Bagian 1

10 0 0
                                    

Hari ini hari pertamaku masuk ke sebuah tempat dengan suasana yang mungkin saja berbeda dengan kehidupanku biasanya. Ya, hari ini aku akan tinggal di Ranika Asrama, asrama agama untuk memperbaiki keadaan rohani. Mungkin.

Awalnya aku tidak yakin tentang hal ini, tapi aku meyakinkan hatiku untuk mencobanya. Apa salahnya?

Aku hanya diantar ayah ke tempat ini. Ibu? Oh beliau sudah tenang disana. Aku anak terakhir dari dua bersaudara. Aku punya kakak laki-laki yang berbeda lima tahun denganku. Jangan tanyakan dimana kakakku, dia pasti sedang pergi dengan pacar barunya.

Disini, ragu. Banyak pertanyaan yang timbul di benakku. Akankah aku bisa beradaptasi dengan suasana baru? Apa yang akan aku dapatkan ditempat ini? Bisakah aku betah ditempat ini? Ah seharusnya aku membuang jauh-jauh pertanyaan itu. Aku harus menata hati dan fisik untuk pergi ke tempat ini.

Sampai di dekat gerbang, ayah mematikan mobilnya. Diam. Sudah banyak yang datang. Sepertinya mereka sama sepertiku. Murid baru.

Ayah menuntunku ke arah dua orang, yang satu laki-laki dan satunya perempuan. Sepertinya mereka berdua adalah pengurus tempat ini.

Ayah bersalaman dengan  laki-laki dan menangkupkan tangan di depan dada kepada si perempuan. Aku? Tentu saja melakukan kebalikannya, bersalaman dengan perempuan paruh baya itu. Aku menebak mereka berdua adalah sepasang suami-istri.

Setelah berbasa-basi sebentar, si perempuan mengantarku ke sebuah ruangan yang akan menjadi kamarku. Berada di lantai dua. Satu kamar berisikan dua belas orang.

Aku melihat-lihat seluruh ruangan, ada 6 ranjang susun dan duabelas lemari pakaian. Di belakang ada kamar mandi.
'Lumayan' gumamku. Perempuan itu bilang, teman sekamarku hanya kelas sepuluh semua. Selain asrama, aku juga bersekolah berbasis agama.

Setelah puas melihat-lihat, kami kembali ke bawah. Ke ayahku, tersenyum melihatku.

Kuakui tempat ini cukup luas. Memiliki taman dengan kolam ikan. Punya lorong panjang yang menghubungkan tempat kamar mandi umum dan teras. Sepertinya ada sekitar duapuluh kamar disini. Entahlah.

Aku mengambil tasku di mobil. Membawanya ke kamar yang akan aku tempati.

Setelah beberapa lama ayah berbincang-bincang dengan dua orang tadi, ayahku pamit undur diri. Ia menatapku, teduh.
"Betah-betahlah disini. Jadilah anak yang baik!" ucapnya. Aku hanya mengangguk pelan.

Beliau masuk ke dalam mobil, tersenyum untuk kesekian kalinya. Kemudian menyalakan mobil keluar dari halaman asrama. Aku hanya bisa melihat kepergiannya.

Kuharap aku tidak menangis, tapi setetes cairan putih itu berhasil lolos dari mataku. Tidak, aku mengusap pipiku. Mulai hari ini aku harus memperbaiki diriku. Menata kembali hidupku. Meski aku tidak tau apa yang akan aku dapat di tempat ini.

The Unwanted FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang