2

10.7K 1K 21
                                    

Curhat deh, rada stuck ini gara2 sibuk ma kerjaan lol ⊂((*σ⊥σ*))⊃

Maapken ya jika up ny jadi ga nentu fufufu ⊂((≧⊥≦))⊃

Moga aja masih ada yang setia nungguin khekhekhe (((ლ(͏ ͒ • ꈊ • ͒)ლ)))♡

#abaikantypo

.

((๑✧ꈊ✧๑))

Lisa mengerang, saat merasakan beban berat diperut datarnya, terkejut saat mendapati jennie sedang duduk disana menatapnya intens.

“yak! Sedang apa kau di apartemen ku?” ucapnya mencoba berdiri, namun berat badan jennie menahan aksinya

“ikut dengan ku” balas gadis itu tanpa menghiraukan pertanyaan lisa

“bagaimana cara mu masuk kedalam apartemen ku?” tanyanya lagi

“diam dan ikut aku manoban!”

“bagaimana aku bisa mengikuti mu jika kau menahan ku seperti ini nona”

“ah y ya maaf” ujar jennie tersenyum kikuk merutuki kebodohannya seraya berdiri dari tubuh lisa

“mandilah dulu, aku akan menunggu mu diruang tamu”

“begini saja, aku malas mandi, dingin.” ini masih jam 5 btw, tentu saja dingin.

“yak!”

“baiklah baiklah nona kim jennie” ujar lisa membuat jennie tersenyum menang

Setelah 15 menit bersiap-siap, lisa pun menghampiri jennie dengan dandanan khas nya, membuat jennie mengerutkan dahinya.

“kau ingin pergi seperti itu?” tunjuknya pada lisa yang memakai kacamata dan jaket beserta celana training nya.

“ya, apa ada yang salah?” tanyanya polos membuat jennie menepuk dahi nya gemas

“ya lisa tentu saja salah! bagaimana mungkin kita berkeliling jika kamu berdandan seperti ini?” ucap jennie menunjuk -nunjuk penampilan cupu gadis itu

“huh? Apa maksud mu berkeliling?” tanya lisa bingung

“ck, tentu saja mengelilingi seoul, menikmati tempat-tempat wisata, menghabiskan waktu sampai malam” jelasnya

“kau menyuruh ku berjalan dikeramaian?”

“ya tentu saja ramai, kau pikir kuburan, sepi?”

“no jennie, aku tak akan keluar dengan mu”

“why? Apa kau akan terus berdiam diri di apartemen mu? Aku yakin kau tak pernah pergi keluar selama ini, lihatlah kulit pucat mu itu menjelaskan semuanya.”

“tidak jen, jangan paksa aku, aku tak akan keluar dengan mu”

“ya apa alasan mu lisa?”

“aku menderita ochlophobia asal kau tau”

“huh?”

“ck, sama seperti mu jen, aku juga memiliki phobia, dan itu adalah takut keramaian”

Jennie mengerutkan dahi mengetahui fakta phobia aneh lisa, “yang benar saja. Kamu serius? Bagaimana bisa seseorang hidup dengan cara menyendiri seperti ini? Ini tak masuk akal lisa!” celotehnya

“dan bagaimana bisa seseorang hidup dengan ketakutan berlebihan terhadap kuman dan kotoran? Apa itu masuk akal jen?” balas lisa emosi

Jennie terdiam mendengar penuturan lisa, kembali merutuki mulut berbisa nya, bagaimana mungkin dia menghina lisa dengan phobia anehnya sedangkan dirinya sendiri memiliki phobia yang tak kalah serius.

“maaf, maafkan aku lisa, aku telah lancang pada mu” sesalnya

Lisa terenyuh saat melihat mata jennie yang mulai berkaca-kaca, wajahnya melembut mengelus pelan lengan gadis itu, “tak apa jen, aku mengerti.” ucapnya pelan.

Jennie mendongakkan wajahnya, tersenyum saat melihat lisa yang memberikan senyum tulus kepadanya, meski saat ini mata gadis itu tertutup poni dan kacamata, tapi dia bisa merasakan ketulusan lisa dari bahasa tubuhnya.

Drrr drrr drrr

Getaran dari sakunya memecahkan lamunan jennie, merogoh ponsel pintar itu dari saku cardigan yang sedang di pakainya, dan mengangkat panggilan yang berasal dari manajer nya itu diberanda apartemen lisa.

“ya eonnie?”

“lagi dimana jen?”

“di apartemen, ada apa pagi-pagi menelpon?”

“ada jadwal mendadak, pemotretan mu terpaksa di majukan, apa kamu bisa?”

Jennie mengerutkan alis mendengar penuturan manajer nya, melirik lisa dari sudut matanya, senyum terukir saat sebuah ide muncul di otaknya.

“hallo? Jennie? Kamu masih disana?”

“huh? Ah ya baiklah, tak apa, aku juga tak punya jadwal hari ini”

“baiklah, aku akan menjemputmu 15 menit lagi”

“ah tak usah, aku akan pergi sendiri”

“kau yakin?”

“yup, baiklah sampai jumpa dilokasi un”

Jennie menutup telpon itu secara sepihak tanpa menunggu balasan dari orang yang menelponnya tadi. Melirik lisa yang sedang menyeduh coklat panas di dapurnya dengan senyum penuh arti.

“lisa?”

“ya jen?”

“umm boleh aku minta tolong?”

“hmm ada apa?”

“temani aku ke lokasi pemotretan”

“aku sudah bilang tak tahan keramaian jen”

“lokasi nya tak ramai lisa, cuma ada beberapa staff yang bisa kamu hitung dengan jari, dan kamu bisa belajar sedikit demi sedikit untuk menghilangkan phobia mu itu. Apa kamu akan terus seperti ini selamanya lisa? Tidak kah kamu mau memiliki seseorang untuk menemani hari-hari mu? Apa kamu mau hidup sendiri sampai akhir hayatmu kelak?”

Lisa tercekat, tak berniat membantah omongan jennie yang jelas benar adanya.

“baiklah, akan ku coba” ujarnya setelah perang batin menimang-nimang rentetan kalimat yang jennie lontarkan padanya, membuat gadis itu tersenyum penuh arti.

((๑✧ꈊ✧๑))

Lokasi pemotretan

Jennie menghentikan langkahnya saat tak mendapati lisa berjalan di depannya. Menengok kebelakang hanya untuk mendapati gadis itu masih setia berada didalam mobilnya, tertunduk mengepalkan kedua tangannya erat dikursi penumpang itu. Jennie menghela nafas pelan memutar langkahnya hanya untuk menjemput gadis hikkikomori itu.

“lisa?” suara lembut itu membuat lisa mendongakkan kepalanya menatap jennie dengan wajah pucat, keringat dingin telah mengalir di wajahnya

“aku takut jen” ucap gadis itu dengan suara bergetar

Jennie menggenggam tangan dingin itu, lupa akan mysophobia nya saat menyentuh tangan lembut gadis jangkung itu, “jangan takut, ada aku disampingmu” ucapnya menarik lisa keluar dari mobilnya.

Semua orang disana terkejut saat melihat Kim Jennie yang notabene nya adalah seorang gila bersih yang bahkan tak sudi berjabat tangan dengan orang lain tanpa menggunakan sarung tangan, sedang tersenyum menggenggam erat tangan seorang gadis yang terlihat begitu culun dengan kepala menunduk menyembunyikan wajahnya.

“jennie?”

Suara lembut seseorang membuat jennie dan lisa reflek menghadapkan kepala mereka pada si pemanggil.

“jisoo eonnie” ujar jennie tersenyum saat melihat wajah yang sangat dikenalnya itu sedang berjalan ke arah mereka.

“siapa dia?” tanya jisoo penasaran

“ah, tetangga ku, lisa kenalkan manajer sekaligus kakak ku, kim jisoo” ujarnya menyodorkan tangan lisa pada jisoo

“hai lisa, aku kim jisoo, kamu bisa memanggilku eonni, salam kenal” ujarnya lembut menyambut tangan dingin itu

“li lisa, lalisa manoban, sa salam kenal eonni” cicitnya membuat mereka berdua tersenyum

Jisoo berjalan ke arah jennie, berbisik di telinga gadis itu, “kau harus menjelaskan semuanya padaku”, ucapnya yang di angguki oleh jennie.

“baiklah lisa, aku akan bekerja dulu, apa kamu baik-baik saja jika ku tinggal dengan jisoo?” tanyanya lembut yang di angguki oleh lisa.

“un, aku titip lisa ya, jangan tinggalkan dia sendiri ditempat ramai, dia penderita ochlophobia” bisik jennie yang mendapati anggukan jisoo tanda mengerti.

Jennie berjalan keruang ganti meninggalkan Lisa yang masih berdiri kaku disana, meremas ujung jaket nya gelisah saat merasakan beberapa pasang mata menatapnya sambil berbisik-bisik.

“lisa? Duduk disana yuk” ujar jisoo menarik lembut tangan dingin itu, membuat lisa sedikit bernafas lega.

Jisoo membawa lisa ketempat yang lumayan sepi, menyodorkan coklat panas pada gadis yang lebih muda dari nya itu. “minumlah, biar tubuh mu hangat” ucapnya dengan senyum lembut.

Lisa mendongak menatap jisoo dari balik kacamata tebalnya, tersenyum manis menerima minuman itu, membuat jisoo sedikit salah tingkah melihat senyum cerah gadis itu, “terimakasih eonni” ucapnya lembut membuat hati jisoo berdesir saat suara serak berat itu masuk kedalam gendang telinganya.

“um minumlah” ujarnya lagi memalingkan wajahnya, takut jika gadis disebelahnya ini melihat wajahnya yang sedang memerah.

“Nona jisoo? Bisa tolong kemari sebentar?” panggilan itu menyelamatkan jisoo dari tatapan lisa.

Meski ragu untuk meninggalkan gadis itu sendiri, namun jisoo tak punya pilihan, ini menyangkut pekerjaannya. Lisa menganggukan kepalanya paham saat jisoo memberikan tatapan yang seolah-olah meminta izin padanya.

“maaf lisa, aku harus meninggalkan mu sebentar, aku akan segera kembali” ujar nya tak enak, kemudian berlari meninggalkan Lisa yang tadi tersenyum mengerti.

Setelah 30 menit berlalu, Jisoo kembali berlari menuju tempat nya meninggalkan lisa tadi, namun seketika panik saat tak menemukan gadis itu dimana pun. Berlari tanpa arah mencari-cari keberadaan gadis yang phobia keramaian itu kesekeliling lokasi pemotretan.

Jennie menatap heran kakaknya yang sedang berlari-lari dengan wajah panik itu. Seketika mata nya membola saat menyadari kepanikan yang terpatri di wajah jisoo. Diedarkannya pandangan mata kesekitar tempatnya sedang melakukan pemotretan, membuat nya ikut panik saat tak menemukan gadis yang dibawa nya tadi dimana pun.

Jennie berlari menghampiri jisoo yang sudah mulai berkaca-kaca, membuat semua orang disana terheran-heran dengan tingkah laku kakak beradik itu. Tak satupun pertanyaan yang terlontar dari para rekan kerja itu digubris nya.

“eonni, dimana lisa?” tanyanya mencoba tenang

“ma ma maafkan aku jen hiks hiks” ujar jisoo tak mampu mempertahankan air matanya, takut jika hal buruk terjadi pada gadis itu, dia mengerti dampak phobia yang diderita lisa.

“eonni, aku tanya dimana lisa? Kenapa kau menangis?” ucapnya gemas

“ma maafkan aku jen, tadi aku meninggalkannya sebentar disana saat salah satu staff memanggilku” akunya

Jennie menggigit bibir bawahnya pelan, dia tak bisa menyalahkan kakaknya, karna dia lah yang bertanggung jawab penuh atas gadis itu. Menyapu rambutnya kebelakang kepala adalah kebiasaannya saat sedang panik dan menggigit pelan kuku jarinya ketika sedang berpikir.

Sebuah tempat melintas di kepalanya, berlari kencang menuju tempat yang mungkin saja didatangi gadis itu, disusul oleh jisoo dibelakangnya. Mereka tersenyum lega saat mendapati gadis itu sedang tertidur memeluk lutut di sudut tempat jennie memarkirkan mobilnya tadi.

“lisa?” ujarnya lembut seraya menggoyangkan tubuh gadis itu pelan.

Lisa mendongak membuka mata coklat nya saat merasa terusik dengan goyangan ditubuhnya itu. Menatap polos jennie dan jisoo dengan wajah cantiknya yang nampak jelas tanpa kacamata tebalnya itu. Jennie tersentak saat tiba-tiba saja lisa berhamburan kedalam pelukannya dengan sesegukan.

“hiks hiks jen, aku takut” adu nya dengan tubuh yang bergetar hebat

Jennie merasa iba melihat kondisi gadis itu, memeluknya erat dan mengelus sayang gadis dalam dekapannya. “tenanglah, aku disini bersama mu, sssttt jangan menangis lagi lisa” ucapnya. Membuat jisoo ternganga dengan aksi adik satu-satunya yang mengidap mysophobia itu, namun kemudian dia tersenyum penuh arti menatap kedua gadis yang lebih muda darinya.

“mungkin lisa bisa menjadi obat bagi jennie” batinnya.

______gimmelove______

my cute hikkikomori 《Jenlisa》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang