JADI KUAT BUAT RARA

56 7 0
                                    

Radika yang baru saja melaksanakan sholat ashar berlari menuju ruang rawat Laura sesaat setelah sang Mama menghubunginya jika Laura sudah sadarkan diri. Rasa syukur tak henti dia ucapkan untuk Allah SWT yang telah mengabulkan doanya. Dia berjanji kepada Allah jika dia akan menjadi kuat untuk Laura.

Setelah melalui beberapa pemeriksaan Laura dipindahkan ke ruang rawat inap untuk pemulihan kesehatan. Dokter menyarankan agar Laura menjalani rawat inap untuk beberapa hari ke depan karena kondisinya yang sangat lemah saat ini.

"Putri bapak mengalami dehidrasi berat, kalau boleh saya tahu apa yang terjadi dengannya?"tanya dokter yang memeriksa Laura.
"Beberapa hari ini dia tidak mau makan dok, sejak dia mengetahui kakeknya sudah meninggal, dia mengacuhkan kami semua."jawab Pak Surya.

Pak Surya menceritakan kronologis kejadian yang menyebabkan putrinya kini harus di rawat di rumah sakit. Dokter memahami keadaan yang kini dirasakan Lauran, memang berat tapi harus diterima.

"Saya turut berduka cita, saran saya jangan pernah berhenti untuk membujuknya. Yang dibutuhkannya sekarang adalah kekuatan dari orang terdekatnya. Jangan biarkan dia berlarut dengan kesedihannya, karena itu akan sangat berdampak buruk kedepannya."ucap sang dokter.
"Iya dokter, terima kasih."sahut Pak Surya.

Bu Surya dan Radika menemani Laura yang sudah sadarkan diri. Namun hening masih mendominasi suasana di ruangan tersebut. Hingha Radika meminta sang Mama untuk keluar dan membiarkan mereka berdua saja.

"Ma, bisa tinggalkan kami berdua?"ucap Radika.
"Bisa sayang, tolong Mama dan Papa ya."jawab Bu Surya mencium kening putranya. "Sayang, Mama keluar dulu ya. Kamu disini sama abang, kalau ada apa-apa Mama di luar ya."ucap Bu Surya seraya mencium kening Laura kemudian meninggalkan ruang rawat Laura.

"Nangis aja dek, luapin semuanya, jangan ditahan. Tapi setelah itu abang minta kami harus ikhlas."ucap Radika.

Saat itu juga Laura kembali menangis seraya menatap kakaknya. Radika menghampiri dan membawa Laura kedalam pelukannya.

"Kenapa cepat banget bang? Kenapa nggak nunggu nanti kalau kita udah besar aja?"ucap Laura.
"Rara sekarang umur berapa?"tanya Radika.
"14 tahun."
"Sudah selama 14 tahun kamu bersama dengan kakek, sudah banyak kenangan yang kita ciptakan. Kamu bilang kamu sayang sama kakek, tapi yang harus kamu tau Allah jauh lebih sayang sama Kakek. Kalo kamu kangen sama kakek, kakek juga begitu kangen sama nenek di syurga. Itulah kenapa Allah ngajak kakek, agar kakek bisa bertemu nenek. Rara senengkan lihat kakek bahagia?" Laura mengangguk.

"Sekarang kakek sudah bahagia meskipun tidak lagi bersama kita, jadi Rara juga harus bahagia. Karna jika Rara terus seperti Kakek akan sedih saat melihat dari atas sana. Papa, Mama, Abang, kita sedih lihat kamu seperti. Nggak mau makan, nggak mau ngomong, sampai harus masuk rumah sakit seperti ini. Rasa seneng lihat kita sedih seperti ini?" Laura menggelengkan kepalanya.

"Adekku sayang, mungkin memang berat pada awalnya, tapi jika kita lalu bersama semuanya akan jadi lebih mudah. Bukan hanya kamu yang sedih, tapi Abang, Papa, Mama dan semua saudara kita juga sedih kehilangan Kakek. Kita semua merasa berat untuk merelakan, tapi demi kebahagiaan kakek kita harus bisa. Untuk kebahagiaan kakek Ra, dan untuk senyumanmu. Abang merasa kehilangan Ra, kamu suka lihat abang sedih?"tanya Radika. Laura menggelengkan kepalanya.

"Laura Putri Sukmanegara, kalau kamu tidak mau abang bersedih, berjanjilah untuk selalu berbahagia. Karena kebahagiaan abang adalah saat melihatmu bahagia. Mendengar gurauanmu, melihat tingkah lucumu. Ingat disini ada Abang, abang akan selalu ada buat kamu. Kamu bisa berjanji kepada Abang?"tanya Radika lagi. Laura mengangguk.
"Maafkan adek ya bang, adek udah bikin abang sedih, adek nggak mau lihat abang sedih. Adek janji adek akan selalu bahagia, dan akan membuat abang selalu bahagia."jawab Laura seraya menyunggingkan bibirnya hingga tercipta senyum manis yang begitu dirindukan Radika.

Pak Surya dan Bu Surya yang mendengar dialog kakak adik itu dari balik tirai menangis bahagia. Putranya telah menjelma bagai malaikat dikeluarga kecil mereka.  Dia telah berhasil menjadi kekuatan bagi adiknya hingga senyum yang sempat hilang dapat terukir kembali.

"Bang, Papa sama Mama mana? Rara mau minta maaf karena udah bikin mereka sedih."ucap Laura

Pak Surya dan Bu Surya yang mendengarku segera menghapus air mata mereka dan mendekati ranjang putri mereka.

"Assalamu'alaikum.."salam Bu Surya.
"Wa'alaikumsalam." jawab Laura dan Radika serempak.
"Mama, Papa, maafin Rara ya, Rara janji nggak akan buat kalian bersesih lagi."ucap Laura seraya memeluk Mamanya.
"Papa juga minta maaf ya karena sudah membohongi kalian pada awalnya. Papa dan Mama hanya takut jika kalian akan bersedih."ucap Pak Surya.
"Besok kita ke makam kakek ya Pa, Rara kan belum sempat lihat kemarin." pinta Laura.
"Iya, nanti Papa minta ijin sama dokter."jawab Pak Surya.
"Kalau kamu mau ke makan kakek, sekarang kamu harus makan yang banyak biar dokter bisa ijinin kamu."ucap Bu Surya seraya menyiapkan makanan untuk Laura.
"Terima kasih ya sayang."bisik Bu Surya kepada Radika yang dibalas senyuman olehnya.

***

"Asaalamu'alaikum kakek, Rara ikhlas kek, maaf ya kalau kemarin Rara sempat buat salah sama Kakek, semoga kakek bahagia bersama nenek di syurga. Rara janji nggak akan jadi anak nakal lagi, akan nurut sama Mama, Papa dan bang Dika. Rara sayang sama kakek."ucap Laura seraya mencium nisan kakeknya.

Setelah dirasa cukup, mereka bergegas kembali ke rumah sakit. Dokter hanya mengijinkan Laura pergi selama 2 jam karena kondisinya yang masih sangat lemah.

***

"Mengikhlaskan mungkin tak kan mengobati luka, tapi itu mampu meringankan beban. Beban didalam hati yang dapat menghancurkan diri. Saat kau merasa tak sanggup, ingatlah jika Tuhan selalu ada bersama kita. Innallaha ma ash shobirin"

***

Sedang bersemangat nih, sampek update lagi.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, peluk cium author😍😍

Di Antara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang