"Bwahahahaha !! Apa-apaan itu ?, kau bertemu orang aneh yang pura-pura kesakitan lalu belanjaanmu dicuri, sampai kau harus balik dan beli lagi? Sial sekali hahaha.” Dian tertawa setelah mendengar cerita Ardan tentang apa yang dialaminya kemarin sore.
"Itu beneran! gak bohong, dia tiba-tiba lari ke arahku seperti kesakitan. Waktu aku membuka mata dia malah terlihat ketakutan dan pergi.” Jawab Ardan membela diri.
“Mungkin orang itu takut karena wajahmu yang seram itu, makanya dia langsung lari ketakutan.” Kata Dian mencoba memperjelas apa yang terjadi.
Ardan hanya terdiam mendengar hal tersebut, sebab yang ia bingungkan bukan alasan mengapa orang tadi berlari ketakutan, melainkan tentang apa yang terjadi setelahnya.
Kemarin sore.
Setelah Ardan membeli bahan-bahan yang baru, ia langsung pergi pulang kerumah. Dia lebih memilih jalan memutar dari pada harus melewati gang tempat dirinya bertemu orang aneh tadi. Saat sampai dirumah, ia melihat ibunya sedang memasak sesuatu di dapur.
“Ibu sudah mulai masak ? kan bahannya baru sampai.” Fikirnya heran.
Dia semakin heran saat melihat ibunya sudah mendapat bahan yang cukup untuk memasak padahal tadi dia dapat sms disuruh beli bahan. Karena penasaran, ia pun bertanya pada ibunya tentang dari mana asal bahan bahan ini.
“Kan tadi kamu yang naruh di depan pintu rumah dan pergi karena ada urusan lagi di sekolah, kok sekarang malah nanya ?.” Ardan langsung terdiam kebingungan karena jawaban si Ibu.
“Tuh suratnya masih ibu simpan di laci meja kalo gak percaya.” Tambahnya.
Ardan langsung mendekat ke meja dan mencari surat tersebut. Dan seperti kata ibunya, itu memang tulisan tangan Ardan yang isinya : “Bu belanjaannya aku taruh sini, aku pergi dulu ke sekolah, ada urusan penting.”
Dia tidak ingat apapun soal ini, seingatnya dia pulang setelah membeli bahan di supermarket, bertemu orang aneh serta kehilangan barang belanjaannya, lalu pergi beli lagi dan kembali ke rumah. Tapi apa yang terjadi disini berbeda dengan apa yang diingatnya.
Surat yang ia tulis sendiri, urusan penting di sekolah, semuanya jadi serba aneh karena dirinya tidak ingat satu hal pun soal ini. Karena tidak ingin sang ibu khawatir, Ardan kemudian berbohong soal apa yang terjadi.
Sambil tertawa kecil ia mengatakan bahwa dirinya lupa kalau sudah beli bahan yang dibutuhkan jadi waktu kembali dari urusan sekolah ia membeli bahan baru lagi. Si ibu hanya menghela nafas dan menggelangkan kepala melihat apa yang dilakukan anaknya.
Setelah makan malam, Ardan langsung menuju kamarnya dan berdiam diri di ranjang sambil memikirkan apa yang terjadi. Karena jika dilihat dari ingatan Ardan hal seperti ini tidak pernah terjadi, tapi kenyataannya ini benar-benar terjadi.
Akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan hal tersebut kepada Dian. Namun di keesokan harinya saat mendengar cerita Ardan, Dian malah tertawa karena tidak percaya. Hal itu membuat Ardan tidak ingin menceritakan tentang barang belanjaan yang dianggapnya lebih tidak masuk akal.
“Jadi,... sekarang apa ?.” Tanya Dian
“Entahlah, aku sendiri bingung.” Jawab Ardan
Saat mereka sibuk mencari topik baru untuk dibahas, tiba-tiba ponsel Dian berdering membawa pemberitahuan dari salah seorang teman bahwa dosen telah tiba dan dengan segera mereka langsung menuju kelas.
...
Saat pelajaran berlangsung pun Ardan masih kebingungan tentang surat yang ditulisnya(?) tadi malam. Dia terus membolak-balik kertas tersebut dengan tatapan kosong hingga ia menemukan sebuah tulisan berukuran kecil di salah satu sudut kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katektise - Ardan Route
Fantasy"Ingatanmu adalah kunci dari segala kekacauan di sini"- A Bercerita tentang seorang pemuda yang mengalami berbagai kejadian janggal, hingga suatu saat ia dipertemukan dengan seseorang yang merupakan dirinya yang lain.