一𝒇𝒐𝒖𝒓

1.7K 285 95
                                        

Pagi menjelang siang di kediaman keluarga Lai hari ini cukup ramai. Keluarga jauh dari berbagai daerah datang untuk mendiskusikan acara keluarga yang selalu rutin mereka laksanakan, paling tidak sebulan sekali.

Ayah pun menyempatkan untuk pulang ke rumah walau sebenarnya beliau esok ada rapat dengan salah satu klien penting, tapi demi keluarga, beliau menyempatkan walaupun hanya beberapa jam sebelum malam nanti terbang kembali menuju kota keramaian tempat ia mencari nafkah.

Saat ini keributan berpusat di ruang tengah yang mana terdapat anak-anak kecil yang sedang sibuk bercanda tawa dengan Nancy sebagai penjaga mereka, menurut silsilah dia yang paling dewasa, lalu setelahnya Jihoon dan yang terakhir adalah Guanlin.

Jihoon jelas tidak bisa diberi tanggung jawab untuk menjaga para bocah, justru dia ikut bermain bersama sepupu-sepupunya. Apalagi Guanlin, dia sangat jelas tidak bisa diberi tanggung jawab, karna jarum jam yang sudah menunjukkan angka sebelah dan dia dengan tanpa beban belum keluar dari kamar. Entah apa yang sedang dilakukannya.

"Jijie..." Sebuah pelukan dari belakang Jihoon rasakan, pelakunya adalah Nancy.

Senyuman Jihoon terkembang begitu mendapati pelukan hangat dari Kakak sepupunya. Sudah seminggu dia tidak bertemu dengan Nancy, karena jadwal Nancy yang begitu padat sehingga tidak bisa menyempatkan untuk bermain dengan Adik sepupu kesayangannya.

"Ka-k," Jihoon membalas pelukan Nancy, ia menyerukkan kepalanya pada leher Nancy membuat Nancy terkekeh merasa geli.

"Ututututu.... bayinya Kakak," Usakan halus Jihoon dapatkan.

Pelukan terlepas, Nancy menatap wajah polos Jihoon, yang ditatap hanya membulatkan matanya, merasa bingung. "Jijie, udah mandi?"

Seperti biasa, Jihoon butuh sepersekian detik untuk mengartikan perkata yang keluar dari mulut lawan bicaranya.

Lalu gelengan berhasil Jihoon ekspresikan sebagai tanda jawab. Dia kembali membalikkan tubuhnya membelakangi Nancy dan ikut bermain bersama para sepupu bocahnya yang sedaritadi berisik; menentukan peran apa yang harus mereka gunakan untuk berperang di dalam virtual game.

Nancy menatap punggung ringkih Jihoon, ia berdiri hendak menuju ruang tamu tempat dimana para tetua sedang bersilaturahmi, sebelum meninggalkan ruang tengah Bunda datang membawakan 1 gelas kaca berisi es jeruk, 3 gelas plastik berisi susu coklat dan 1 gelas plastik teh hangat.

Nancy membantu Bunda membawakan nampan, ia meletakkan di atas meja supaya tidak tersenggol oleh para bocah.

Jika kalian bertanya kenapa Bunda sempat tidak menyukai Nancy, jawabannya karena Nancy berjanji untuk ke rumah tapi setelah ditunggu tidak kunjung datang. Bunda sempat mendiamkan Nancy beberapa hari, lalu setelahnya berdamai kembali dengan diakhiri pelukan dan candaan.

"Jijie, bangunin Alin ya? Udah jam sebelas, pamali anak cowok bangun siang-siang," Jihoon menengok ketika namanya dipanggil oleh Bunda. Tanpa banyak bicara ia segera bangkit menuju kamar Guanlin yang terletak di lantai dua.

Senandung kecil terbit di bibir Jihoon, dengan ringan ia berjalan setengah berlari.

Tanpa mengetuk pintu, Jihoon membuka pintu pelan dan yang ia dapati adalah Guanlin berbaring terlentang dengan lengan kanan yang menutupi kedua matanya.

Kamar terlihat pengap, tidak ada satupun cahaya yang masuk. Jihoon membuka gorden, membiarkan cahaya matahari memenuhi kamar sang Adik.

Ia menatap Guanlin yang masih tertidur. Terlihat polos, seperti adiknya 16 tahun silam.

Pikirannya menerawang ke masa lalu dimana Adiknya masih menjadi sosok yang hangat, sosok yang melindungi Jihoon ketika ia dijahili dengan teman sebayanya, sosok yang memeluk Jihoon ketika hujan turun, sosok yang menemani Jihoon bermain sampai terkena omelan Bunda, sosok yang menyayangi Jihoon pada masanya. Jujur, ia rindu masa-masa itu.

The Idiot  +panwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang