[ 4 ]

204 28 2
                                    

Junkai hanya bisa tersenyum hambar, menyaksikan Yuan yang sedang bercanda bersama Qianxi.

Jujur saja lelaki jangkun itu merasa sangat jemburu melihat senyum yang sangat jarang Yuan pertunjukan itu padanya.

Tak perlu di jelaskan, kalian tahu pasti bagaimana sikap Yuan kepada Junkai dan Qianxi yang bisa dibilang sangat berbanding terbalik terhadapnya.

Semula Junkai biasa saja namun lama kelamaan hal itu semakin menyiksanya.

Pikirkan saja bagaimana perasaan kalian, jika kau menyukai seseorang dan seseorang itu lebih mementikan serta lebih perhatina pada sahabatmu sendiri.

Rasanya sakit namun kau tak bisa menyalahkan siapa pun menyingat keduanya orang tersebut sangat berharga bagi mu.


"Bagaimana kalau kita kesini saja akhir pekan," ucap Yuan. Menunjukan wahana bermain di kota Changqing yang sedang ramai diperbincangkan di instagram.

Qianxi menggeleng. "Tidak, lebih baik kalau kita kepantai, sudah sangat lama kita tak pergi kesana," tolak lelaki itu.

"Jangan kepantai nanti kulit ku hitam." Yuan mengerucutkan bibirnya, kesal. Namun Qianxi masih bersikeran untuk pergi ke pantai. 

Capek berdebat Yuan menoleh ke arah Junkai. "Bagaimana menurut mu?" tanyanya. "Kau mau ke wahana bermain atau ke pantai?" Menatap Junkai dengan puppy eyes-nya.

Junkai yang ditatap seperti itu, tak bisa menahan sudut senyumnya. "Kau akan mengajak ku berkencan?"Diacaknya surai hitam Yuan gemas. "Kemana saja asal itu bersama mu."

Qianxi yang mendengarkanya terkekeh kecil, sedangkan Yuan memutar makinya malas. "Aku serius, Junkai," tekanya. 

"Aku juga serius sayang. Terserah kau saja, aku mengikut," ucap yang lebih tinggi, tersenyum khas andalanya.

Dan lagi lelaki mirip kelinci itu  merasa segikit gugup setiap kali Junkai memangilnya seperti itu.

Namun tak berlangsung lama perasaan itu langdung ditepisnya. "Jadi kau setujuh kita kerteman bermain?" tanyanya memastikan.

"Tentu saja," jawab Junkai. Mengangguk mantap. 

"Asik," pekik Yuan, menang.

Kali ini Qianxi yang memutar maniknya, kesal. "Ayolah, Junkai kau tak asik," ucapnya sembari menaatap lelaki pemilik nama itu malas. "Tidak, tidak, kalau begitu aku tak ikut!"

"Yiyang Qianxi terima kekalahan mu," ujar Yuan. Menendang kecil kaki Qianxi yang sedang duduk melantai.

Tak terimana, Qianxi membalas dan kedua malah kembali berdebat kecil serta saling menjaili satu sama lain.


Merasa sedikit terabaikan, Junkai berucap, "Aku ketoilet sebentar." Yuan yang sedang sibuk menjaili dengan Qianxi menoleh, mengguk singkat.

Begitu punggung Junkai hilang dibalik pintu, Qianxi membuang nafas pelan. "Kau tak kasihan padanya? Sepertinya dia cemburu lagi."

Yuan hanya  Qianxi datar. "Tidak juga," jawabnya santai. 

"Bukanya tindakan mu itu sudah keterlaluan," decak Qianxi, sedikit kesal. 

"Jika kau memang tak menyukainya setidaknya kau jelaskan padanya dengan baik bukan dengan cara membuatnya terus cemburu seperti ini."

"Justru aku melakukan ini karna aku menyukainya...." balas Yuan. Manik cantiknya menatap langit - langit kamar bercat pearl  itu. 

Kemudian kembali menjatuhkan pandanganya Qianxi. "Jujur saja aku masih tak yakin dengan perasaan ku sendiri dan selain itu aku ingin melihat seberapa besar perjuanganya," jelasnya.

"Tapi bagaimana kalau suatu waktu Junkai menyerah?"

Yaun tak langsung menjawab. Tungkai lelaki manis itu beranjak menuju kasur king size milik Junkai itu, merebahkan tubuh mungilnya disana.

"Hmm itu berarti aku berjodoh denganya," ucap lelaki itu.

Samar Qianxi tersenyum kecil. "Apa kau tak menyesal?" tanyanya lagi.

Yang lebih manis hanya menggeleng pelan. "Entahlah," ucapnya pelan.

Tbc.


Hahaha ini aku nulis apaan sih gaje banget_-' 

Maaf kalo aku telat up soalnya beberapa hari belakangan ini aku lagi unmood ngelakuin apa pun... seharian penuh cuman guling2 di kamar wkwkw

Dan sebagai termintan maaf.... aku double up^^

Yuk, guys cuk kesebelah.... tp jangan lupan votmen duluh ya XD

Not Yet!  || Kaiyuan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang