Saat istirahat di sekolah, aku kembali meneruskan membaca novel yang semalam belum kuselesaikan.
"Sa, ke kantin kuy!" ajak Wilona.
"Gak ah Na, males. Lagi asik baca nih!" elakku.
"Anterin deh Sa," role eyes Wilona pun keluar. Aku memutar bola mata malas. Namun akhirnya aku menyerah dan menemaninya ke kantin.Keadaan kantin sungguh ramai. Ketika Wilona sedang memesan makanan, aku mencari tempat duduk kosong agar tidak kehabisan.
Aku meneruskan membaca novel yang kupegang. Wilona pun datang dengan membawa semangkuk bakso dan segelas es jeruk di masing-masing tangan.
"Kamu beneran gak mau beli Sa? Sekalian mumpung disini!" tanya wilona. "Enggak na" jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari buku.
Farhan yang membawa dua piring siomay langsung duduk semeja dengan kami. "Numpang duduk, soalnya gak ada meja kosong lagi," ucapnya seraya menyodorkan satu piring siomay kearahku. "Buat kamu Sa!" imbuhnya.
Aku memandang Farhan dengan tatapan heran. Memang semua meja di kantin sedang penuh dan ada satu kursi kosong di meja kami. Tapi kenapa ia memesankan makanan untukku?
"Gak usah diliatin nanti suka loh!" ledek Farhan.
"Maksud kamu apa Han?" tanyaku.
"jadi tadi gue beli siomay terus ngelihat gak ada bangku kosong dan gue ngelihat lo sama Wilona. Jadi gue berencana duduk sama kalian." "dan karena lo gak makan, ya gue rasanya gak enak kalau lo gak makan sendiri. Jadi gue pesenin lo juga Sa!" tambahnya.
Aku hanya ber-oh mendengar jawaban Farhan. " btw makasih ya Han! Ini lo yang bayarin?" tanyaku polos.
"Bayar sendiri dong, ya gue yang bayar Elisa..." goda Farhan. Aku tersenyum padanya.
"Hmm aku gak dibeliin juga nih critanya," ucap Wilona akhirnya.
"Kan kamu udah beli bakso Na! Masak mau makan dua porsi?"
Wilona hanya tersenyum cengengesan mendengar pernyataan dari Farhan. Akhirnya kami makan bertiga.
Selesai makan, kami bertiga kembali ke kelas. Bel masuk sudah berbunyi.
"Habis ini pelajaran apa?" tanyaku."Fisika!" jawab Nauval.
"Duh!! Pelajaran bagian MIPA yang paling tidak kusukai!" Keluh Wilona.
"Padahal pelajaran yang paling kusukai," potongku.
"Tapi kalo ku amati ya Sa, nilai pengetahuan alammu paling bagus itu kimia dan paling jelek fisika. Kok bisa suka sama fisika?"
"Aku suka fisika karena..." Ucapanku terpotong saat guru fisika kami sudah masuk ke kelas.
Saat istirahat kedua, semua murid bergegas ke masjid untuk sholat dzuhur berjama'ah. Aku berangkat bersama Wilona dan Yanda.
"Kak Rizal," sapa Yanda kepada kakak kelas saat berpapasan di perjalanan ke masjid. Yang disapa hanya tersenyum.
"Kamu kenal Nda?" tanya Wilona. Aku menoleh ke Yanda meminta penjelasan.
"Iya tahu aja sih heheh..." jawabnya cengengesan.
"Jangan-jangan kamu suka ya?" tuduhku. Yanda hanya tersipu mendengar ucapanku. Aku dan wilona hanya mengangguk paham.
Di masjid, Wilona memperkenalkan temannya bernama Dahlia. Mereka teman dari SMP. Ia mengambil jurusan sosial. Aku dan Yanda bergantian bersalaman dengannya.
Selain Dahlia, disana juga ada Sela yang sejurusan dengannya meski beda kelas. Kami berbincang-bincang sedikit di sana karena sholat akan segera dilakukan.
***
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini sebenarnya sudah berakhir sekitar setengah jam yang lalu. Tapi di kelasku belum ada yang pulang. Ada tugas yang harus dikumpulkan hari ini juga."Sungguh tega Bu Nisa kalau ngasih tugas banyak dikumpulin hari ini juga," keluh Mila.
"Iya nih, kok gak dikumpulin pas ada jamnya orangnya sih! Kan kalu gini kita jadi telat pulang," sambung Ilham.Kami bekerja sama menyelesaikan tugas matematika yang banyak ini dan dead line yang mepet ini.
"Akhirnya selesai juga" ucap Amanda girang.
"Akhirnya juga bisa pulang!" tambah Ali.Aku dan Yanda yang mengumpulkan tugas matematika ini. Pergi ke ruang guru yang mulai sepi. Disana masih ada beberapa guru yang masih membereskan mejanya.
Kami hanya melihat sekitar di ruang guru, mencari-cari Bu Nisa. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya Yanda memberanikan diri untuk bertanya kepada seorang murid laki-laki yang berdiri membelakangi kami. Sepertinya ia mengumpulkan tugas di meja guru Fisika.
"Kak permisi mau tanya," ucap Yanda. Yang ditanya menoleh ka arah kami. Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi entah dimana. Aku menoleh pada Yanda. Ia tersenyum malu.
"Eh Kak Rizal!" sapanya. Aku baru ingat kalau laki-laki di depan kami itu adalah orang yang disukai temanku ini."Iya ada apa?" tanyanya.
"Kak tau Bu Nisa dimana?"
"Udah pulang dari tadi!"
Jawaban laki-laki itu membuatku terkejut. Bagaimana tidak? Kami sekelas lembur mengerjakan tugas sampai telat pulang dan orangnya malah sudah pulang dari tadi."Yah bener-bener," gerutuku.
"Mau ngumpulin tugas?" tanya Kak Fuad. Aku dan Yanda mengangguk kompak.
"Itu mejanya lurus belakang sendiri," tunjukknya.
"Oh, makasih kak" ucap Yanda sambil menunjukkan senyum manisnya. Aku hanya membungkukkan badan dan pergi berlalu.
Aku dan Yanda berpisah di depan gerbang sekolah.
"Hati-hati di jalan Yan!" ucapku. Kami berjabat tangan, kebiasaan kami. Kemudian Yanda pulang dengan naik angkutan umum. Aku berjalan menuju asrama.
"Mau bareng gak Sa?" ucap seseorang dari belakangku. Aku menoleh ternyata Farhan sambil membawa sepeda motornya.
"Gak usah Han, aku tinggal di asrama kok," jawabku.
"Oh iya kan deket," "ya udah aku duluan ya?" imbuhnya
.
"Iya hati-hati Han," ucapku sambil berlalu.Hari ini aku mulai dekat dengan Yanda dan Farhan. Ternyata teman-teman sekelas tidak seperti yang aku duga sebelumya.
Pikiran tentang aku yang akan sulit berteman ternyata salah. Aku bahkan sudah memiliki teman dari jurusan lain meski itu dikenalkan oleh teman-temanku.
Semoga teman-temanku selalu bersamaku dan menemaniku. Selalu.
-rayndf
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unwanted Feelings
Horrorsemuanya berawal dari ketidaksengajaan. pindah ke sebuah tempat dengan suasana baru. aku yang mencoba beradaptasi dengan keadaan. tapi aku punya teman-teman baru yang akan menemaniku sementara waktu. entah sampai kapan... Bukan hanya kita yang tingg...