Bagian 2

5 0 0
                                    

Aku kembali ke kamarku. Disini hanya ada aku yang sedang membawa koper dan tas besar yang isinya barang keperluanku. Kamar ini sepi, sepertinya yang akan menempati kamar ini masih belum datang. Padahal, kulihat di kamar lain sudah banyak yang datang.

Sambil terengah aku menaruh tasku di depan sebuah lemari.
"Untung belum ada yang datang, jadi aku bisa memilih dengan bebas lemari dan tempat tidur" kataku pada diri sendiri.

Aku memilih ranjang atas pojok dekat dengan kaca besar di dinding sebelahnya. Aku juga mulai menata pakaian dan barang lainnya di lemari yang tidak jauh dari ranjangku.

Wsh...wsh...wsh...
Rasanya ada angin kecil dari arah belakang. Aku menoleh. Ternyata ada seorang anak perempuan sedang membawa bantal guling. Tatapannya tajam. Ia memakai gaun yang belum pernah kulihat sebelumnya. Wajahnya pun seperti bukan seperti tulen daerah sini. Dan sepertinya ia sama sepertiku, anak baru.

"Hai, aku Elisa" ucapku sambil mengulurkan tangan. Gadis itu hanya memandang tanganku yang terambang di udara. Setelah menunggu lama tanpa ada respon, aku menarik kembali tanganku dan mulai mengacuhkan gadis itu.

'Mungkinkah teman-teman sekamarku seperti ia semua? Kuharap aku bisa mendapat teman di tempat ini' batinku.

Aku meneruskan menata buku dan pakaian. Semua kuletakkan dengan rapi ditempatnya. Dan tidak lupa aku merapikan tempat untuk aku tidur.

Setelah selesai berbenah, aku baru sadar bahwa gadis tadi tidak ada di dalam kamar. Aku sendirian sekarang.
"Mungkin ia salah kamar," gumamku.

Menjelang sore, satu persatu ada perempuan sebayaku berdatangan ke kamar ini. Merekalah yang akan menjadi temanku selama di tempat ini.

Ada yang langsung mengajak berkenalan, ada yang cuek dengan orang disekitarnya, dan ada yang menangis tersedu karena harus berpisah dengan orang tuanya.

Bersyukur aku sudah mengenal Aisyah. Meski sebenarnya ia dulu yang mengajak berkenalan. Menurutku ia supel.

Aisyah memilih ranjang tepat disamping ranjangku. Mungkin setelah ini kami akan menjadi sahabat.

"Kamu di sekolah ambil jurusan apa Sa?" tanya Aisyah mencairkan suasana.
"Aku ambil Ipa dan masuk di kelas sepuluh lima. Kalau kamu Sya?"
"Aku juga Ipa dan masuk di sepuluh dua," jawabnya.

Kebanyakan anak yang menempati kamar ini masih disibukkan dengan menata tempat tidur dan lemarinya.

Segera setelah matahari terbenam, kami bersiap untuk mengikuti acara penyambutan murid baru di asrama ini. Banyak acara yang diadakan.

DI SEKOLAH

Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Selain tinggal di asrama, aku juga bersekolah di salah satu sekolah menengah atas. Tidak terlalu jauh dari asramaku. Aku masuk di kelas x-Ipa 5.

Aku berangkat pagi untuk mencari ruang kelasku yang belum aku hafal tempatnya. Meski saat MOS sudah diajak berkeliling oleh OSIS tapi sekolah ini sungguh luas. Ada 4 lantai disini, belum lagi beberapa bangunan yang terpisah.

Aku tidak berangkat bersama Aisyah. Tadi pagi ia mengatakan masih ada keperluan, jadinya ia menyuruhku berangkat duluan.

Akhirnya aku menemukan ruang x-5 setelah berkeliling lama, berada di lantai tiga. Aku masuk, ternyata kelas masih sepi.

Aku duduk di bangku barisan nomor dua. Sambil menunggu teman datang, aku membaca novel yang kubawa.

"Assalamualaikum," ucap seorang perempuan sambil masuk kelas.
"Waalaikumsalam" jawabku.
Perempuan tadi melangkah ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata "hai, kenalin aku Wilona. Kamu?", "aku Elisa" balasku dengan menjabat uluran tangannya.
"Duduk dengan siapa?" tanyanya.
"Gak tau. Masih sendiri,"
"Boleh duduk sama kamu?"
"Tentu Wilona,"
Akhirnya aku mendapat teman satu bangku.

Satu persatu murid mulai berdatangan. Aku sudah berkenalan beberapa dengan mereka. Ada Nauval, Yanda, Farhan, Mila, Amanda, dan masih banyak.

Setelah beberapa jam mengikuti pelajaran, akhirnya waktu istirahat tiba.
"Sa, ayo ke kantin!" ajak Wilona.
"Ya udah ayo!" sahutku.
"Eh kalian mau ke kantin? Bareng dong!" ucap Nauval saat kami hendak keluar kelas.

Kantin yang kami tuju sangat ramai. Membuatku malas untuk membeli sesuatu karena harus mengantre panjang dan berdesakan.

"Kamu gak jadi beli Sa?" tanya Wilona.
"Enggak deh, males. Tempatnya rame banget,"
"Mau nitip?"
"Ya udah deh boleh,"

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Wilona dan Nauval kembali dengan selamat dari keramaian kantin. Kami bertiga kembali ke kelas.

"Elsa, loh tinggal di asrama?" beo Nauval.
"Kok lo tau Val?" tanyaku curiga.
"Ya taulah. Tadi pagi gue habis kesana. Datengin Faisal anaknya pengurus disitu. Kebetulan tadi gue ngelihat lo disitu!" jawab Nauval. Aku hanya ber 'o' mendengar jawabannya.

Sesampainya di kelas, aku, Wilona, Nauval, Farhan, dan Amanda duduk melingkar. Kami bercanda ringan agar tidak canggung dan saling mengenal.

"Elsa minta nomermu dong!" ucap Nauval tiba-tiba. Teman-temanku sontak melihat kearahnya. Aku hanya bersikap biasa dengan hal ini.
"Kalian jangan salah pikir dulu. Aku mau buat grup kelas. Aku juga minta nomor kalian semua!" jawab Nauval. Aku dan yang lain hanya ber 'oh' panjang.

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku segera memasukkan barang-barangku ke dalam tas.

"Sa, kita duluan ya!?" jawab Wilona sambil menggandeng tangan Amanda. Yang digandeng hanya tersenyum.
"Elsayang aku pulang dulu ya!" ucap Nauval.
"Idih ada yang suka sama Elisa nih" sahut Farhan.
"Idih najisin loh Val. Eh btw dari tadi elo kok panggil gue Elsa sih? Nama gue Elisa bukan Elsa!" beoku.
"Kan panggilan kesayangan!" jawab Nauval sambil tersenyum jahil.
"Idih jijik gue,"

Aku baru sadar ternyata dikelas ini hanya aku sendiri yang tinggal di asrama. Untung saja jaraknya tidak jauh, jadi aku bisa langsung pulang dengan jalan kaki.

Lantai dua asramaku terlihat dari jalan, meski ada tembok pembatas yang cukup tinggi mengelilinginya.

Disana, dilantai dua tepat di depan kamarku. Aku melihat gadis kemarin sore dengan pakaian yang sama dan tetap membawa bantal guling. Ia berdiri membelakangiku.
'Mungkin ia bingung, sebenarnya ia berada di kamar mana' batinku.

Hallo readers (kalo ada yang baca sih), author minta maap atas kegejean ini.

Yaudah, selesai.

The Unwanted FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang