Benci
Satu kata yang tepat untuk menggambarkan emosi Luna pada Ryujin
Luna sudah melupakan Ryujin yang sebelumnya salah satu teman yang selalu membantu ia dalam kesulitan
Lebih tepatnya sejak Hyunjin lebih memperhatikan Ryujin daripada dirinya
Pertanyaan yang muncul dalam pikirannya adalah benarkah Hyunjn menyukainya seperti apa yang Heejin--teman kelasnya-- katakan?
"Jangan cemberut gitu dong na, kan jelek jadinya" Ujar Sheila yang tak betah melihat Luna cemberut
"Kesel gue, dia lebih perhatiin Ryujin daripada gue padahal gue udah ngerjain semua tugas dia"
Dina yang ada disamping kiri Luna hanya menepuk pundak Luna agar setidaknya rasa kesal temannya itu berkurang
"Mungkin Hyun--" Ucapan Sheila terhenti saat Luna bangkit dari duduknya
Ia menarik tangan Ryujin yang baru saja memasuki kelas dengan setumpuk buku yang kini sudah berceceran di lantai
Luna menarik Ryujin menuju taman belakang, tempat paling sepi di sekolah.
"Sakit Luna!" Ryujin menarik tangannya yang kini memerah akibat genggaman keras Luna
Luna melirik sekilas tangan Ryujin lalu tersenyum miring
"Hati gue lebih sakit dari itu, lo rebut Hyunjin dari gue. Itu sakit Cantika Ryujin Pranata!" Ujar Luna
Kening Ryujin mengerut juga matanya membesar sekilas tanda ia tak percaya apa yang barusan dia dengar
"Gue? Ngerebut Hyunjin?" Tanya nya lagi
Luna mengangguk. "YAA LO NGEREBUT DIA DARI GUE RYUJIN!" Teriak Luna penuh emosi
Luna mendorong tubuh Ryujin hingga Ryujin tersungkur ke tanah dan membuat emosi Ryujin sedikit naik
"Lo itu cantik, terkenal sesekolah, BAIK tapi cuek banget. Gue heran kenapa lo yang disukain banyak cowok malah ngerendahin diri dengan ngerebut cowok orang" Ujar Luna menatap Ryujin dengan tajam
Ryujin bangkit berdiri membersihkan roknya yang kotor lalu balik menatap Luna dengan tatapan dinginnya
"Makasih atas pujiannya tapi soal ngerebut 'cowok' lo sorry aja gue gak level soal begituan. Gue males berurusan dengan cinta dan cowok" Ryujin mendudukan dirinya pada kursi yang ada disana
"Lo dengerin ini baik-baik karena gue gak bakal ngulang. Gue sama Hyunjin cuma sebatas partner gak lebih."
Ryujin hendak melangkahkan kakinya pergi namun tangannya kembali di tarik oleh Luna
"Terus kenapa lo deket-deket sama Hyunjin? Kenapa lo mau makan semangkok berdua sama Hyunjin? Lo gak mikir perasaan gue?" Tanya Luna
Ryujin tersenyum. "Gue kasih tau lo ya yang deketin gue itu cowok lo. Lo buta apa? Kemarin yang nawarin baksonya tuh dia bukan gue minta--"
Ryujin menepuk pundak Luna beberapa kali sebelum ia melanjutkan perkataannya
"--dan juga kemarin dia bilang dia jomblo a.k.a gak punya pacar so dia gak nganggep elo dong? Atau kalian gak jadian? Lo cuma di suruh ngerjain tugasnya doang? Be--"
Luna menghempaskan tubuh Ryujin hingga pelipis Ryujin mengenai batu yang cukup tajam untuk membuat darah segar mengalir dari pelipisnya
"Jaga ya mulut lo! Kalo lo gak suka sama gue ya diem aja gak usah ngehina gue kayak gitu!" Emosi Luna
"Yang mulai duluan sapa yang emosi duluan sapa, bego banget" Ujar Ryujin sambil tersenyum miring
Luna mengangkat tangannya hendak menampar pipi Ryujin tapi tangannya ditahan oleh tangan yang lebih kekar darinya
"Hyu--Hyunjin?" Luna menatap Hyunjin tak percaya
Hyunjin menatap Luna sekilas lalu mendekati Ryujin untuk membantu gadis itu berdiri
"Jin aku emosi, dia-- Ryujin, dia ngerebut kamu dari aku" Ujar Luna
Hyunjin tak menjawab perkataan Luna, lalu ia pergi dengan membantu Ryujin berjalan setelah melilitkan dasinya pada kepala Ryujin guna mengurangi pendarahan
Luna tak percaya apa yang dia lihat, ia melihat Hyunjin hingga punggungnya hilang di balik tembok
•••
Hyunjin tak membuka suaranya setelah sampai di UKS, ia memilih mengobati luka Ryujin dalam diam
Ryujin meletakkan tangannya di kening Hyunjin karena merasa Hyunjin aneh
"Lo sinting ya?"
Hyunjin sontak menatap Ryujin tak percaya lalu ia menurunkan tangan Ryujin dari keningnya
"Eh lo kenapa sih?" Ryujin menarik kepalanya agar Hyunjin berhenti mengobati
"Ck, siniin nanti darahnya terus-terusan ngalir, ini kepala tau--"
"Ya yang bilang ini lutut sapa, pinter" Sela Ryujin membuat Hyunjin menatapnya
Hyujin kembali menarik lembut kepala Ryujin dan melakukan pengobatan lagi
"Kalo lo luka gini sapa yang mau marahin gue kalo gue males Ryujin Pranata"
Ryujin merasa panas, ia melirik Hyunjin dengan ekor matanya
"Fiks sih lo sinting emang" Ryujin menepuk-nepuk pundak Hyunjin
Yang ditepuk hanya bisa mendengus kesal, Ryujin tetaplah Ryujin yang tidak peka walaupun sedang terluka
"Serah dah, itu udah selesai. Pulang sekolah mau ke dokter?" Tanya Hyunjin
Ryujin balik menatap Hyunjin membuat Hyunjin kaget dan mengerjapkan matanya lucu
"Gak usah lah, sepupu gue dokter kok" Ujar Ryujin sambil tersenyum
"O- ooh okedeh, mau kekelas gak?" Tanya Hyunjin
Ryujin mengangguk lalu berjalan sedikit jauh dari Hyunjin membuat Hyunjin menghentikan langkahnya
"Kenapa? Udah sana jalan" Ujar Ryujin
"Jalan disamping gue, lo bukan pembantu gue yang harus jalan dibelakang. Lo partner gue" Ujar Hyunjin sambil menarik tangan Ryujin
Ryujin hanya diam begitu juga Hyunjin. Siswa lain pun diam, diam-diam memperhatikan Hyunjin dan Ryujin yang sedang berjalan bersama tanpa ada jarak
"Ryujin udah move on?" Tanya salah seorang siswa
"Iya mungkin, gila sih gantengan Hyunjin kemana-mana daripada mantannya" Ujar yang satu lagi
💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur ! ✔
FanfictionAwalnya sih cuma di bibir tapi kalo terlanjur ke hati, gimana dong? Finish 4 November 2020