Warning :
Cerita ini mengandung unsur kekerasan fisik maupun batin!
Jangan Ditiru!
⏳
Happy Reading :)
📖“Arrgh, sial kepalaku pusing sekali. Apa aku sudah sampai di rumah?” Tuan Marco beberapa kali memejamkan mata untuk sekedar mengurangi rasa pening serta menajamkan sedikit penglihatannya yang sempat kabur. “Tunggu ... ini bukan kamarku. Ruangan ini terasa begitu asing. Dimana aku sebenarnya? Kenapa disini begitu gelap.
Dan apa ini ... kenapa aku bisa terikat begini?” ucapnya panik. "Sial. Kenapa tubuhku kaku tidak bisa di gerakkan."
“Rupanya anda sudah bangun Tuan Marco,” suara misterius terdengar.
Kedua bola mata Tuan Marco menelisik sumber suara. Was-was. Itulah yang tengah ia lakukan sekarang. Bagaimanapun juga ia masih tidak memahami suasana mencekam yang sedang ia alami.
“Siapa kamu? Apa kamu yang melakukan ini padaku?”
Sosok misterius itu tertawa keras. Suara yang terdengar seperti nyanyian pengantar kematian bagi setiap pendengarnya. “Tak aku jawab pun anda pasti sudah tau jawabanku, Tuan.” Memang terdengar halus. Namun cukup membuat nyali sedikit menciut merinding akan rasa takut. Tak terkecuali yang tengah dirasakan Tuan Marco.
“Siapa kamu sebenarnya? Jangan bermain-main denganku! Cepat tunjukkan wujudmu!” teriaknya.“Baiklah jika itu permintaan terakhirmu Tuan. Dengan senang hati akan aku kabulkan.”
Thuk... thuk... thuk
Langkah kaki mulai terdengar semakin keras seirama dengan detak jantung Tuan Marco. Ia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah. Rasa penasaran dan takut bercampur aduk jadi satu. Hingga ... sosok misterius itu berhenti berjalan. Ia berdiri jarak beberapa meter dari mangsanya. Tepat di bawah pantulan sinar bulan purnama yang masuk melewati jendela kaca tembus pandang. Ya, satu-satunya sumber cahaya di ruangan itu. Mereka sama-sama terdiam dalam beberapa saat. Seakan ia akan mati jika sampai berkedip, Tuan Marco tak melepaskan pandangannya sedetikpun pada sosok misterius di depannya itu.
“Kalau berani lepaskan masker dan penutup kepalamu br*ngs*k!” tantang Tuan Marco.
“Sepertinya anda benar-benar ingin tahu wajah malaikat pencabut nyawamu. Tidak masalah. Akan aku tunjukan padamu, Tuan.”
“A... apa?” Tuan Marco sangat terkejut. Bukan rasa takut lagi yang muncul. Melainkan amarah yang menggebu-gebu. “Dasar bocah keparat! Tenyata itu kamu. Apa yang kamu lakukan padaku, hah? Cepat lepaskan aku, bodoh!”
“Melepaskanmu? Hahaha... Tidak semudah itu, Tuan!”
“Bocah sialan! Tidak tau diri! Berani-beraninya kamu mengikatku seperti ini. Awas saja! Aku akan menghabisimu nanti!”
“Anda sangat lucu, Tuan. Menghabisiku? Lakukan saja kalau anda bisa,” ucap sosok misterius itu meremehkan Tuan Marco. “Untuk bergerak saja susah. Bagaimana mau menghabisiku. Kecuali... mungkin arwahmu yang akan balas dendam. Hahaha.”
“Apa yang kau lakukan pada tubuhku, bocah keparat?”
“Ehm.” Sosok misterius itu mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Sebotol kecil cairan bening ia pamerkan pada Tuan Marco.
“Hanya membumbui sedikit tangan dan kakimu dengan cairan. ”
“Sialan! Bocah sialan kamu. Br*ngs*k. Anj*ng biadab!”
“Seperti biasa, anda selalu banyak bicara.” Dia berjalan mendekat lalu mengayunkan pisau ke wajah Tuan Marco. “Dan aku tidak pernah menyukai bualanmu!”
Cringg... cringg... cringg.
“Awww!” pekik Tuan Marco. Ia menjerit histeris. Darah mengucur dari pipi sebelah kirinya. Ngilu. Perih. Sakit sekali. Wajahnya seakan teroyak. Bukan hanya satu goresan kecil. Melainkan tiga sayatan yang cukup dalam. Tuan Marco meringis menahan rasa sakitnya. Sedangkan sosok misterius itu menatap nyalang Tuan Marco. Sebuah seringaian jelas tercetak dari wajahnya yang sudah tak memakai penutup apapun.
“Sialan! Kurang ajar!” umpat Tuan Marco untuk kesekian kalinya. Hanya berteriak, satu-satunya yang dapat ia lakukan. Tangan dan kakinya sulit bahkan hampir tidak bisa digerakkan. Kepalanya pusing seperti akan pecah. Mungkin ini efek dari cairan bening yang ditunjukkan iblis di depannya itu, pikirnya.
“Lepaskan aku! Aku ingin pergi dari sini!”
“Tentu saja tuan. Aku sudak terlalu muak bahkan hanya untuk mendengar suaramu. Sekarang sudah saatnya anda pergi menemui ajal. Selamat tinggal, Tuan Marco. Aku menyayangimu.”
•To be continued•
Story By : Byunatasya04
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTMARE
Misteri / ThrillerAntara hitam dan putih dunia abu cover and story by byuNatasya04 check it out📖👇