"Khun Tee, saya berterimakasih jika Khun mau ikut dalam produksi produk baru kami. Nah untuk model kali ini saya sudah memilih seorang drummer band yang sedang naik daun..." ucapan Khun Jane membuat keningku berkerut, jangan bilang jika drummer itu...
"Nah itu dia Khun Tae Darvid sudah datang. Sawatdee Khun Tae..." refleks aku mengikuti Khun Jane memberi wai pada pria yang baru saja masuk dan menghampiri kami. Tae datang dengan memalai T-Shirt hitam dan celana jeans panjang robek-robek, jangan lupakan anting bulat hitam yang menempel pada telinga kirinya, sungguh khas Tae sekali.
"Sawatdee khap.." balasnya lalu duduk dikursi sebelah Khun Jane. Aku menautkan kedua telapak tanganku yang mulai berkeringat.
"Khun Tae jadi hari ini kau akan melakukan fitting baju dan juga celana khap. Dan ini Khun Tee, designer yang akan membuat satu set pakaianmu. Apa kau sudah siap?" Tae hanya menggaguk seraya tersenyum tipis pada Khun Jane lalu kembali menoleh kearahku dengan tatapan datarnya.
"Nah kalau begitu kalian bisa melakukan pengukuran diruangan sebelah sana. Khun Tee, tak apa kan jika aku tinggal dulu? Harus ada sesuatu yang harus aku kerjakan.."
"Tidak apa. Aku hanya perlu melakukan pengukuran badan setelah itu aku akan mengerjakannya dirumah.." jawabku. Aku terpaksa bilang tidak apa padahal aku tidak mau berduaan dengannya. Sudah seminggu aku berhasil menghindari berduaan dengannya tapi hari ini aku begitu sial karena harus berduaan dengannya didalam suatu ruangan.
Dan lagipula dari semua drummer band Thailand kenapa harus Tae yang menjadi model untuk projek ku kali ini?
'Tuhan tolong lindungi aku..' doaku dalam hati.
Kami masuk kedalam suatu ruangan besar, dimana dikanan kiri nya terdapat pakaian-pakaian yang tergantung pada besi besar dan juga meja nakas kecil pada bagian bawahnya. Setelah sampai dipojok ruangan, dimana aku dikelilingi cermin besar, aku segera mengeluarkan peralatan dari dalam tas ku.
"Hmm. Tae.. Kau bisa duduk disini.." aku menarik sebuah bangku agar ia bisa duduk dihadapanku. Tae tak bergeming sama sekali, lebih tepatnya, ia terlihat tak peduli.
Setelah menaruh kertas sketsa dan alat tulisku diatas meja, aku merogoh pita ukur ku dari dalam kantung tas dan mulai mengukur tubuh Tae.
"Hmmm... Tae. B-bisakah kau buka baju mu?" Sial. Apakah suaraku terdengar bergetar?
Tanpa banyak tanya, ia segera melepas kaos hitamnya hingga memberi tontonan padaku akan tubuh kekar atletisnya yang berwarna tanned itu. Aku meneguk ludah dengan kasar.
"Apa aku harus juga melepas celana ku?" Meski Tae bertanya dengan nada datar tapi entah mengapa terdengar sangat sensual pada indera pendengaranku.
"I-iya jika kau tak keberatan.." lagi. Tanpa banyak bicara, Tae melepas celana jeansnya hingga hanya celana dalamnya saja yang tersisa.
Tanganku mulai mengukur bagian dadanya, aku berusaha sekuat mungkin agar tidak terlihat gugup didepannya.
"Kau kan sudah pernah melihat bahkan merasakan tubuhku. Untuk apa lagi kau mengukurku?" Ucapan Tae membuatku kaget hingga pita ukur ditanganku jatuh. Tae memperlihatkan seringainya dan aku benci melihatnya.
Tanpa menghiraukannya, aku mulai berjongkok untuk memungut pita ukurku. Aku tersentak saat tiba-tiba tangan kasar milik Tae meraih wajahku dan menatapku seraya menjilati bibir bawahnya dengan sensual.
Jatungku berdetak dengan cepat saat menyadari posisi kami dimana aku berjongkok dihadapannya yang tengah duduk mengangkang dan Tae yang sedikit membungkuk kearah wajahku dengan kedua tangannya menangkup wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA KITA
FanfictionBagi Tee Jaruji, menikah dengan seorang eksekutif muda bernama Godt Itthipat adalah kebahagiaan dan impian yang Ia idam-idamkan. Kisah cinta mereka selalu terlihat baik-baik saja hingga suatu ketika adik tiri Godt, Tae Darvid, datang kedalam kehidu...