkan Jibeom bahwa ia telah berdiri di sana menatap kerumunan itu setengah jam lebih. Anak bernama Joochan itu terselamatkan oleh suara bel. Jibeom dapat melihatnya tengah merapihkan dasi dan kerah kemejanya yang tadi sempat ditarik oleh kerumunan. Tanpa sengaja tatapan Joochan bertemu dengan Jibeom. Joochan yang bingung mencoba mengajak Jibeom untuk masuk ke gedung sekolah. Namun belum sempat Joochan mengeluarkan suara, Jibeom sudah kabur keluar sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golcha Fanfiction
Randomkumpulan OTP wansyut golcha garis kerass bongbeom dongchan jangyoon!!!! Pair lain nyelip-nyelip