Junkai kembali menarik sudut senyumnya begitu maniknya menangkap sosok Yuan yang sedang berjalan sambil mengotak - ngatik ponsel tak jauh darinya.
"Sudah ku katakan kita berjodoh, Wang Yuan," ucapnya pada diri sendiri.
Dengan langkah hati - hati lelaki jangkung itu melangkah menghampiri Yuan, hendak mengagetkan lelaki manis itu.
Namun baru saja Junkai akan mengaketkan lelaki itu, Yuan lebih duluh berucap, "Aku tahu itu kau, Junkai." Tanpa melepas pandangannya pada ponselnya itu.
"Hehehe. Selamat pagi," ucap Junlai. Berlari mendahului lelaki Yuan lalu berjalan mundur agar bisa menatapi wajah lelaki manis itu.
"Pagi," jawab Yuan.
"Dari mana kau tahu tadi itu aku?" tanya Junkai heran.
Yang lebih manis hanya melirik lelaki itu singkat. "Parfum yang kau gunakan," ucapnya datar. Junkai hanya mengguk pahan, kembali menarik sudut senyumnya.
"Aku tak tahu ternyata kau seperhatian itu pada ku. Bahkan bau parfum ku saja kau tahu," goda Junkai tersenyum jail.
Yuan hanya merotasikan maniknya tak minat. "Lakukan sesuka mu."
"Apa semalam tidur mu nyenyak tuan putri?" tanya Junkai berbasa - basi. Lelaki itu selalu menyukai Yuan yang cerewet dibanding Yuan yang selalu tak menghiraukanya itu.
"Siapa yang panggil dengan sebutan tuan putri hah?" sahut Yaun menyentakkan kakinya kesal. "Yak aku ini-" lanjunya namun dipotong cepat oleh yang lebih tinggi.
"Ayo kita berkencan!" ujarnya tiba - tiba, tak lupa tersenyum lebar hingga ginsul panjangnya terlihat.
Yuan diam, mengambil nafas sejenak. Masih pagi lelaki itu sudah membuatnya diuji saja. Dan sedikit gugup yang enta karna apa.
"Diam berarti kau setujuh," timpahnya lagi. Sontak menyadarkan Yuan, segerang menggeleng cepat.
"Yak Wang Junkai!!" katusnya kesal. Junkai semakin terkekeh senang. Gemas dengan tingkah Yuan terlebih sedang kesal seperti itu.
"Hei, sudah - sudah masih pagi begini kalian sudah bertengkar saja," ujar Qianxi yang entah datang dari mana, melerai keduanya.
"Salahkan dia, Qianxi. Dia yang menganggu ku lebih duluh," protes Yuan.
Tangan kurusnya tanpa sungkan mengandeng lengan lelaki berbarga Yiyang itu. Juga menyamakan langkah keduanya.
Junkia hanya bisa tersenyum hambar. Kalau saja Qianxi bukan sahabatnya tentu saja lelaki itu sudah lamah habis olehnya.
"Aku tidak mengagangu pagi mu sayang, aku hanya menyapa mu," katanya.
Yuan kembali melemparkan tatapan tak suka pada Junkai. "Qianxi itu kau lihat dia menganggu ku lagi," adunya.
Qianxi, yang berdiri ditengah keduanya hanya bisa membuang nafas berat. "Semakin lama aku semakin pusing menghadapi kalian berdua," decaknya.
Salah satu tanganya melepaskan gandengan Yuan yang pada lenganya kemudian yang satunya lagi menarik tangan bebasa Junkai, menautkan keduanya.
Yuan mengelipkan maniknya heran. Lalu kembali melirik jemarinya yang tengelam dalam genggaman Junkai. Sontak membuat kedua pipi chubby lelaki itu memanas.
Bebeda dengan Junkai yang tersenyum serta mengangkat sebelah alisnya, mengode Qianxi. 'Good job.'
"Lepaskan tangan ku," ketus Yuan denga wajah yang sudah merah padam. Berusaha menari tanganya namun tetap saja Junkai mengegenggamnya kuat.
"Lepaslah, jika kau bisa." Junkai kembali terkekeh jail. Salah satu tanganya lagi menacak surai Yaun pelan.
Kemudian menuntun lelaki manis itu berjalan menyikutinya memasuki gedung sekolah. Tentu saja dengan Qianxi yang berjalan beberapa langkah lebih dari keduanya.
Tbc.
Ketergajean yang mendalam_-" hmm sumpa ini aku nulis apaan sih kok ngambang banget....
Oh iya mau nanya, anak TF (TF Family ato TYT) yg cocok jadi adiknya Junkai siapa ya.... tapi yg uke able gitu yg cerewet plus cengeng.
Pls di komen aku perlu banget saran 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Yet! || Kaiyuan✔
Fanfiction"Aku menyukai mu. Jadilah kekasih ku." "Kau tahu bercanda mu sama sekali tak lucu. Astaga, aku hampir saja percaya kalau kau benar - benar menyukai ku." "Bahkan kau masih menganggapnya bercanda. Aku benar - benar serius." "Ku mohon berhenti, Junk...