BAGIAN 4 TEMPAT APA INI?

18 2 0
                                    

Bangun Rei! Kai-wali kelas Reina- menaikan nada bicaranya agar Reina segera bangun, benar saja, setelah Kai mengguncang pelan tubuhnya membuat Reina kaget dan menegakkan posisi tubuhnya segera Eh, pak Kai. Reina hanya mengeluarkan cengirannya yang memamerkan rentetan gigi putihnya, merasa malu dengan wali kelasnya yang mengetahui ia sedang tertidur dikelas, Kai hanya menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah Reina.

Kamu dipanggil Tn. George, cepat temui sana, dia tidak suka jika perintahnya dilalaikan. Ucap Kai sebelum beranjak dari kelas karena Fira-guru matematika-telah datang untuk mengajar dikelas Reina.

***

Kepala Reina terasa sedikit sakit, mungkin karena ia baru saja terbangun dari tidurnya dengan perasaan kaget, Reina berjalan menyusuri koridor sekolahnya, sebenarnya Reina merasa sedikit takut, bagaimana tidak, Tn. George-pemilik sekolah SMA Guaradana-memanggil Reina untuk datang keruangannya, untuk apa? Ia juga tidak tahu.

Tok...tok...tok...

Reina mengetuk pintu ruangan pribadi Tn. George, selang lima detik, sebuah sura terdengar mempersilahkannya masuk Masuk. Reina segera memegang knop pintu dan memutarnya, saat ia membuka pintu ruangan tersebut, aroma lavender dan cacao menyentuh hidungnya, aroma itu sangat tajam tercium olehnya.

Setelah ia memasuki area ruangan tersebut, Reina melihat seorang lelaki dengan setelan jas rapih tengah membelakanginya, tepatnya ia menghadap jendela ruangan Mate Rei. Cei tiba-tiba saja bersuara didalam tubuhnya, Reina terkejut, tidak mungkin lelaki yang kemarin bertemu dengannya adalah orang yang sedang membelakanginya.

Tidak mungkin Cei! Tn. George itu sudah tua dan sudah berkeluarga, umurnya sekitar 70 tahun, aku jelas pernah melihatnya meski hanya beberapa kali. Reina meyakinkan Cei, memang ia pernah melihat beberapa kali meski hanya sekilas, Tn. George adalah seorang lelaki berumur 70 tahun, meski berpengawakan gagah lelaki itu sudah cukup tua.

Tuan memanggil saya? A-ada apa? Reina mencoba menetralkan tubuhnya, namun nihil. Jantungnya malah berdetak sangat kencang dan membuatnya gugup, tubuh Reina memang tidak dapat diajak kerja sama saat ini, mungkin karena ini adaalah kali pertamannya ia dipanggil oleh pemilik sekolah ini.

Iya, duduklah. Perintah lelaki itu, Reina hanya menurutinya, duduk tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Ada lomba di Ibu Kota, kimia...ya kimia. Aku harap tidak akan salah memilih mengirimu dan otak besarmu kesana. Lelaki itu mulai bicara, namun pandangannya tetap fokus pada pemandangan luar jendela, entah apa yang membuatnya tidak memandang lawan bicaranya itu.

Reina tahu tentang loma itu, seminggu lalu Miss fania-guru kimia-memberitahunya kalau ia lah yang akan mengikuti lomba tersebut, sekaligus memberitahunya kalau Fania lah yang akan mendampinginya seperti biasa. Reina adalah siswi yang pintar, ia selalu berada diurutan pertama ketika pembagian rapor, tidak heran jika ia sering mengikuti loma-loma seperti kimia, matematika dan yang lainnya.

Namun ia heran kenapa lelaki yang ada dihadapannya membahas seuatu yang sudah ia ketahui bahkan dengan jadwalnya, Apa ini sangat penting? sampai aku dipanggil keruangan yang mungkin tidak pernah ada siswa yang mengijak lantainya.

Ya Tuan, sa-saya juga telah mengetahuinya. Reina sungguh sangat gemetar berada diruangan luas ini, hingga ia harus berpikir dulu sebelum mengeluarkan kalimat untuk bertanya atau sekedar menjawab pertanyaan lelaki tersebut.

Kamu akan berangkat seminggu lagi bukan? Hari itu Miss Fania ada urusah hingga ia tidak bisa menjadi pendampingmu, tapi jangan khawatir, saya yang akan menemanimu kesana. Lelaki itu berbalik dan berjalan menuju kursi tepat didepan Reina duduk.

Deg...

Lelaki itu ternyata bukanlah Tn. George tapi Maxi An George, anak dari pemilik sekolah SMA Guaradana, lama sekali George membujuk putra tertuanya untuk mengambil alih sekolah ini, tapi Max selalu saja menolaknya, namun George heran kemarin Max sendiri yang mendatanginya untuk mengambil alih sekolah milik ayahnya tersebut, tanpa ragu lagi George menyerahkannya dengan rasa senang karena putranya akhirnya mau mengambil alih sekolah tersebut.

MY DESTINY IS LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang