[ 6 ]

192 30 3
                                    

Yuan masih setia menundukan kepalanya sembari menynatap lahap makan siangnya. Dengan porsi yang bisa dibilang tak sedikit itu.

Tanpa memperhatikan keramaian kantin disekitarnya lelaki itu masih sibuk menyuapi dirinya, mengisih perut kecilnya yang sudah berdemo sejak sejam yang lalu.

"Kau seperti orang yang tak makan selama tiga hari." Yuan mendongkan mendapati Qianxi, berdiri sembari menatapnya prihatin.

Yuan berdecak kesal. "Aku tak sempat sarapan tadi pagi," jelasnya. Kembali menyisi bulutnya dengan sesendok makan siang.

"Tumben sekali." Qianxi menekuk alisnya heran.

Pasalnya bagi Yuan waktu makan itu adalah hal yang sangat penting baginya namun kenapa kali ini lelaki manis itu bisa melupakanya. 

"Aku terlambat bangun makanya tak sempat sarapan," ujar Yuan terkekeh. Yang lebih tinggi hanya mengguk, mengerti. 

"Oh iya ini punya mu kan?" lanjut Qianxi, menyodorkan flashdisk putih pada lelaki itu.

Yaun melirik benda kecil itu sekilas. "Hmm, kenapa ada pada mu?"

Sontak Qianxi tersenyum samar, "Junkai yang menitipkanya tadi," ujarnya. Memperhatika perubahan ekspresi Yuan yang mendadak terdiam.

"Ada apa dengan kalian? Apa kalian bertengkar lagi?" lanjutnya makin tertarik.

"Tidak." 

"Benarkah? Lalu kenapa Junkai tak memberikan ini langsung pada mu?"

Lagi - lagi Qianxi tersenyum kecil. Lelaki itu tahu betul ada yang tak beres dengan kedua sahabatnya itu. 

"Entahlah mana ku tau. Seharusnya kau tanyakan itu padanya," kata Yuan. Kemudian melanjutkan kegiatan makanya.


Sepanjang koridor menuju kelas, Yuan tak henti memikirkan perkataan Qianxi di kanti tadi. Rasaanya memang benar,  ada yang aneh dengan tingkah Junkai belakangan ini.

Yang kalau diperhatikan lelaki itu lebih pendiam dan juga sering menghindar dari Yuan ataupun Qianxi sekalipun.

"Sebenarnya ada apa denganya?" ujarnya, berpikir.

Kemudian Yuan kembali menghentikan langkahnya. "Tunggu kenapa aku jadi memikirkanya," ketusnya sembari membuang pandanganya kesembarang arah.

Entah mengapa lelaki manis itu selalu kesal ketika dirinya kembali memikirkan Junkai. Dia kesal denga jantunya dan juga pipinya yang langsung memerah dengan cepat. Padahal Yuan tak yakin menykai lelaki itu. Sebab di beberapa waktu, Junkai bisa sangat mengganggunya dan sangat menjungkelkan.

Dan suatu kebetulan Yuan mendapati Junkai yang baru saja menuruni tangga, dari lantai tiga.

"Junkai!" panggil Yuan, sedikit berlari kecil menghampiri lelaki bermanik elang itu.

Junkai hanya melirik wajah lelaki manis itu sekilas. "Hmm, ada apa?" tanyanya datar. 

Sontak senyum kecil diwajah Yuan berganti menjadi senyum kecut. "K-kau dari mana saja? Aku tak-"

"Perpustakaan." potong Junkai makin datar. "Ada yang ingin kau sampaikan? Aku sedang terburu - buru," lanjutnya.

Yuan menggeleng pelan. "Hmm? Tidak." Mengaruk tengkuk  yang tak gatal sembari tersenyum simpul.

Berusaha menatap manik elang Junkai, namun Junkai malah terlihat jelas menghintari tatapanya.

"Baiklah, kalau begitu sampai nanti," ucap yang lebih tinggi, kemudian berlalu begitu saja.

"Hmm, sampai nanti," balas Yuan. Maniknya tak lepas dari pundak Junkai, memandanginya kecewa.

"Jadi dia menghidari ku?"

Tbc.


Ini kau nulis apaan sih T-T maaf ff nya jadi nyampa gini. Sebenarnya beberapa hari belakangan ini mood ku buat nulis ilang gegara mikirin kaiyuan mulu :(( 

Emang bener ya hubungan kaiyuan belakangan ini gak baik, kek ada masalah gitu ama mereka bedua. Masalanya apaan sih sampe mereka ngejauh gitu pls siapa aja yg tau cerita dong ke aku 😭😭🙏

Not Yet!  || Kaiyuan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang