Membekas

124 13 27
                                    

Malamnya dipenuhi percakan bintang di halaman langit langit. Aku sering kali memotretnya, untuk dijadikan bahan bercerita bagi ku sendiri, tatkala aku juga sering kali membawa anak buyutnya (DSLR) berpergian ke tempat - tempat indah. Aku tidak memiliki apapun selain anak buyut ku yang sering menemani ku berpergian, tidak hanya itu anak buyut ku juga membantu ekonomi ku melesat tinggi, dengan caranya mengambil pemandangan indah. Objek sederhana mungkin biasa saja bagi kalian, tapi bagi kita (aku dan anak buyutku) objek apapun yang sesederhana mungkin bisa jadi sangat luar biasa; teknik, tujuan, dan penyampaian dari gambar yang akan membuat hasil jadi luar biasa. Jadi jangan meremeh kan para photographer didunia ini, semua gambar mereka memiliki maksud dan tujuan begitu pula aku.

Menulis adalah hoby ku sejak aku patah hati, aku sangat berterimakasih pada masa lalu, karena berkatnya aku bisa menjadi sejauh ini, dan penulisan yang aku dapatkan mungkin biasa saja untuk dibaca, tidak apa, biarkan cerita mu saja yang menjadikan pelajaran. Setelah patah hati aku lebih menjadi seorang pemalas, yang tidak ingin melanjutkan aktivitas sehari hari, tapi itu tidak lama. Waktu yang bergulir, hingga tiba saatnya aku menemukan jati diriku diketinggian, saat itu juga aku merasa menjadi seorang yang lebih besar dari pada yang terbesar. Ku lihat kebawah dan memikirkan, "betapa rendah nya gadis yang telah menyakiti" sembari tertawa.

Perjalannya sangat menginspirasi untuk menulis, kataku "sayang jika diabaikan, lebih baik mengabadikan keindahan dari pada terus saja mengambang dari keterpurukan."

Susur hutan yang dipenuhi pepohonan, hewan buas, dan akar akar yang merambati jalur pendakian membuat ku lebih hidup. Langkah langkah yang sudah ku habiskan sepanjang jalan akhirnya berjejak juga untuk pengalaman, pertama kalinya aku menjadi seorang pendaki ada dua hal yang aku rasa kan buruk dan baik walaupun kebanyakannya buruk.

Orang orang yang berpapasan menasehati aku agar tenang dalam perjalanan, maksudnya tidak boleh terburu buru dalam melangkah. Aku tidak mengerti tentang hal itu langkah demi langkah ku pijaki diatas tanah yang dipenuhi akar akar membentuk tangga. Setiap perjalanan aku catat untuk dijadikan bahan cerita pertama ku, sampai akhirnya tujuan ku yang sepenuhnya ditunggu telah tercapai bagi seorang penaki (puncak), potret landscape itu yang aku lakukan. Orang orang berlalu lalang untuk berfoto di atas puncak, tidak begitu mengesankan jika dihalangi kabut putih yang perlahan semakin menebal, kecewa rasanya tidak mendapatkan keindahan.

Pagi yang cerah diatas bukit dan ditemani sunrise yang baru bangun di pagi hari membuat objek sangat indah, aku dengan mata meleler ku memulai pemotretan diatas bukit. Tidak tertahan keindahan nya, tuhan memang baik telah menciptakan hal seindah ini. Jepretan demi jepretan ku ambil ke arah sunrise yang mulai berdiri secara perlahan, warna jingga yag membantu keindahan langit membuat objek semakin semringah untuk di ambil. Sampai suata ketika, seorang gadis meneteskan air matanya karena telah melihat panorama yang menakjubkan, kamera nya terabaikan, dia sibuk sekali melihat panorama, hanya duduk dan menikmati.

"Seperti pertama kali melihat saja?" Tanyaku sambil terus memotret.

Wanita itu mengusap air mata harunya "tidak pernah kulihat yang seindah ini," balasnya.

"Semua yang pernah kamu lihat, sebenarnya lebih indah dari ini, hanya saja kamu kurang menikmatinya," saut ku.

"Tidak, ini lebih indah dari yang pernah ku lihat, sangat luar biasa." Tatapannya masih ter arah kepada panorama.

"Lalu bagaimana dengan kamera mu? Kasihan jika hanya di peluk saja, dia tidak melihatnya." Aku terus saja mengajaknya ngobrol, walaupun aku tefokus pada objek untuk memotret.

"Astaga, aku lupa dengan itu, terima kasih telah mengingat kan," gadis itu berdiri dan melepeskan pelukan kameranya untuk memotret.

"Makanya, lain kali jangan terlalu menikmati atau kamu akan melupakan sekitarnya," ujar ku.

KE ENAM [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang