Part 3

4.7K 138 6
                                    

Saaaaaaahhhh...
Alhamdulillah Barakallahu..

Kami semua mengaamiinkan. Aku masih tak percaya bahwa akulah yang menikah hari ini. Setiba dirumah, aku disambut oleh teman-temanku. Mereka nampak bahagia, sedangkan aku menangis hari ini didalam hati. Aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai sama sekali.

Hari-hari berlalu.
Aku menikmati status baruku sebagai seorang istri. Mas Aziz masih setia menemaniku menusuk sate dan sesekali membantu ibu mengipas sate. Mas Aziz meminta ijin untuk mencari kerja di Kapuas. Orangtuaku sudah tahu bahwa mas Aziz sudah tidak bekerja di kantor perpajakan lagi. Aku berusaha menumbuhkan rasa cinta terhadap Mas Aziz. Ku coba terus setiap hari aku membuka mata.

Seminggu lamanya Mas Aziz di Kapuas, aku tinggal dirumah untuk membantu urusan warung.
Setiba dirumah, kami jalan-jalan malam. Warung tutup karena bapak dan ibu sedang ke Jawa.
"Dek, belikan aku sendal dong. Moso cuma punya satu."
"Ayo kita ketoko sendal."
Tak lama,
"Dek, celana juga dong. Kan aku kesini cuma bawa 3 celana. Sekalian ya? Uangku masih di Teweh belum ditransfer bosku."
Aku mengiyakan. Kami menyusuri toko celana.

Tidak terasa tiba juga waktunya resepsi pernikahan kami. Bapak dan ibu terlihat bangga sekali, mungkin karena mereka berhasil mematahkan kecurigaan orang-orang.
Dari urusan warung hingga acara resepsi akulah yang mengurusnya. Wara-wiri urus ini-itu. Kami memasak sendiri makanan d acara resepsi dengan mengerahkan karyawan-karyawan bapak.
Saudara dari Jawa hampir satu RT di berangkatkan kesini untuk menghadiri resepsiku. Lihat? Betapa bangganya bapak dan ibuku. Keluarga Mas Aziz pun tak lupa diberangkatkan menuju resepsi kami.
Terbilang mewah acaranya Bapak minta ada gamelan dan wayang semalam suntuk. Gila! Kawinan, apa HUT kota ini? Pikirku.

Aku mengiyakan.
Jutaan rupiah digelontorkan bapak untuk acara ini. Uangku juga ludes habis untuk keperluan resepsi. Mas Aziz? Hah, tentu saja tidak ada sepeserpun uangnya ikut diacara ini. Tapi aku diam saja.
Hari resepsi tiba adat Jawa memang acaranya sampai malam. Aku melihat nenek-nenek ku sudah rapi berdandan seperti puteri keraton akupun sudah disulap menjadi ratu sehari. Kami duduk berdampingan dipelaminan teman-temanku datang dan bergantian bersalaman serta berfoto. Kolega bapak ibu tidak kalah banyak, sampai mau lepas rasanya engsel di lututku berdiri terus menyalami para tamu.

Jam menunjukkan pukul 10 malam kamipun berganti pakaian. Wayang tetap dimainkan dan banyak sekali yang menonton karena digratiskan oleh bapak aku tidak bisa tidur malam itu. Lelah sekali tapi harus menemani para saudara yang sudah datang dari Jawa.
Dua minggu setelah acara itu,baku mulai bisa bernafas lega. Mas Aziz pamit lagi untuk cari kerja ke Malihong. Aku mengijinkan. Aku dengan kondisi tabungan yang kering kerontang harus menabung lagi dari awal.
Tiket pulang pergi Mas Aziz aku juga yang menanggungnya. Huh. Belum lagi kalau barang-barang onlineshop nya datang kerumah lalu dia sms "Dek,kalo barang nya datang tolong bayarkan ke rekening ***** (nomor rekening bank) ini ya."
Malas sekali aku membaca smsnya.
Sudah berkali-kali Mas Aziz begini. Uang gaji perhariku hasil kerjaku di warung selalu habis untuk membeli jajan Mas Aziz. Mulai dari beli es krim, makanan ringan hingga keperluan penampilannya. Aku pun tak bisa lagi membeli peralatan make-up serta gamis-gamis kesukaanku.
Setiap pagi Mas Aziz membantu bapak dikandang ayam untuk memeriksa kandang. Kalau sudah jam 11 siang baru mereka pulang Dia juga membantu di warung,bmembawakan bumbu-bumbu dan perlengkapan warung.

"Dek, aku besok mau ke Brebes. Mau ketemu mbah-mbahku. Booking-in tiket ya, aku mau yang jam pagi biar sampai Brebes gak terlalu malam." pinta Mas Aziz
"Loh kok dadakan, Mas?", tanyaku
"Ya gak papa dong. Aku butuh refreshing. Aku capek kerja terus. Disuruh-suruh sama bapakmu. Aku capek." jawabnya ketus.
"Iya Mas, aku booking kan."

Besoknya, Mas Aziz berangkat ke Brebes. Setelah ijin dengan bapak dan ibu, Mas Aziz pergi mengendarai mobil ojek online. Tak berapa lama, Mas Aziz mengabari kalau dia sudah sampai Brebes bertemu keluarganya.
"Dek, kirimin aku duit ya. Aku perlu buat beliin keperluan buat mbah nih. Cepet ya!" Sms yang membuatku sungguh muak. Aku bergegas ke bank untuk transfer.

(Bersambung)

Mendulang Bahagia Ditengah NestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang