Bab 4

30 8 0
                                    

Seorang anak sedang berdiri di balkon kamarnya menatap kosong ke arah cakrawala jingga. Termenung memikirkan perkataan sahabat berkacamatanya Dian disaat perjalanan pulang tadi, dikala matahari sedang terik.

“Hei Ar, bagaimana kau bisa yakin jika ‘katektise’ itu sebuah buku?” Seketika kalimat itu langsung melekat di kepala pemuda satu ini. Sungguh, dia tidak pernah mengira jika hal itu merupakan sesuatu yang lain selain buku yang dikatakan oleh teman barunya tempo hari di perpustakaan.

“Melihat apa yang tertulis di kertas waktu itu, jelas bahwa ‘katektise’ merupakan sebuah buku dan juga benda apa lagi yang diletakkan di rak perpustakaan selain buku?” Pemuda itu menjawab sambil mengangkat kedua bahunya seakan sangat yakin atas jawabannya.

“Ya bisa saja ‘katektise’ itu bukan merupakan sebuah buku melainkan sebuah kejadian.” Ucap pemuda berkacamata itu sambil memalingkan wajah dari sahabatnya.

“Ya... apapun itu, aku hanya ingin tau sebenarnya hal apa ‘katektise’ tersebut.” Jawab Ardan dengan santai.

Dian memperlambat langkah kakinya sebelum benar-benar berhenti hingga membuat Ardan yang di depannya ikut berhenti dan membalik badan. Tapi apa yang dilihat Ardan di sana membuatnya sedikit terkejut. Sebab, sahabat yang selalu tertawa saat mendengar ceritanya entah itu cerita sedih ataupun memang cerita lucu sekarang terdiam dibelakangnya dengan tatapan serius dan berkata “kalau begitu kuganti pertanyaanku...”

“... Kenapa kau sangat ingin mengetahui hal itu?”

...

Ardan merebahkan tubuhnya di ranjang dengan lengan kanan menutupi kedua matanya. Dia berusaha untuk melupakan semua kejadian belakangan ini guna menenangkan diri. Tapi sekeras apapun usahanya, dia tetap tidak bisa melupakan perkataan sahabatnya itu.

“Aku tidak tahu” Ucapnya pelan sebelum akhirnya pergi ke alam mimpi.

***

Drr... drr..

Suara getar dari handphone di mejanya, membuat Ardan terbangun. Terdapat sebuah notifikasi pengingat di layar yang langsung membuat Ardan melompat turun dari ranjangnya karena lupa untuk membeli alat praktik untuk materi besok. Mengingat hari sudah malam, dia lekas memakai jeans hitam beserta jaket hoodie biru muda favoritnya dan segera pergi ke toko peralatan terdekat.

“Bu, aku berangkat beli alat dulu ya !!.” Pamit Ardan sambil membuka pintu rumah.

“Ar, ibu titip belikan telur sekalian !.” Teriak ibu dari dalam rumah.

“Iya iya, aku berangkat dulu !!.” Ardan menutup pintu dan berlari dengan sangat cepat ke toko peralatan tanpa menyadari bahwa langit semakin mendung.

Seusai membeli peralatan yang diperlukan, Ardan langsung pergi ke toko lain untuk membeli titipan ibunya. Saat sampai ke toko terdekat ia harus pergi ke toko lain lagi karena persediaan telur disana habis. “Sial banget harus keliling lagi.” Keluhnya.

Saat berada di perempatan jalan yang gelap, dia melihat ada seorang bertubuh besar menarik seorang lagi yang lebih kecil darinya kedalam sebuah gang.

“penculikan?.” Fikir Ardan.

Karena merasa curiga dengan apa yang terjadi, dia langsung mendekati tempat kedua orang tadi pergi. Tapi saat melihat apa yang terjadi, dia langsung terkejut. Orang bertubuh besar tadi mengangkat pisau yang cukup besar dan mengkilap hingga memantulkan cahaya bulan yang ada.

Katektise - Ardan RouteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang