Setelah perjanjian itu, kini Farida dan Frislly menyusuri jalanan yang tidak terlalu ramai. Mereka mencari-cari kantor yang diberi tahu oleh Bobby dengan bantuan GPS .
Kini mobil Honda jazz berwarna merah telah berhenti di depan kantor tempat pertemuan mereka, mobil itu terparkir rapi di halaman yang tidak terlalu besar, hanya dapat menampung kendaraan sekitar lima sampai enam saja.
Terlihat seorang laki-laki bertubuh sedikit gempal tetapi tinggi dengan memakai kaos berwarna merah yang dipadupadankan dengan celana jeans berwarna biru langit, di atas kepalanya pun terdapat topi yang menambah kesan tampan. Ia berdiri tidak jauh dari pintu utama.
"Hai, Fris," sapa laki-laki itu, Bobby.
"Hai, kak Bobby, ya?" jawabnya dengan menjulurkan tangan ingin bersalaman. Bobby pun menyambut uluran tangan Frislly.
"Iya."
"Halo tante," lanjutnya yang menyapa Farida, mama Frislly.
Kemudian Bobby mempersilahkan Frislly dan mamanya masuk. Mereka pun menguntit di belakang Bobby.
Frislly terkejut saat melewati sebuah ruangan yang tidak diberi pencahayaan, dan tiba-tiba Marsya tidak lagi bersamanya. Ia berpikir Marsya takut dengan makhluk yang berada di ruangan gelap tersebut.
Ia mencoba tenang, bukannya ia sudah sering melihat makhluk-makhluk aneh dari segala bentuk? Ia sebenarnya tidak takut, hanya saja terkejut dengan kepala yang muncul yang secara tiba-tiba.
Ruangan minimalis dengan dinding yang berwarna kecokelatan, dan di sudut dekat sofa terdapat gitar. Sebenarnya ruangan tersebut banyak alat musik, sampai-sampai Frislly bingung, kantor apakah sebenarnya ini.
"Jadi gimana, Fris?" tanya Bobby membuyarkan ketercengangannya terhadap ruangan tersebut.
"Emm ...." Frislly nampak berpikir seraya melirik mamanya yang duduk di samping kiri.
Farida yang dilirik pun mengerti, kemudian ia mengangguk kecil, tanda setuju. Ia menyenggol Frislly menggunakan sikunya karena putrinya itu tidak kunjung mengeluarkan suara.
"Oke, kak, tadi aku sama Mama sudah bicarain ini. Dan aku setuju dengan penawaran kakak," ujarnya mantap.
"Serius?"
Frislly mengangguk dan menarik sudut-sudut bibirnya sehingga membentuk lengkungan di bibir mungil merah jambu miliknya.
"Deal?" Bobby mengulurkan tangannya ke arah Frislly.
"Deal!" seru Frislly dengan menghentakkan jabatan tangannya pelan.
"Semoga rencana kita berjalan dengan lancar ya," ucap Bobby.
"Aminn."
Tiba-tiba Frislly menyingkirkan tangannya dari atas meja, ia merasa tangannya disentuh oleh seseorang. Saat ia menoleh ternyata Marsya membawa anak kecil yang sama sepertinya, dia laki-laki dan lebih kecil dari Marsya. Marsya tertawa saat melihat muka Frislly yang panik, menurutnya Frislly menggemaskan saat panik.
Dengan sangat cepat, Marsya dan anak laki-laki itu menghilang. Frislly hanya mengembuskan napasnya pelan melihat tingkah jail teman kecilnya yang tak kasat mata, namun selalu mengerti perasaan Frislly.
Terkadang yang tak kasat mata lebih setia dan selalu mendengarkan keluh kesah yang kita alami dibandingkan manusia yang jelas wujudnya. Mereka ada dan mereka ingin dihargai selayaknya manusia, mereka memiliki perasaan, hanya saja manusia terlalu angkuh dengan keadaan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frislly Si Indigo
Horror80% cerita ini adalah nyata. Saya ambil cerita ini dari artis dan youtuber cantik, Frislly Herlind. Frislly berlari ke arah mamanya. "Ma, Fily minta obat merah, dong," ucapnya dengan nada khas anak kecil. "Untuk apa?" ucap mamanya setelah menyejajar...