01 | Up To You

64 13 0
                                    

Stay cool and happy reading 😎😎

───

TEPAT setelah bernostalgia ria serta saling menumpahkan rasa rindu, bel masuk berbunyi─menandakan waktu istirahat telah usai. Fanny menggerutu, walaupun sudah setengah jam dirinya mengobrol dengan sahabat karibnya, rasanya ia masih belum puas juga.

"Lan, lo kelas berapa nih?" Tanya Fanny setelah selesai membayar makanan yang ia pesan.

Sia memberengut sebal, "Berhenti panggil gue Sia-lan!" pinta Sia memelas. "Masa cewek secantik gue lo kata Sia-lan?" Tanya Sia seraya mengibaskan rambutnya bangga.

"Cantik-cantik playgirl, ew." cibir Fanny terpekik setelahnya ketika Sia menggelitiki pinggangnya.

"Taik. Gue jadi playgirl bukan tanpa alasan!" Kilah Sia lalu segera bangkit, beranjak pergi menuju kelasnya.

"IYA MAAP! EH, JAWAB DULU PERTANYAAN GUE DOONG! LO KELAS BERAPA?" Pekik Fanny kala melihat Sia yang telah melangkah pergi. Sia yang mendengar pekikan melengking itu sontak menghentikan langkahnya.

"Kelas gue 10 IPA 2. Silakan temuin gue kapanpun, oke. Pintu neraka selalu terbuka untuk lo. Ngomong-ngomong gue harus balik, Mr. Simon abis ini. Killer, cuy! Killer! See you!" Pamit Sia lalu segera berlari secepat kilat menuju kelasnya.

Fanny terkikik geli, "Meski gak selugu dan sepolos dulu─yang gak ngerti apa itu cinta, tapi setidaknya tingkah konyol dan pecicilannya masih tetap ada. Hahaha," gumamnya.

***

Matahari tepat diatas kepala. Panasnya matahari semakin menyengat kulit. Matahari juga semakin bersinar terang menyilaukan mata. Keringat Sia mengucur deras tanpa bisa dibendung. Sudah Sia seka peluhnya berkali-kali, namun keringat sialannya tetap mengalir deras. Tenggorokannya kering, minta dibasahi. Perutnya meronta-ronta kelaparan, minta diisi sesuatu atau paling tidak diganjal sejenak.

Sia dihukum oleh Mr. Simon─guru paling killer, disiplin, dan tegas yang pernah ada karena hanya sekadar mengunyah permen karet di dalam kelas dan alhasil─yah─ia harus berjemur ria di lapangan. Sia menyemangati dirinya sendiri dan berkata bahwa sekalian membuat kulitnya cokelat. Eksotis katanya.

Entahlah, Sia suka mempunyai kulit khas negara Indonesia ini. Rata-rata berwarna cokelat. Sangat eksotik dan berbeda seperti di negara yang sebelumnya ia tinggali. Berkulit putih ataupun putih kemerahan semua. Bosan.

Menengok kekanan dan kekiri memastikan tidak ada siapapun yang mengawasi penjemuran ria-nya. Setelah dipastikan sudah aman, Sia merogoh saku dan mengeluarkan sebungkus permen karet. Ia buang bungkusnya sembarangan kemudian ia kunyah permen karetnya dengan santai. Tidak peduli akan ketahuan atau tidak, setidaknya rasa bosannya lenyap.

"Still stand up! Don't makan bubble gum, Sia. Padahal you itu new student. Tapi kelakuan you benar-benar make me pusing. Sopanlah sedikit!" Singgung Mr. Simon tegas dengan bahasa Inggris belepotan yang memang disengaja sambil memasang wajah angkuhnya.

Sia menyengir, "Baik, bulepotan!" Balas Sia tak kalah pedas seraya tertawa.

Mr. Simon melotot, "Want to ditambahin hukumannya, huh?" Ancamnya.

FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang