8. Fitnah

27 1 0
                                    

....

Setelah membiarkan Arfan menemui Azka, Asyifa pun beranjak pulang kepesantren.

Ruang Resant

"Asyifa!"
"A-apa?"

"Ukhty Azka sudah pulang?"
"Emmm, be-belum,"

"Kenapa antum sudah pulang?"
"Tadi, tadi ana ada urusan sebentar, ana lupa kembali lagi ke toko buku"

"Lalu bagaimana kalau ukhty Azka mencari antum"
"Emmm, emmm ta-tadi abang Arfan bertemu saya sewaktu keluar dari toko, saya titipkan Azka pada abang saya"

"Kenapa antum ceroboh! Tau kan tak sepatutnya santri kita yang bukan mukhrim bertemu tanpa pengawasan, bagaimana jika ada fitnah?"

"Ma-maaf Akhy Zaky ana janji tak seperti ini lagi"
"Kalau terjadi apa-apa antum tanggung ini sendiri!"

...

Sementara Zaky dan Asyifa berdebat dilain sisi, Azka dan Arfan menyusuri lorong-lorong buku ditoko itu sembari sesekali bertanya banyak hal,

Lama mereka berjalan sekarang sudah ditenteng nya 5 buku, kemudian Arfan mengajak Azka pulang..

"Az sudah?"
"Iya khy"

"Mari pulang?"
"Tapi bagaimana ukhty Syfa?"

"Tadi dia telpone dan menyuruh saya saja yang antar kamu, katanya dia sedang sibuk"

"Emmm tapi,,"
"Saya pakai mobil, jadi tenang saja"

Mereka pun pulang bersama, dan tak lama mereka sampai dipesantren

***

Baru saja sampai terlihat digerbang pesantren sudah berjajar para resant dan ketuanya yang teramat garang.

Setelah membiarkan mobil Arfan masuk, ketua resan tiba-tiba datang menghampiri Azka dan Arfan.

"Akhy Arfan mari ikut saya keruang dewan begitu pun anda ukhty Azka"

Sementara Arfan hanya mengangguk patuh, Azka seolah ketakutan dengan tatapan Zul si ketua resant itu

"A-ada apa memang a-khy Zul?"
"Ikut saja!"

Mereka pun mengikuti Zul keruang dewan.

"Silahkan Duduk!"

Arfan dan Azka dipersilahkan duduk berhadapan di sebuah meja sementara Zul berada diujung samping.

"Apa kalian sengaja keluar berdua?"
"Tidak Akhy, saya hanya sekedar ingin membeli beberapa buku keluar"

"Lalu kau Ar?"
"Saya ada urusan. Kebetulan dekat toko buku itu, kemudian saya menjumpai adik saya yang tengah terburu-buru"

Belum selesai Arfan berbicara, tiba-tiba Azka menyeka ucapannya.

"Adik?!!"
"Iya Ifa adik sambung saya ukh, tadi dia terlihat terburu-buru. Lalu saya menghampiri dia. Kemudian dia menitipkan ukhty Azka pada saya"

... "Yanto!!"
"Iya bang Zul!"
"Panggil Asyifa kesini!!"
"Baik,"

"Lantas Photo appa, ini!!"
Zul membentak sembari menghentakan keras photo itu diatas meja

Mereka berdua pun mengamatinya, dan alangkah terkejut mereka saat melihat photo itu.

"Ti-tidak be-begitu khy,"
"Lalu apa Az!?" . Jawab Zul begitu emosinya.

Kemudian datang Asyifa.
"Asalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Jawab mereka yang ada diruangan itu serempak.

Lalu diliriknya Azka sudah berbinar-binar dengan perasaan bersalah..

"A-ada perlu apa Zul?"
"Kenapa mereka bisa berduaan diluar pesantren tanpa pengawasan! Dan photo ini! Siapa bisa jelaskan"

Ifa hanya mengatup mulutnya dengan lengan tak percaya.

"Zul, biar saya bicara!"
"Biacara apa? Pembelaan?"
"Itu tak seperti yang Zul kira, "
"Lalu apa heh!?"

Tak lama datang Kiyai dan Zaky..

"Ada apa ini ribut-ribut?"
"Kiyai lihat saja photo itu"

"Astagfirullah, Arfan! Azka! Apa-apaan kalian ini?"

"Saya bisa jelaskan Kiyai, "
"Jelaskan apa? Jelas-jelas bukti sudah jelas!"

"Zul, biar lah Arfan menjelaskan dulu"
Seka Zaky

Sementara Zul tetap bersikeras,, dengan tak mau mendengar penjelasan.
Kiyai tiba-tiba menyatakan keputusan yang membuat seisi ruang tercengang.

"Kita nikahkan saja mereka, jika ini sudah terlanjur jadi fitnah"

"Tidak!, Kiyai ini tak boleh terjadi. Kalau begitu ini tak adil, biar Arfan jelaskan dulu"
"Zak, ini sudah jadi fitnah kau mau apa lagi?"

Kembali Kiyai kebingungan, dan akhirnya memutuskan sidang akan diteruskan besok dengan orang tua mereka.

Cahaya Cinta Dilangit Kota SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang