Navy memarkirkan motor sport biru kegarasi rumah, tepat jam 7 malam. Dia benar-benar was-was sekarang, ayah pasti berceramah panjang lebar karena dirinya pulang jauh dari jam pulang sekolah.
Navy berjalan agak pelan sampai kepintu utama rumahnya, rumah Navy termasuk mewah walau dengan beberapa ukiran tradisional di pintu.
"Dari mana anak papa?" suara berat itu menyapa indra pendengaran Navy.
Navy menunjukan deretan giginya.
"Main sama Biru, Pah." kata Navy, mata nya melirik kearah tangga.
Navy sedikit menegang melihat tatapan kakak perempuan yang seakan mengintimidasinya.
"Berapa kali Papa bilang, kalo mau main itu pulang dulu." kata Adrian-Ayah Navy- mengingatkan.
Meski terlihat galak dari tampilan, Adrian adalah sosok single parent yang sangat menyayangi anak-anak nya.
"Navy pulang jauh dari jam sekolah nggak dimarahin ya, Pah? Keliatan banget pilih kasihnya." kata Pinky dengan nada ketusnya.
Adrian menghela napas, dia tak pilih kasih. Tapi mungkin memang pandangan orang yang tak mengerti situasi yang membuat nya terlihat pilih kasih.
Dia tahu persis bibit-bobot keluarga Biru, keluarga Lazuardi yang merupakan kerabat dari keluarganya. Keluarga Lazuardi juga tegas dan teliti mendidik anaknya, jadi Adrian percaya jika bergaul dengan Biru tak masalah.
Sedangkan Rednan? Dia bergaul dengan pemuda brandal yang hobby balapan liar dan segala hobi buruk lainnya, dia hanya ingin Rednan tak jatuh dalam pergaulan yang salah. Maka dari dia selalu memarahi Rednan jika pulang malam dan bermain dengan si brandal itu.
Pinky menatap sang ayah kesal, dia kesal karena ayahnya tak memarahi Navy sama seperti Adrian memarahi Rednan bahkab menampar kakak kembarnya itu.
Jiwa anak kembar memang berbeda, walau Rednan itu saking diamnya tapi Pinky tau apa yang dirasakan kakak nya itu.
"Anak emas memang beda ya?" tanya Pinky, dia melangkahkan kaki ke lantai dua mengantarkan susu coklat untuk Rednan.
Ini yang Navy iri-kan. Dia juga ingin dianggap saudara oleh dua kakaknya.
Rednan selalu melindungi Pinky, Pinky selalu ada untuk Rednan. Selalu saja begitu, seakan tak ada Navy dalam lingkaran persaudaraan mereka.
Navy sejauh ini tau, kalau dia tak pantas.
Walau sejauh ini juga Navy tidak tau kenapa dia dikategorikan 'tak pantas'.
••••
Navy mendudukan dirinya dikasur King Size nya, menguap lebar-lebar dengan mata merah mengantuk. Dia memandang kearah tembok persis didepannya saat ini, foto wanita cantik dengan gaun indah merah hambu yang elegan.
Ibunya, Alicia. Meninggal tujuh belas tahun yang lalu tepat satu jam setelah Navy lahir.
Kata ayahnya itu takdir, tapi Navy tak pernah bisa terima takdir sekejam ini."Mama nyesel nggak ngorbanin nyawa demi anak bodoh kaya Navy?"tanya Navy entah pada siapa.
Navy memang sulit memahami pelajaran. Kata Ayahnya, Alicia dulu pengidap disleksia. Mungkin ini juga yang berpengaruh pada Navy. Navy punya kesulitan dalam membaca bahkan hingga kini.
Iya.
Navy disleksia.
Awalnya dia tak bisa sekolah normal, tapi akhirnya dengan tekadnya dia mampu setidaknya tak terlalu tertinggal dengan sepantarannya.
Kadang dia iri pada Biru, sosok tinggi tampan dengan segala kesempurnaan visual dan juga otak yang cerdas. Navy tak pernah mendapat itu.
Navy hanya ingin, hidup normal.
Dia terlihat normal, hanya kadang kelakuannya penggambaran jika dia dan Biru sinting. Hanya para pengajar yang tau Navy disleksia, murid-murid lain tak ada yang tau kecuali Biru.
Kata Biru, kesempurnaan bukan hanya dilihat dari penampilan atau kenampakan Visual. Kesempurnaan juga bisa dilihat bagaimana sikap dan hati.
Navy juga bingung dengan masa depannya, kalau kata pinky dia itu membaca saja putus-putus bagaimana mau menjadi orang berguna. Pinky memang bermulut tajam, pandai berdebat berbeda dengan Rednan yang kelewat pendiam tapi kadang bermain otot.
Biru juga pernah bilang,
"Coba lo denger lagu Dalla-Dalla Itzy. Disitu lo bakal tau, jangan terlalu perduli kata orang, Lo cuma butuh satu, love your self Nav."
"Yeah, i'll try to love myself."
Tbc.
Mungkin ini aneh banget ya? Maaf.
Aku juga sebenernya nggak terlalu ngerti soal disleksia,cuma modal search doang,maaf kalau ada kesalahan atau gimana.
Sorry for typo(s) and another mistake.
Republish : 5 Maret 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
•NAVY• (Revisi)
JugendliteraturNavy hanya bisa terus tersenyum walau banyak orang memunggunginya. Meski orang-orang itu tak bisa melihat senyumnya. Setidaknya itu membuat Navy meyakinkan diri sendiri, jika dia akan tetap baik-baik saja. Revisi start : O4 March, 2O21.