Tidak Terlarut

54 11 6
                                    

Setelah lama nya samar patah hati tidak ada lagi yang lebih menyenangkan selain tidur dalam keterpurukan, mengingat ngingat laluannya yang telah menjatuhkan. Perempuan memang adil baginya, tapi hanya sekeder membanggakan dirinya, tidak lagi dengan cinta, tidak lagi dengan hati, melainkan dengan ego. Siapa yang tidak ingin memiliki ego, semuanya menginginkan, sekali pun itu binatang. Tapi tentang siapa yang tidak memiliki keterbatasan ego, mungkin tidak ada.

Menjalani kekerasan hidup, samar tidak kunjung reda meratapi kesendiriannya. Terjatuh beberapa kali hingga lupa siapa disekitarnya. Merangkak mungkin tidak apa jika terjatuh, tapi tidak boleh berkelamaan, nanti sakit. Saat ini samar melupakan sekitarnya ; kamera, laptop, pikiran, dia melupakan semua itu. Keterbiasaan dimasa lalu, terbawa kembali hingga masa kini, hanya tertidur merungkup. Kekecewaan pada seorang perempuan terulang kembali olehnya, membekas kan setelah itu pergi entah kemana. Tidak tahu lagi jati dirinya berada dimana, semua tubuhnya kosong.

Langkah - langkah pun tidak bertenaga, rani benar - benar telah mengecewakan pria yang bersemangat menjadi fotographer ternama ini. Tujuannya hancur hanya karena seorang perempuan yang pernah menyinggahinya. Memang luar biasa cinta, tidak teratur lagi setelah hancur.

Randi adalah kawan samar yang pada masalalu nya sering menemaninya memotret. Tiba tiba saja randi datang kerumah samar tanpa dikabari, ternyata randi datang kerumah samar hanya untuk edisi penyemangatan, tapi sayang samar sekali tidak terpengaruh olehnya. Sampai akhirnya randi mengajak samar kesuatu tempat, dibilangnya hanya untuk meredakan masalah, samar pun menurutinya kali ini, mereka berangkat pada petang hari agar sunset jingga itu terlihat.

"Makanya jadi orang jangan terlalu baper, ribet kan jadinya." Saut randi sambil berjalan menuju bukit.

"Sudahlah, kamu mau bawa aku kemana? Sudah lama sekali kita berjalan, dan aku kecapean tau," muka samar kesal dan kecapean.

"Udah jangan banyak ngomong napa, turutin aja." Balas randi

Berjam jam mereka berjalan, tujuan mereka terpenuhi akhirnya. Bukit yang membentang, langit - langit yang terlihat dekat dari atas sini membuat randi takjub, sedangkan samar masih tetap murung, tapi disatu sisi samar pun merasakan apa yang dirasakan randi.

"Gimana, mendingan belum." Tanya randi sembari menikmati

Samar terdiam, dia malah lebih mengingat rani. Berduaan memotret diatas bukit dengan ditemani panorama berwarna jingga, tapi hanya berbeda saja waktunya. Samar duduk dan melihat ke arah matahari yang mulai tenggelam, dimana bulan dan bintang akan segera menggantikan penerangan. Tatapan nya kosong, tapi pikirannya tertuju pada rani, lebih menghayalkan rani dan dia duduk bersebelahan diatas sini, tidak bersama randi.

"Mar... patah hati boleh saja dilakukan, maupun itu anak kecil. Tidak ada yang melarang, malahan diperbolehkan, tapi tidak seharusnya juga kamu ditemani dengan pelampiasan setelah patah hati. Aku memang hanya kawan, tidak sepatutnya mengisi hati seorang kawan, atau pun meninggilkan. Tapi seorang kawan sudah sepatutnya membantu, dan menasehati. Tanggung jawab yang aku punya, ya hanya ini, menasaheti kawannya." Randi bercakap panjang lebar menasehati samar.

Samar kembali terdiam sembari melihat jingga yang menyusut.

lalu randi menyodorkan rokok pada samar "nih sebat dulu."

"Sedang tidak mau merokok," wajahnya masih murung meski telah melihat keindahan.

"ayolah, aku tau kamu ingin merokok." Randi memaksa samar untuk merokok, dan akhirnya samar tidak menolak untuk kedua kalinya pemaksaan. Samar menyalakan rokoknya dan menghisap kenikmatannya.

"Ran... mungkin saja semua perempuan se egois itu, pertama yang aku pikir kan sebelum menyatakan adalah cinta terakhir, tapi keyakinan ku salah ternyata."

"Seorang perempuan memang sepatutnya diberi kenyamanan yang berlebihan, kamu tau istilah "sefatal fatalnya kesalahan perempuan, tetap saja dia selalu benar" jadi kamu tidak boleh menyalahkan sepenuhnya pada perempuan. Rumit jika harus mengerti perempuan."

Sunset yang mulai tenggelam perlahan akhirnya telah usai, bulan dan bintang sekarang menjadi tatapan bagi orang - orang, merangkap sekumpulan makhluk hidup untuk melihatnya bersinar.

"Aku rasa kawan ku sudah berceria." Saut randi sembari merangkul pundak samar dan tertawa

"Paan si ahh, dari dulu aku selalu ceria juga," balasnya dengan muka murung.

Randi tertawa terbahak "lantas bagaimana dengan keterpurukan selama satu bulan didalam kamar, dan melupakan anak buyutmu untuk bekerja."

"tau ahh, ga lucu" samar memelas kembali sedangkan randi tetap saja tertawa.

Mereka pulang kerumah samar, untuk beristirahat. Malam yang sudah tiba membuat tatapan mereka terganggu oleh gelapnya. Perjalanan yang lambat saat menuruni bukit membuat mereka telat pulang kerumah.

"Dari mana saja kalian, sudah selarut ini baru pulang," ibu samar mengomeli mereka berdua

"Tanya aja randi, aku cape mau tidur." Samar langsung tergegas ke kamarnya. Sedangkan randi-

"Eh ibu... barusan abis bawa samar kerumah sakit bu dan ngantrinya panjang banget," randi malah cengengesan dan membuat hal itu becanda.

"Emang samar sakit apa?" Tanya ibu samar

"Sakit hati bu," randi tertawa dan langsung lari ke kamar samar.

"kamu ini yahhhh, randi.....!!!!!" ibu samar berteriak.

randi menginap dirumah samar, karna sudah terlalu larut untuk kerumah nya.

"mar... aku tidur disini ya,"

"apaan, itu tempat tidur aku, kamu dilantai saja sana, nih selimutnya ambil,"

"ya allah, tega bener udah dibantu juga"

"yaudah pulang sana" sembari menarik selimut dan menutupi tubuhnya

"bener bener lu mar"

kelarutan membuat mata orang orang terpejam tidur untuk sesaat, memang, gelap membuat orang terlarut dalam mimpi. membawanya berkeliaran dengan ilusi belaka.

terima kasih kawan, ternyata seseorang yang aku sukai tidak hanya soal hati, tapi juga dengan rasa. Rasa ku sangat semringah sekali seharian ditemani kawan yang mengibur sampe akhirnya terlelap tidur bersamaan. saat ini aku memikiran hal berbeda dari sebelumnya ternyata tidak ada yang lebih penting dari pada bersamaan dengan kawan sejati yang menemani, tidak ditemani dengan kesakitan. dan cinta hanya pelampiasan hidup saja bagi banyak orang

KE ENAM [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang