Blood Lover vs Hecting Expert

4.3K 241 17
                                    

Tes darah merupakan pemeriksaan sampel darah yang diambil dari tusukan pada jari atau melalui pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan menggunakan jarum. 

Tes darah bertujuan untuk mendeteksi penyakit, mengetahui fungsi organ, mendeteksi racun, obat, atau zat tertentu, dan memeriksa kondisi kesehatan secara keseluruhan.
(Sumber: Alodokter)

***

Okay, tarik napas ...
Anna menginstruksikan dirinya sendiri. Jas lab sudah dirapikan. Rambutnya diikat rapi di belakang. Dia melangkah tegap menuju UGD.

Hati Anna cengir-cengir sendiri, namun sengaja tidak ditampilkannya. Mungkin kalau wajahnya bisa mempresentasikan kondisi hati secara jujur, nggak akan deh, Riri, rekan kerjanya mau menemani berjalan berdampingan dengan Anna, saat ini.

"Ada yang cek lab?" tanya Riri sambil merapikan letak kacamatanya sesampai mereka di UGD. Kak Andi, salah seorang perawat yg berjaga pagi itu mengisyaratkan pada Riri dan Anna untuk menunggu sebentar, sampai Kak Andi memeriksa daftar pasien yang harus diperiksa lab.

Wait. Itu si Anna ngapain? Pandangannya menyapu seluruh isi UGD. Pada bagian triase, ada dua pasien laki-laki. Yang satu sedang duduk memakai selang oksigen. Satunya lagi hanya terpasang infus di tangannya, terbaring dengan posisi semi fowler.

Lalu di bagian resusitasi, ada satu pasien anak-anak, sekitar usia lima tahun, terpasang infus, sedang menangis di gendongan ibunya.
Tampaknya pasien-pasien ini sudah selesai diperiksa dokter, tinggal diantarkan ke ruangan tempat mereka akan dirawat inap masing-masing.

Tapi bukan pasien, yang Anna cari, melainkan ....

"Ndra, udah selesai?"
Kak Andi menyapa lelaki yang baru saja berjalan melewatinya.
Yang disapa tampak sedang terburu-buru.

"Pasiennya perlu di-hecting." Indra, masih terburu-buru, (tidak melihat Anna, sehingga menjadikan gadis itu sedikit kecewa), menjawab singkat tanpa menoleh. Tangannya yang ber-handscoon sudah menggenggam bungkusan kain berwarna hijau. Isinya tentu tidak lain peralatan menjahit luka.

Adegan barusan sebenarnya hanya berlangsung beberapa menit saja tapi di hadapan Anna namun sudah cukup membawa lamunannya melayang entah ke mana.

"Anna, kamu yang ke kamar tindakan, aku ke ruangan observasi ya!" Ucapan Riri mengejutkan Anna.
"Siaaap!" Spontan Anna menjawab.

Bapak Parman, usia 57 tahun, diagnosa CKD (Chronic Kidney Disease)
Pemeriksaan: DL, kimia darah, disertai elektrolit.

Anna memeriksa lagi identitas pasien yang akan dia ambil darahnya.

"Selamat pagi, Pak. Saya ambil darahnya untuk diperiksa, ya," sapa Anna, tersenyum ramah di balik masker wajah.
Si Bapak mengangguk sementara Anna mempersiapkan peralatannya.

Anna sudah siap dengan handscoon menutupi kedua tangannya. Dia memasangkan torniquet, meraba bagian dalam lengan pasien untuk mencari vena, mensterilkan area pengambilan darah, lalu siap menusukkan jarum spuit 5 cc dengan sudut 30 derajat.

"Tarik napas, ya, Pak"
Pak Parman tampak meringis sedikit waktu Anna menarik ujung spuit-nya
Yes, itu dia. Cairan darah berwarna merah segar. Mata Anna berbinar-binar menyaksikan keberhasilannya mengambil sample darah Bapak Parman.

Dengan ligat, Anna memindahkannya dalam dua tabung yang berbeda.
Tabung bertutup merah untuk pemeriksaan kimia darah. Sedangkan tabung tutup ungu, yang sudah mengandung EDTA, sehingga menghambat koagulasi darah, untuk pemeriksaan darah lengkap.
Tentu saja tabung ini sudah dilabeli. Supaya tidak tertukar dengan sample darah pasien lain.

Berikutnya, pasien Ny. Asni, usia 70 tahun, dengan DM Ulcus (Diabetes Melitus)
Pemeriksaan: DL, kimia darah, jangan lupa HbA1C. Oya, ada cek urin juga.

Saat Anna sedang mencari pasien kedua yang akan di-sampling, saat itu juga pandangan matanya tertuju pada lelaki itu. Meski hanya dua matanya yg terlihat tapi Indra selalu tampak tampan di mata Anna.

Tidak, tentu Indra masih tidak melihat Anna. Lelaki itu sedang berkonsentrasi menjahit luka di kaki seorang pasien dengan usia sekitar lima belas tahun.

"Aduuhhh ...."
"Sabar, ya, Dek. Bentar lagi selesai, kok."
Indra menenangkan pasiennya tanpa menoleh. Anna terpana beberapa saat hingga lelaki itu menyadari dia sedang diperhatikan.

Kedua mata Indra bertemu pandang dengan mata Anna dan tak lama mata itu pun tersenyum. Hanya beberapa detik sudah cukup melumerkan hati Anna.

not a Blood LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang