Hari ini jadwal mengkaji kitab al-muamarat at-tabi'ia. Ustad menjelaskan tentang adanya kehidupan lain selain yang bisa kita lihat.
Dalam kitab itu dijelaskan bahwa ada makhluk dengan meta fisik yang berbeda dimensi dengan kita, namun kehidupan mereka sejalan dengan kita.
Hanya orang-orang pilihan saja yang dapat melihat alam ghaib itu.
"Jadikan semua yang kita lihat sebagai jalan untuk bertemu dengan sang Khaliq, jika kita memang diberi kelebihan untuk melihat sesuatu jangan disalah gunakan...." jelas Ustadz Abduh.
Aku mendengarkan semua penjelasannya.
Setelah Ustadz Abduh selesai menjelaskan, beliau memberi waktu bagi siapa saja yang mau bertanya apa saja.
Neya mengangkat tangan, "ustad bolehkah kita mengharapkan masuk surga dan dijauhkan dari siksa neraka?" tanyanya.
"Boleh itu untuk orang-orang awam. Kita melakukan sholat, puasa, dan ibadah-ibadah yang lain untuk mengharap balasan surga," jelasnya.
Aku mengangkat tangan, "kalau para auliyah itu beribadah mengharapkan apa ustadz?"
"Kalau para auliyah itu beribadah semata hanya karena Allah, mereka mengharap ridho Ilahi. Apa pun yang akan mereka dapatkan nantinya yang penting di ridhoi. Meski pun mereka harus dimasukkan ke dalam neraka" jelas ustadz panjang.
"Memangnya tidak takut dengan siksa neraka?" tanya Frida.
"Asalkan mereka diridhoi. Seperti ini contoh mudahnya. Di neraka ada malaikat?" tanya ustadz.
Kami yang ikut mengaji mengangguk.
"Nah apakah mereka meskipun berada dalam neraka mereka juga ikut disiksa?" kami menggeleng.
"Nah seperti itu jika kita di taruh di neraka asal mendapat ridho, kita tidak akan disiksa, apalagi kalau kita itu jadi hamba yang sangat patuh kepada Allah SWT" jelasnya.
"Tapi bagaimana pun jika kita disayang Allah, jika kita ibadah bisa sampai ke Nur-Allah pasti dijamin kita akan dimasukkan surga." tambahnya.
Kami yang mendengarkannya kagum.
Hingga adzan isya' berkumandang, Ustadz Abduh mengakhiri majlis hari ini. Sebenarnya kami masih enggan untuk berakhir, tapi mau bagaimana lagi. Lagipula taklim ini bisa dilanjutkan lain hari.
Setelah sholat isya' kami kembali ke asrama. Meski saat lewat jembatan aku sedikit merinding, tapi untunglah aku tidak melihat sesuatu yang aneh. Begitu juga di asrama. Normal.
Aku menyetorkan empat surah jus 30 kepada Ustadzah. Kurang enam surah terakhir dan aku akan khatam jus 30.
Rencanaku setelah menghafal jus 30, aku akan hafalan jus 27 karena ada surat kesayanganku disana. Surah Ar-Rahman yang menjadi favoritku.
Aku kembali ke kamar lebih dahulu, kulepas mukenah dan segera mengambil tas sekolah untuk melihat jadwal sekolah esok hari.
Ada tugas matematika dan ekonomi yang menunggu. Aku membawa beberapa buku ke dipanku. Membuka beberapa catatan dan mulai mengerjakan tugasku.
'Sepi gini kok aneh ya rasanya, semoga gadis itu gak muncul dan buat sesuatu yang aneh-aneh' batinku.
Karena belum ada yang kembali ke kamar, aku memutuskan memutar lagu dari ponselku. Memilih beberapa lagu dari artis idolaku.
Tak berapa lama, Vey datang ke kamar.
"Sejak kapan kamu di situ?" tanyanya."Udah dari tadi, lagian kok lama sih?" tanyaku.
"Ya soalnya tadi gak langsung setoran," jawabnya.
Kemudian datang teman-teman yang lain setelah muroja'ah ataupun tadarus bersama.
Aku meneruskan mengerjakan tugasku. Ada beberapa yang belum kupahami, jadilah aku bertanya pada Vey.
Dengan baik hati, ia mengajariku sampai bisa. Untuk tugas ekonomi aku meminta bantuan dari Fina yang mengambil jurusan sosial.
Selesai mengerjakan, aku memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas. Aku meraih ponsel dan mematikan lagu yang sedang diputar.
***
"Sa kamu ikut ekskul apa?" tanya Wilona. Sekarang pendataan ekstrakulikuler dimana setiap siswa wajib mengikuti satu ekskul.
"Aku pingin ikut taekwondo aja," jawabku.
"Kok sama!" potong Nauval. "Jangan-jangan kita jodoh Sa," godanya sambil tersenyum jail.
"Aku juga ikut taekwondo deh," ucap Wilona.
Wilona mendaftarkan kami bertiga dalam ekskul taekwondo. Farhan dan Mila ikut basket sedangkan Amanda ikut bulu tangkis.
"life skillnya ambil apa?" tanyaku pada Wilona, Mila, dan Amanda bergantian.
"Mau ambil tata busana," jawab Wilona dan Amanda.
"Aku mau ikut home industri," jawab Mila.
"Aku mau ikut tata boga aja deh biar bisa masak hehe..." ucapku cengengesan.
"Biar bisa masakin aku kan?" goda Nauval membuatku mendengus sebal.
Bahasan kali itu hanya tentang kegiatan sekolah.
Tiba-tiba terlintas di benakku gadis menyeramkan di asrama. Sudah dua minggu ia tidak menampakkan diri atau bahkan tidak datang dimimpiku. Aku penasaran sebenarnya siapa gadis itu dan mengapa ia menunjukkan dirinya kepadaku.
Aku tersentak kaget ketika Wilona menyenggol lenganku.
"Kamu mikirin apa sih?""Enggak bukan apa-apa kok,"
"Ya udah, mau ikut ke kantin gak?"
"Ya udah ayo,"
Kami berdua berjalan ke kantin, teman-teman yang lain ternyata sudah di kantin sejak tadi.
Suasana kantin tidak terlalu ramai seperti biasanya. Setelah memesan, aku dan Wilona bergabung dengan Nauval, Farhan, dan Ilham duduk.
"Kamu gak pulang Sa?" tanya Ilham membuka pembicaraan.
"Gak tahu, mungkin minggu ini," jawabku sambil menyendok bakso ke mulut.
Kami berbincang-bincang ringan. Aku baru sadar ternyata selama ini aku bisa mendapat banyak teman karena teman-temanku memang mudah bergaul.
Meski aku sedikit pendiam, mereka mengajakku berbicara dan bercanda ringan sehingga aku bisa mengikuti alur pembicaraan.
Aku senang mendapat teman seperti mereka. Kuperhatikan mereka dalam keceriaan wajah kebersamaan.
Semoga dan semoga tidak ada yang menghalangi kami berteman. Karena ini membuatku merasa aman dan nyaman bersama mereka.
~rayndf
Salam dari author. Maaf ceritanya gj banget, maklumi yang masih newbi disini maafkan juga segala ketypoan yang terjadi.
Selamat berpikir
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Feelings
Horrorsemuanya berawal dari ketidaksengajaan. pindah ke sebuah tempat dengan suasana baru. aku yang mencoba beradaptasi dengan keadaan. tapi aku punya teman-teman baru yang akan menemaniku sementara waktu. entah sampai kapan... Bukan hanya kita yang tingg...