Terbelenggu

34 5 0
                                    

Lima bulan sudah mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, selalu bersamaan setiap waktu, sudah mencukupkan mereka untuk bahagia. Pinta mereka hanya satu, saling berdeketan satu sama lain. Selebihnya menjalin hubungan yang lebih serius ( menikah ) jika tidak diragukan dan saling mencintai, apa salahnya untuk melebihi batas hubungan. Ketika dulu, mereka hanyalah sebatas penggemar dan idola. Untuk sekarang tidak ada lagi sebutan bagi mereka, kecuali calon suami istri. Samar akhirnya akan membahagia untuk selamanya, mungkin saja. Perempuan yang telah menemaninya, dipercayai oleh samar untuk mengisi keterpurukannya selama ini. Pada akhirnya, Samar memutuskan untuk melamar sang kekasih yang ayu tiada tara. Samar serius untuk meminang sang kekasih dihadapan para manusia yang bersorak sorai, mengatakan seluruh ucapan dalam hatinya yang selama ini terpendam.

Samar pergi ke toko perhiasan, membeli cincin untuk lamarannya kepada sang kekasih. Pertama kalinya dia datang ke toko perhiasan hanya untuk membeli kepentingan dirinya sendiri. Kemudian, dibukanya pintu toko oleh Samar-

"Selamat datang di toko kami" sambutan dari beberapa pegawai di toko

Samar tersenyum sopan dan melanjutkan langkahnya menuju tempat pemesanan.

"Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya seorang pegawai toko

"Bisakah anda memilihkan cincin untuk tunanganku?" samar membalikan pertanyaan

"Baiklah mas, mas ingin cincin yang seperti apa?" mereka berdua saling berbalas pertanyaan.

"Saya sih menginginkannya yang simple - simple saja, yang penting bisa membuatnya tertarik." Samar tidak begitu mengerti tentang perhiasan, tapi mungkin dengan isyarat dari perkataan Samar bisa membuat pegawai toko mengerti, seperti apa cincin yang Samar cari.

"Baiklah tunggu sebentar mas" senyum ramah dilakukan sang pegawai toko beberapa kali

Samar hanya membalas senyuman pegawai toko.

Kemudia pegawai itu menyodorkan cincin kepada Samar, "Bagaimana dengan yang ini?"

"Mungkin ada yang lebih menarik lagi mba?" Samar tidak begitu menyukai pilihan pertama dari sang pegawai.

sudah lima kali pemilihan sang pegawai tidak disukai oleh Samar. Sampai akhirnya, Samar sendiri yang memilihnya. Samar menunjuk pada benda berkilau di balik kaca tersebut, menurutnya pilihan tersebut sangat menarik untuk dilihat. Lagi - lagi Samar mengeluarkan biaya kembali untuk lamarannya, tapi tidak apa, karena kerja kerasnya selama ini dia lakukan hanya untuk sang kekasih yang tidak lama ini akan menjadi calon istrinya sendiri. Samar keluar dari toko dan mencari tempat untuk momen yang menurutnya sangat romantis untuk sebuah lamaran. Kembali menjadi beberapa orang orang kecil yang terlihat dari ketinggian, berlalu lalang bersama manusia lainnya, semuanya dia lakukan demi kelancaran pelamarannya.

Setelahnya dia mendapatkan tempat yang menurutnya romantis untuk pelamaranannya, Samar memesan seluruh tempat itu dengan biaya yang tidak sedikit. Akhirnya semua sudah beres, tinggal eksekusi yang dia tunggu. Menurut Samar, waktu apapun tidak akan terpengaruh jika situasi yang membuatnya menarik seketika. Cukup tempat yang menarik, dan lingkaran yang akan mengelilingi jari manis sang kekasih.

Waktupun berjalan, akhirnya yang ditunggu - tunggu telah tiba. Malam yang diterangi bintang dan bulan ini, membuat suasana menjadi sangat luar biasa untuk seorang lelaki yang akan melamar sang kekasih. Langkah demi langkah Samar menuju tempat untuk melamar sang kekasih, tidak ada yang mengahalangi mereka berdua untuk bahagia pada malam itu. pakaian yang mempertampan seorang lelaki yang akan melamar ini, membuat Nadia terkesima saat melihatnya. Begitupun sebaliknya, tapi Samar meneteskan air mata saat melihat Nadia yang terlihat sangat ayu. Berjalan perlahan menuju sang kekasih, lalu Samar menekukan kakinya dihadapan Nadia, mengambil tangannya yang menutupi mulutnya tanda terharu, memasukan cincin yang baru ia beli pada jari manisnya. Sorak sorai dari kerabat - kerabat mereka yang berdatangan membantu suasana semakin meriah ketika cincin itu terpasang pada jari manisnya Nadia. Tidak henti - henti haru Nadia terpancar pada seseorang yang bernama Samar, air mata menetes secara perlahan, melainkan tanda haru pada diri Nadia. Lalu kemudian, Samar memeluk erat Nadia, dan Nadiapun membalas pelukannya dengan sangat erat. Waktu berjalan perlahan, hingga akhirnya penantian selanjutnya yang mereka tunggu adalah pernikahan.

KE ENAM [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang